YOGYAKARTA, KOMPAS.com- Alat pendeteksi gempa yang dikembangkan Universitas Gadjah Mada (UGM) akan dipasang di sepanjang pesisir Pulau Jawa.
Peneliti Gempa UGM Sunarno mengatakan, sedang membuat sekitar 10 modul stasiun pemantau sistem peringatan dini ini
"Sepuluh modul stasiun pemantau EWS gempa akan kami pasang sepanjang Pulau Jawa sisi selatan, untuk pengembangan algoritma triangulasi pusat gempa," kata Sunarno dalam keterangan tertulis dari Humas UGM, Senin (7/6/2021).
Baca juga: Alat EWS UGM Berhasil Deteksi Gempa Tiga Hari Sebelum Kejadian
Langkah untuk memasang stasiun pemantau gempa di sepanjang pesisir Pulau Jawa ini untuk memprediksi gempa tiga hari sebelum kejadian, sehingga bisa dilakukan mitigasi bencana.
Alat ini masih dalam tahap pengembangan algoritma penentuan pusat gempa yang akan terjadi.
Selain itu juga masih berlangsung perbaikan dan penyempurnaan teknologi alat.
"Setiap stasiun EWS (early warning system/sistem peringatan dini) yang kami pasang tetap mengukur setiap 5 menit perubahan permukaan air sumur dan paparan gas radon alam yang akan dibaca EWS kami," sebut Sunarno yang juga Ketua Tim Peneliti Sistem Peringatan Dini Gempa UGM.
Baca juga: Potensi Tsunami di Selatan Jawa, Banyuwangi Punya EWS hingga Rajin Sosialisasi Mitigasi Bencana
Menurutnya, alat ini hanya dapat memonitor kejadian gempa di atas magnitudo 4,5 di antara Aceh hingga Nusa Tenggara Timur dalam lempengan Indo-Australia.
Agar dapat memantau di daerah lain, maka harus dipasang stasiun EWS di lempengan tersebut.