Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tempe, Makanan Sejuta Umat yang Bertahan di Tengah Gempuran Kedelai Impor

Kompas.com - 08/06/2021, 12:52 WIB
Rachmawati

Editor

Penyelamat rakyat di masa kolonial

Fakta bahwa tempe masih tergantung pada kedelai impor adalah sebuah "ironi" mengingat tradisi dan sejarah tempe di Indonesia berkaitan erat dengan produksi kedelai di dalam negeri.

Hal tersebut dijelaskan sejarawan kuliner Fadly Rahman dan penulis buku Rijstaffel: Budaya Kuliner di Indonesia masa Kolonial 1870-1942.

Fadly mengatakan tempe disebut dalam Serat Centhini, yang ditulis dalam abad ke-17 Masehi. Namun berdasarkan bukti tertulis, masyarakat Jawa kuno sudah mengenal teknik fermentasi di masa abad 8-10 Masehi.

Baca juga: Sandiaga Pernah Kritik Tempe Setipis Kartu ATM, Bagaimana Sikap Gerindra Sekarang?

Menurut pakar tempe dari Universitas Gajah Mada, Profesor Mary Astuti, teknik membuat "tempe" mungkin berasal dari makanan di masa Jawa kuno bernama tumpi, yang terbuat dari sagu dicampur kedelai hitam.

"Itu sudah ada jauh sebelum datangnya kedelai dari Tiongkok yang berwarna kuning," kata Fadly.

Ia menjelaskan, sejak abad ke-10 Masehi kedelai dari Tiongkok kemungkinan sudah dibudidayakan di Nusantara, tepatnya di Pulau Jawa, sebagaimana tertulis dalam prasasti Watukura di Jawa Timur yang mengatakan ada makanan bernama tauhu atau tahu yang kita kenal sekarang.

Baca juga: Naiknya Harga Kedelai dan Saling Sindir Jokowi-Sandiaga soal Tempe Setipis Kartu ATM...

Ilustrasi tempe kedelai di atas nampan. SHUTTERSTOCK/ARIF RELANO OBA Ilustrasi tempe kedelai di atas nampan.
Sejak itu, dari abad ke abad pembudidayaan kedelai berkembang masif di Nusantara, khususnya di Jawa.

Fadly mengatakan, produksi kedelai saat itu hampir setara dengan beras.

Pada abad ke-17, seorang ahli botani asal Jerman yang bekerja untuk VOC - organisasi dagang di zaman kolonial Belanda - Rumphius, mengatakan bahwa orang Jawa mengonsumsi sejenis makanan yang difermentasi dari kacang kedelai untuk memenuhi kebutuhan protein hewani.

Kemungkinan, makanan yang dimaksud itu adalah tempe.

Baca juga: Harga Kedelai Naik, Perajin Tak Bisa Lagi Kurangi Ukuran Tempe hingga Terpaksa Kurangi Bonus Pegawai

"Orang-orang Jawa, walaupun saat itu belum mengenal pengetahuan gizi seperti sekarang, boleh dikatakan mereka sangat paham kedelai ini memiliki kandungan protein yang setara dengan protein hewani," ujarnya.

Literatur-literatur tersebut menarik perhatian orang-orang Belanda - khususnya para ahli pangan, ahli gizi, dan ahli botani - yang melihat tempe sebagai makanan rakyat jelata.

Awalnya mereka menganggap rendah tempe, namun seiring dengan temuan-temuan di bidang gizi, nilai tempe naik di mata mereka pada akhir abad 19 hingga awal abad 20 sebagai makanan penyelamat di masa sulit.

Baca juga: Kedelai Mahal, Produsen Naikkan Harga dan Kurangi Panjang Tempe

Ilustrasi tempe bakar buat lauk.SHUTTERSTOCK/VINSENSSANDY Ilustrasi tempe bakar buat lauk.
Fadly menjelaskan, perkembangan tempe di masa tanam paksa atau cultuurstelsel semakin meningkatkan pamor tempe sebagai makanan penyelamat rakyat Jawa.

"Karena mereka [rakyat Jawa] bekerja di perkebunan-perkebunan milik orang Belanda dan tidak sempat mengurus ternaknya, lahan pertaniannya, sehingga banyak ternak yang mati dan lahan pertanian gagal panen, dan yang paling mereka andalkan itu adalah kedelai dan produk-produk olahannya - di Jawa Barat ada oncom, di Jawa Tengah dan sekitarnya ada tempe.

"Dan ternyata dari penelitian yang dilakukan oleh para ahli gizi Belanda, mereka melihat bahwa yang membuat orang-orang Jawa bisa bertahan hidup sekalipun mereka mengalami krisis pangan, karena mereka bisa menggantikan kebutuhan protein hewani mereka dengan tempe," kata Fadly.

Baca juga: Polemik Harga Tahu Tempe Melonjak, Berawal dari Keluhan Produsen soal Mahalnya Kedelai

Salah satu puncak kejayaan tempe adalah ketika krisis ekonomi global pada tahun 1930-an, yang dampaknya juga dirasakan di Indonesia.

Orang-orang Belanda sudah tidak bisa lagi hidup bermewah-mewahan dengan makan daging - dan produk-produk hewani seperti mentega dan keju itu sangat langka dan sangat mahal.

Para ahli di masa itu menemukan dalam uji laboratorium mereka, kata Fadly, bahwa tempe memiliki kandungan gizi yang luar biasa - bahkan pada tahun 1930-an, ia sudah mendapatkan reputasi sebagai 'superfood'.

Hasil penelitian itu bahkan dipresentasikan di Paris dan Belanda, sampai dilakukan eksperimen di laboratorium-laboratorium di Eropa yang mengganti tepung gandum dengan tepung kacang kedelai.

