Sementara Umaya yang saat ini menjabat sebagai Kasi Pengelolaan Sampah Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Pemkab Gresik membenarkan, bila ide mengenai kampung kreasi sudah ada saat dirinya masih menjabat sebagai Lurah Sidokumpul.
Namun, ide baru dapat dieksekusi dengan baik belum lama ini, setelah edukasi berhasil diterima dengan baik oleh warga.
"Awalnya dulu memang kawasan atau daerah kumuh, kemudian mas (Imam) Wahyu ada usul dan kami bersama-sama terus melakukan sosialisasi. Terpenting, ada antusias warga," kata Umaya.
Warga yang mulai sadar diri, akhirnya perlahan mencintai akan keindahan lingkungan sekitar tempat tinggal mereka.
Bahkan, mereka kemudian berpacu secara pribadi untuk 'menyulap' sekitar tempat tinggal mereka menjadi elok dipandang mata.
"Bahkan kalau ada warga yang masih suka dengan pola kehidupan kumuh, maka mereka akan mendapat sindiran dari tetangganya sendiri atau warga lain. Itu yang akhirnya membuat warga sadar diri, menghias rumahnya dan menjaga kebersihan," tutur Umaya.
Umaya mengatakan, ide tersebut mulai menjadi bahan pemikiran dan pembicaraan dengan Imam Wahyu serta karang taruna kelurahan setempat sejak Desember 2019.
Perlahan namun pasti, ide tersebut akhirnya bisa terwujud kendati membutuhkan waktu hampir dua tahun.
Konsep ide
Ketua Karang Taruna Kelurahan Sidokumpul Imam Wahyu, turut angkat bicara mengenai konsep ide 'menyulap' kampung halamannya, dari yang semula kumuh menjadi indah.
Terlebih, ornamen yang dibuat hiasan di kampung tersebut berasal dari barang bekas atau daur ulang.
"Orang sini itu kebanyakan pendatang, jadi mungkin karena itu mereka acuh dan cenderung seenaknya sendiri. Kemudian saya sama teman-teman karang taruna terpikir, bagaimana mengubah kampung yang kumuh jadi enak dipandang, indah lah pokoknya," kata Wahyu.
Kebetulan saat itu, jabatan Lurah Sidokumpul masih dipegang oleh Umaya. Ide tersebut langsung mendapat respons positif.
Sehingga Wahyu dan sebagian warga kemudian perlahan memulai proyek tersebut untuk menjadi contoh bagi warga yang lain.
"Lama kelamaan warga yang lain suka dan mulai mengikuti apa yang kami kerjakan. Kemudian ada perwakilan dari perusahaan yang ada di dekat kampung sini tertarik dan memberikan bantuan melalui CSR (corporate system responsibility)," ucap Wahyu.
Wahyu sendiri tidak asing dengan agenda daur ulang, sebab bersama rekan-rekannya yang ada di karang taruna kelurahan setempat, mereka menjadi pelopor warkop sampah.
Sebuah warung kopi, di mana pembeli bisa membayar sajian yang tersedia, dari barang bekas atau sampah daur ulang yang mereka punya di rumah.
"Dulu sini itu memang kumuh mas, tapi Alhamdulillah kini sudah bagus, indah dipandang. Kini malah kalau ada warga yang masih buang sampah sembarangan, warga lain pasti menegur," tutur Winarso (56), ketua RT 02/RW 07.
Baca juga: Ini Alasan Terduga Teroris JAD Pilih Merauke untuk Jadi Sasaran Bom Bunuh Diri