KABUPATEN BOGOR, KOMPAS.com - Foto tagihan pembayaran mi rebus di sebuah warung bernama Kedai Rizqi Maulana, di Jalan Raya Puncak, Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, viral di media sosial.
Di tagihan tersebut tampak dua porsi mi rebus dihargai Rp 54.000. Harga itu dinilai sangat mahal untuk ukuran mi rebus.
Baca juga: Patok 2 Porsi Mi Rebus Rp 54.000, Pemilik Warung di Puncak Ngaku Salah Hitung karena Ngantuk
Menyikapi hal itu, Camat Cisarua Deni Humaedi mengusulkan agar para pedagang mencantumkan harga di banner yang bisa dipasang di depan warung.
Baca juga: Pemilik Warung Mi Rebus di Puncak yang Patok Harga Mahal Bersedia Kembalikan Uang Pembeli
Opsi lainnya, setiap wisatawan yang berkunjung juga harus bertanya harga lebih dahulu kepada penjual.
Baca juga: Heboh Harga Mi Rebus di Puncak Mahal, Pengelola Warung Beri Klarifikasi
Rekomendasi tersebut dilakukan untuk mengantisipasi agar tidak ada lagi kekeliruan pegawai ketika menghitung pembayaran.
Baca juga: Satu Keluarga Dipaksa Sewa Jip ke Petilasan Mbah Maridjan, Wajib Bayar Rp 550.000, Ini Ceritanya
"Iya kita tegur kemarin, artinya gini tulis saja harganya di banner karena beberapa warung menerapkannya. Kalau enggak bisa ya harusnya juga wisatawan jangan malu tanya harganya, inisiatif. Kan pakai masker enggak keliatan tuh wajah, jangan gengsilah," ucap Deni saat dihubungi Kompas.com, Kamis (3/6/2021).
"Sebelum dibayar cek juga, kan enak komplennya selesai di situ. Tapi kalau ngeceknya sudah jaraknya jauh dari lokasi ujungnya curhat diviralin," ujar Deni.
Deni mengatakan, keluhan wisatawan mengenai mahalnya harga makanan di kedai tersebut disebabkan keteledoran pegawai kedai.
Dari pengakuan mereka, memang ada kesalahan penghitungan pembayaran, bukan sengaja menembak harga.
Pasalnya, saat menghitung, si pegawai merasa capek setelah begadang seharian, sehingga ia dalam kondisi mengantuk.
"Itu kejadiannya malam, lagi libur (weekend) juga kan banyak pembeli, kebetulan dia habis begadang. Sebenarnya yang salah itu bukan diharga, tapi merasa dibohongi saja wisatawan itu. Makan dua mangkok bayar tiga mangkok istilahnya begitu. Jadi dia mengakui salah, teledor aja pada malam itu," ujar Deni.
Deni mengungkapkan, sampai saat ini pihaknya tengah berkomunikasi dengan para pedagang yang ada di jalur Puncak Bogor.
Perlu adanya konsep penetapan harga bagi semua kedai di kawasan Puncak.
Hal itu bertujuan agar disparitas harga tidak terlalu besar di antara kedai-kedai.
Dengan adanya penyetaraan harga, diharapkan wisatawan tidak lagi merasa tertipu ketika membayar makanan atau minuman yang dibeli.