Baca juga: Tetap Produksi meski Harga Kedelai Mahal, Begini Cara Perajin Tempe Agar Tak Merugi

Dan hasil uji laboratorium di Eropa inilah yang diterapkan di negeri-negeri jajahan, termasuk Indonesia, demikian Fadly menjelaskan.

"Sehingga di buku-buku panduan masak di tahun 1930-an itu trennya bukan lagi daging tetapi mengarahkan para pembacanya supaya melakukan substitusi terhadap kacang kedelai, dan salah satu produknya itu adalah tempe," ujarnya.

Namun pamor tempe turun setelah Indonesia merdeka, dan ia kembali dianggap sebagai makanan kelas dua, salah satunya - ini juga ironis - karena pendiri bangsa dan presiden pertama Indonesia, Sukarno.

Baca juga: Harga Kedelai Naik, Pedagang Tempe Tahu di Semarang Banyak Dikomplain Pembeli

Dalam pidato kemerdekaan pada 17 Agustus 1963, Sukarno menyerukan agar bangsa Indonesia tidak menjadi "bangsa tempe". Maksud sang pendiri bangsa ialah menyemangati bangsa Indonesia supaya tidak lembek dan tidak meminta-minta bantuan dari negara lain.

Namun asosiasi tempe dengan "makanan rendahan" melekat di hati masyarakat Indonesia.

"Bung Karno mungkin tidak menyadari saat itu dia terjebak dalam paradigma lama dari kolonialisme yang memandang awalnya tempe sebagai makanan rendahan," kata Fadly.

Baca juga: Usai Mogok 3 Hari, Pedagang Tempe di Pasar Induk Kramatjati Mulai Berjualan Lagi

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bupati HST Minta Kader PKK Tingkatkan Sinergi dengan Masyarakat dan Stakeholder

Bupati HST Minta Kader PKK Tingkatkan Sinergi dengan Masyarakat dan Stakeholder

Regional
Bupati Ipuk Raih Satyalancana, Pemkab Banyuwangi Jadi Kabupaten Berkinerja Terbaik se-Indonesia 

Bupati Ipuk Raih Satyalancana, Pemkab Banyuwangi Jadi Kabupaten Berkinerja Terbaik se-Indonesia 

Regional
RSUD dr R Soetijono Blora Luncurkan “Si Sedap”, Bupati Arief: Lakukan Terus Inovasi dan Terobosan Layanan kesehatan

RSUD dr R Soetijono Blora Luncurkan “Si Sedap”, Bupati Arief: Lakukan Terus Inovasi dan Terobosan Layanan kesehatan

Regional
Skenario Golkar, Siap Jadi Wakil jika Bambang Pacul Maju di Pilkada Jateng 2024

Skenario Golkar, Siap Jadi Wakil jika Bambang Pacul Maju di Pilkada Jateng 2024

Regional
Kisah Adi Latif Mashudi, Tinggalkan Korea Selatan Saat Bergaji Puluhan Juta Rupiah demi Jadi Petani di Blora (Bagian 1)

Kisah Adi Latif Mashudi, Tinggalkan Korea Selatan Saat Bergaji Puluhan Juta Rupiah demi Jadi Petani di Blora (Bagian 1)

Regional
Bawaslu Bangka Belitung Rekrut 141 Panwascam, Digaji Rp 2,2 Juta

Bawaslu Bangka Belitung Rekrut 141 Panwascam, Digaji Rp 2,2 Juta

Regional
Polemik Bantuan Bencana di Pesisir Selatan, Warga Demo Minta Camat Dicopot

Polemik Bantuan Bencana di Pesisir Selatan, Warga Demo Minta Camat Dicopot

Regional
Pengakuan Pelaku Pemerkosa Siswi SMP di Demak, Ikut Nafsu Lihat Korban Bersetubuh

Pengakuan Pelaku Pemerkosa Siswi SMP di Demak, Ikut Nafsu Lihat Korban Bersetubuh

Regional
Raih Peringkat 2 dalam Penghargaan EPPD 2023, Pemkab Wonogiri Diberi Gelar Kinerja Tinggi

Raih Peringkat 2 dalam Penghargaan EPPD 2023, Pemkab Wonogiri Diberi Gelar Kinerja Tinggi

Kilas Daerah
Imbas OTT Pungli, Polisi Geledah 3 Kantor di Kemenhub Bengkulu

Imbas OTT Pungli, Polisi Geledah 3 Kantor di Kemenhub Bengkulu

Regional
Sejak Dipimpin Nana Sudjana pada September 2023, Pemprov Jateng Raih 10 Penghargaan

Sejak Dipimpin Nana Sudjana pada September 2023, Pemprov Jateng Raih 10 Penghargaan

Regional
KM Bukit Raya Terbakar, Pelni Pastikan Tidak Ada Korban Jiwa dan Terluka

KM Bukit Raya Terbakar, Pelni Pastikan Tidak Ada Korban Jiwa dan Terluka

Regional
Keruk Lahar Dingin Marapi, Operator Eskavator Tewas Terseret Arus Sungai

Keruk Lahar Dingin Marapi, Operator Eskavator Tewas Terseret Arus Sungai

Regional
Kronologi Pria Bunuh Istri di Tuban, Serahkan Diri ke Polisi Usai Minum Racun Tikus

Kronologi Pria Bunuh Istri di Tuban, Serahkan Diri ke Polisi Usai Minum Racun Tikus

Regional
Nobar Indonesia Vs Korsel di Rumah Dinas Wali Kota Magelang, Ada Doorprize untuk 100 Orang Pertama

Nobar Indonesia Vs Korsel di Rumah Dinas Wali Kota Magelang, Ada Doorprize untuk 100 Orang Pertama

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com