KOMPAS.com - Fenomena gulungan ombak biasanya ditemukan di sekitar perairan pantai. Namun fenomena ini bisa ditemukan di pesisir Sungai Kampar, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau.
Namanya adalah ombak bono. Dalam bahasa setempat, bono berarti berani.
Ombak besar bergulung-gulung di sungai ini terjadi karena adanya pertemuan arus sungai menuju laut dan arus laut yang masuk sungai akibat air pasang.
Baca juga: Kapal yang Ditumpangi Wartawan Karam Diterjang Ombak Bono di Riau
Tinggi ombak bono bahkan mencapai 4 hingga 5 meter menggulung dari pesisir muara di Desa Pulau Muda menuju Desa Teluk Meranti dan Tanjung Mentangor.
Tak main-main. Dari muara, ombak bono bisa mencapai 50-60 km menyisir daerah aliran suangi dengan kecepatan rata-rata 40 km/jam.
Semakin menjauh dari muara, maka tinggi ombak akan semakin mengecil tak lebih dari 70 sentimeter hingga 1 meter.
Baca juga: Agenda Pariwisata Riau 2018, Ada Ombak Bono sampai Bakar Tongkang
Uniknya, ombak besar ini mengalir berlawanan dengan arus sungai. Tak seperti ombak besar di laut, ombak bono bisa mencapai panjang 200 meter hingga 2 kilometer mengikuti lebar sungai.
Sungai Kampar sendiri memiliki panjang sekitar 413 km dengan hulu di Kabupaten Lima Puluh Kota (Sumatra Barat) dan bermuara di Selat Malaka.
Baca juga: Kapan Waktu Terbaik Menjajal Ombak Bono?
Tujuh hantu tersebut berwujud tujuh jenis gulungan ombak mulai dari gulungan ombak terbesar di bagian depan dan diikuti enam gulungan ombak di belakangnya dengan tinggi ombak lebih kecil.
Baca juga: Jadikan Ombak Bono Mendunia, Pemprov Riau Gelontorkan Rp 174 Miliar
Ombak besar sangat ditakuti oleh masyarakat. Sehingga untuk melewatinya harus diadakan semah semacam upacara di pagi atau siang hari. Upacara tersebut dipimpin tetua adat agar mereka selamat saat berhadapan dengan ombak bono.
Masih dalam kisah Sentadu Laut, ombak bono juga dijadikan uji nyali bagi pendekar Melayu pesisir untuk meninggkatkan keahlian bertarung mereka.
Gelombang dari Selat Malaka dan Laut China Selatan akan menerobos ke muara sungai.
Saat melewati celah yang makin menyempit dan dangkal dari DAS Kampar, arus akan semakin cepat dan terjadi benturan besar karena bertemu aliran sungai sehingga terjadi turbulensi dan menghasilkan ombak besar setinggi 4-5 meter mirip gelombang tsunami disertai dentuman keras.
Baca juga: Mengenal Ombak Bono, Pengalaman Dikejar Tujuh Hantu Itu Takkan Terlupakan...