SURABAYA, KOMPAS.com - Kinerja Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi dan Wakil Wali Kota Surabaya Armuji dalam kurun waktu 100 hari pemerintahannya diklaim mulai dirasakan manfaatnya oleh warga Kota Surabaya.
Berdasarkan survei persepsi publik yang dilakukan mahasiswa Magister Manajemen Universitas Airlangga (Unair), 80 persen warga Surabaya mengaku puas dengan kinerja Eri Cahyadi-Armuji.
Menurut koordinator peneliti Irviene Maretha, survei yang dilakukan mahasiswa Magister Manajemen Unair ini memotret berbagai agenda yang menjadi perhatian masyarakat Surabaya dalam 100 hari pemerintahan Eri Cahyadi-Armuji.
Seperti penanganan pandemi, penyediaan lapangan pekerjaan, kemudahan transportasi publik, dan agenda publik penting lainnya.
"Ada beberapa topik permasalahan yang kami survei. Salah satu yang menarik adalah persepsi tentang pelayanan pemerintah. 93 persen warga mengaku tidak pernah punya pengalaman buruk dengan pelayanan pemerintahan," ujar Irviene di Balai Kota Surabaya, Sabtu (5/6/2021).
Alumnus manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Paramadina 2009 ini menjelaskan, terobosan yang dilakukan Pemkot Surabaya dalam memberikan pelayanan secara online juga mendapat tanggapan positif dari warga.
Sebanyak 67 persen warga merasa lebih mudah mendapat pelayanan dan 98 persen warga tidak mengalami kendala atau dipersulit dalam pelayanan pemerintahan.
"Masyarakat menginginkan pemerintahan Eri Cahyadi meneruskan jejak kemajuan kota yang dirintis pemerintahan Tri Rismaharini, dan secara meyakinkan sejauh ini dipersepsi oleh masyarakat Eri Cahyadi-Armuji masih on the track," kata dia.
Baca juga: Tak Terima Istri Dilamar Orang Lain, Suami Tikam Istri Usai Rombongan Pelamar Pulang
"Selain itu, konsistensi menjalankan sosialisasi terkait penerapan sistem online yang telah diterapkan diharapkan dapat ditingkatkan," kata Irviene.
Terkait infrastruktur jalan, Didik Prasetiyono, peneliti yang juga mahasiswa magister manajemen, menjelaskan, 93 persen warga setuju bahwa jalanan dan jalur pedestrian di Kota Surabaya sudah bagus.
Begitu pula dengan akses ke tempat tinggal, 91 persen populasi merasa puas atas fasilitas kemajuan infratruktur jalan.
Baca juga: Perempuan Ini Mengaku Temukan Bayi yang Dikerubuti Semut, Ternyata Anaknya Sendiri
Sedangkan terkait masalah banjir, lanjut Didik, 87 persen warga pernah merasakan situasi banjir saat hujan.
Hal yang unik adalah, meski mengalami banjir, 53 persen warga menganggap banjir hal yang biasa dan masih dalam tatanan wajar.
Sedangkan 42 persen warga tidak mempersoalkan masalah banjir tersebut.
"Soal banjir, kecepatan surutnya genangan menjadi alat ukur toleransi terhadap persepsi bahwa banjir masih wajar, hanya ada 5 persen yang merasa banjir sangat parah saat musim hujan hingga marah mengesalkan hati," kata Didik.
Oleh karena itu, rekomendasi terhadap isu banjir ini adalah kebijakan kota tentang pengaturan drainase yang terintegrasi dan pembangunan rumah pompa di daerah rawan banjir.
"Kami sertakan juga peta lokasi kecamatan mana saja yang harus dilakukan treatment segera," ujar Didik.
Baca juga: Polemik Nagita Slavina Jadi Ikon PON Papua, Ini Penjelasan PB PON
Menurutnya, 76 persen populasi mempunyai persepsi bahwa jalanan Kota Surabaya cukup lancar dan tidak terlalu macet.
Kemudian, 19 persen populasi merasa macet, tetapi masih biasa saja dan 5 persen merasa sangat macet dan mengesalkan hati.
Baca juga: Hari Jadi Ke-728 Kota Surabaya, Eri Cahyadi Ingin Warga Punya Pendapatan Rp 7 Juta
Sementara itu, Elizabeth Alexandria L, mahasiswi Magister Manajemen Unair yang juga ikut terlibat dalam penelitian ini, mengatakan, mengenai keamanan di Surabaya, walau 87 persen warga merasa aman dan nyaman tinggal di Kota Surabaya, masih ada 13 persen warga yang berpersepsi tidak aman.
Kondisi itu disebabkan didominasi oleh narasi berita kasus perampokan, peredaran alkohol, peredaran narkoba, pencopetan, remaja merokok, penipuan, balap liar, dan premanisme yang dirasa meresahkan warga.
Agar masalah ini bisa diatasi, alumnus manajemen Fakultas Ilmu Budaya Unair 2012 ini memberikan rekomendasi agar Pemkot Surabaya memperbanyak CCTV, khususnya di daerah yang rawan kriminalitas, karena terlihat dalam survei bahwa adanya CCTV cukup signifikan meningkatkan perasaan aman.
Baca juga: Tiba di Surabaya, 150 TKI Positif Covid-19
Sementara itu, akibat pandemi Covid-19 yang melanda Kota Pahlawan, kata Elizabeth, 73 persen responden mengalami penurunan pendapatan.
