Fajar sebenarnya sempat curiga. Sebab, pria itu dinyatakan meninggal 23 Mei sore, dan jenazah baru tiba sekitar pukul 11 malam.
Setelah itu, pihaknya menyiarkan kematian warganya di masjid.
"Pihak rumah sakit meminta pemakaman prokes, tapi pihak keluarga memaksa. Jadi dari pihak rumah sakit tidak bisa mengeluarkan ambulans untuk membawa jenazah dan pihak keluarga alternatif mencari ambulan sendiri. Barulah ambulans bisa membawa pulang jam 11 (malam)," kata Fajar.
Setibanya di rumah, jenazah sudah dibungkus plastik. Namun, jenazah tersebut dimandikan kembali lantaran ketidaktahuan warga.
"Kalau pihak rumah sakit itu walaupun hasil belum keluar almarhum sudah suspect, tetapi pihak keluarga terutama istri tidak terima artinya belum keluar hasilnya," kata Fajar.
Baca juga: Cerita Mamah, Lansia yang Tertimbun Longsoran Setinggi Dada di Cianjur: Dada Sesak Sekali
Akhirnya Puskesmas Srandakan menginformasikan hasil swab keluar pada 28 Mei 2021 atau beberapa hari setelah pemakaman. Jenazah itu dinyatakan terinfeksi virus corona.
Pihaknya menyayangkan sikap keluarga yang tak jujur. Padahal warga selama ini mendukung penanganan Covid-19.
Bahkan, warga tidak pernah mengucilkan jika ada yang terkonfirmasi positif. Mereka juga mencukupi kebutuhan warga yang menjalani karantina.
"Kenapa sampai begini bisa saya bilang kita dibohongi keluarga, mereka kurang jujur," kata Fajar
Fajar menambahkan, pascakejadian itu beberapa warga telah di-tracing dan menjalani swab test.
Camat Srandakan Anton Yulianto, mengatakan, warga Mayongan tidak menolak pemakaman jenazah Covid-19 dengan prokes.
Baca juga: Detik-detik Perahu Terbalik di Subang, 12 ABK Selamat, 1 Orang dalam Pencarian
Warga yang tidak tahu riwayat kondisi pasien hanya berinisiatif membantu keluarga yang ditinggalkan.
"Tidak ada niat sedikit pun untuk melakukan penolakan, sekali lagi tidak ada penolakan, tapi tidak sengaja atau tidak tahu karena tidak ada informasi," kata Anton.
Kepala Puskesmas Srandakan, Budi Setyowati mengatakan, total 28 orang warganya telah menjalani tes swab
"Gelombang pertama 8 (orang), gelombang kedua 6 (orang), gelombang ketiga 1 (orang), dan hari ini ke dusun ada 13 kontak erat diswab," kata Budi.
Dari hasil gelombang pertama, ditemukan 5 orang positif dan 3 lainnya negatif. Empat orang di antara mereka saat ini menjalani isolasi di shelter Niten, sedangkan isolasi mandiri 1 orang.
"Kalau yang gelombang 2,3 dan 4 belum keluar," kata Budi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.