Dari jumlah itu, 70 persen warga mengalami penurunan pendapatan lebih dari 25 persen, bahkan hampir 30 persen warga mengalami pendapatannya turun hingga 50-75 persen dibanding sebelum pandemi Covid-19.
"Kondisi ini menjadi indikasi urgensi pada pemulihan ekonomi Surabaya di masa pandemi. Rekomendasi kami atas permasalahan ini adalah pemberian bantuan, khususnya bantuan tunai langsung dan optimalisasi validitas data penerima bantuan atau korban terdampak pandemi menjadi faktor penting," kata dia.
Baca juga: Soal Wajah Surabaya di Masa Depan, Eri: Tidak Ada Lagi Warga yang Tidak Bisa Bekerja
Selain itu, sebanyak 34 persen warga merasa lapangan kerja yang tersedia sangat kurang. Kondisi ini disebabkan, selain faktor pandemi Covid-19, juga karena ketidakseimbangan antara supply dan demand lapangan pekerjaan.
Untuk penyediaan lapangan kerja ini, rekomendasi yang diberikan adalah pemberian kemudahan perizinan investasi untuk menarik investor lokal maupun asing berinvestasi, terutama pada proyek padat karya.
Kemudian, implementasi proyek pemerintah padat karya yang dapat menyerap banyak tenaga kerja.
Terkait masalah pendidikan, Achmad Zanwar A yang juga ikut terlibat dalam penelitian mengatakan, saat ini masih terjadi perdebatan di masyarakat terkait pembukaan sekolah.
Sebanyak 51 persen warga sekolah tetap ditutup dan 49 persen ingin sekolah dibuka. Kondisi ini berbeda dengan tempat ibadah, yang 82 persen warga ingin tempat ibadah dibuka dan 18 persen ditutup.
"Selama pandemi, sekolah dilakukan secara online. Namun, cara ini menimbulkan masalah, karena 39 persen siswa tidak memiliki laptop atau komputer pribadi, mereka tentunya mengalami kesulitan dalam melaksanakan proses belajar online," kata dia.
Akibatnya, pembelajaran secara online menjadi kurang efektif dan tidak dapat dirasakan oleh semua siswa.
"Kebijakan pembukaan kembali sekolah secara fisik harus dibarengi dengan sosialisasi yang baik, masyarakat terbelah seimbang antara mendukung sekolah dibuka versus tetap online " ujar Zanwar.
Baca juga: Teka-teki Kilatan Cahaya dan Suara Dentuman, Terekam Kamera Pengamat di Atas Gunung Raung
Namun, kepatuhan terhadap protokol kesehatan tetap menjadi elemen yang utama yang harus ditegakkan oleh pemerintah.
"Kerja keras Pak Eri Cahyadi dan Pak Armuji untuk menangani pandemi Covid-19 juga mendapat apresiasi dari masyarakat. Sebanyak 81 persen warga merasa puas terhadap penanganan pandemi Covid-19 yang dilakukan Pemkot Surabaya. Rekomendasi yang kami berikan adalah Pemkot membuat peraturan yang konkret sebagai pedoman sektor-sektor ketika ingin membuka tempatnya," kata dia.
Baca juga: Pilih Ngantor di Kelurahan, Eri Cahyadi: Saya Takut Salah Ambil Kebijakan
Sementara itu, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengucapkan terima kasih atas riset yang telah dilakukan mahasiswa MM Unair tersebut.
Masukan-masukan dalam riset ini akan menjadi pertimbangan Pemkot Surabaya dalam pengambilan keputusan kebijakan.
"Saya mengucapkan terima kasih kepada MM Unair. Harapan saya, masukan-masukan dan evaluasi ini tidak hanya berhenti di sini, tapi bisa dilakukan secara berkelanjutan," kata Eri.
Tujuannya, agar dirinya mendapatkan potret persepsi masyarakat dari berbagai pihak.
"Selain itu, kami juga akan melakukan kolaborasi, tidak hanya soal survei, tapi juga usaha konkret untuk menyelesaikan masalah di Surabaya," ujar Eri.
Baca juga: PMI Surabaya Kehabisan Plasma Konvalesen, Stok Kantong Darah Juga Menipis, Ini Penyebabnya
Menurut dia, survei yang dilakukan MM Unair ini sama persis seperti survei yang telah dilakukannya. Oleh karena itu, jika semua berkolaborasi, semua permasalahan bisa diselesaikan.
Apalagi, Unair memiliki SDM yang hebat dibidang manajemen, bisnis, dan lainnya.
"Saya membutuhkan kolaborasi untuk menyelesaikan masalah yang ada. Pemkot tidak bisa berjalan sendiri, harus ada gotong royong dari semua pihak," kata Eri.
Ia mencontohkan tentang pengembangan UMKM, Eri mengaku sudah melakukan pembicaraan dengan Unair dan akan melakukan pendampingan UMKM bersama mengenai bisnis, pengembangan laporan keuangan, hingga penggunaan teknologi.
"Surabaya akan hebat jika semua berkolaborasi untuk menuntaskan masalah yang ada," kata Eri.
Penelitian tentang kinerja 100 hari kerja pemerintahan Eri Cahyadi-Armuji ini dilakukan mahasiswa Magister Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga Angkatan 55/AP.
Survei dilaksanakan pada 15-25 Mei 2021, dengan menggunakan metode multistage random sampling dengan 100 responden.
Adapun margin of error sebesar lebih kurang 4 persen dan tingkat kepercayaan mencapai 95 persen.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.