Kini bisa lanjutkan sekolah
Irmawati juga terlambat sekolah beberapa tahun dibandingkan anak seusianya.
Selama ini, meski sekolahnya jauh, Irma tetap semangat sekolah. Biasanya dia berangkat sendiri mengendarai sepeda, meski matanya mengalami masalah.
"Tidak ada yang ngantar, berangkat sendiri naik sepeda," kata anak yang bercita-cita menjadi koki itu.
Supiyati mengatakan, Irma adalah anak yang penuh semangat. Selama ini dia terbiasa mandiri.
Selain berangkat sekolah sendiri, dia juga membuat sarapan sendiri. "Masakannya juga enak. Dia senang belajar masak," katanya.
Hati Irmawati pun kini lega karena bisa kembali bersekolah. "Senang rasanya akhirnya bisa sekolah," kata Irmawati.
Baca juga: Ada Kaki di Atas Kepala Saya, Ditarik Diam Saja, Saya Kira Sudah Meninggal
Menjelang PPDB yang akan dibuka awal Juni 2021, Bupati Ipuk mengintruksikan kepada Dinas Pendidikan untuk jemput bola terutama kepada para pelajar kurang mampu.
Hal ini untuk memastikan mereka bisa mengakses PPDB dan tetap melanjutkan sekolah.
Selain dibantu untuk sekolah lagi, ia juga mengintruksikan kepada Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Mikro untuk memasukkan warung Supiyati dalam progran Warung Naik Kelas (Wenak).
Warung Supiyati akan mendapat bantuan berbagai alat usaha dan pembenahan warung.
Ipuk juga meminta jajarannya untuk memfasilitasi bantuan kacamata kepada Irma, agar Irma bisa melihat lebih sempurna.
Baca juga: Camat di NTT Kemudikan Mobil dan Tabrak Warga, Diduga dalam Kondisi Mabuk Miras
Ipuk mengatakan, PPDB tahun ini harus diikuti dengan program jemput bola kepada para pelajar kurang mampu.
Pandemi Covid-19 membuat potensi anak putus sekolah meningkat. Meski biaya dasar sekolah sudah gratis, ada beberapa kendala yang dihadapi keluarga kurang mampu, seperti mengajak anak untuk bekerja membantu orang tua.
“Dengan jemput bola, kita cegah anak putus sekolah," kata Ipuk.
Apalagi, sambung Ipuk, PPDB sebagai sebuah sistem memang terdiri atas beberapa mekanisme. Keluarga kurang mampu bisa jadi kesulitan mengikuti alur yang ada.
“PPDB ini sistem, di situ ada mekanisme yang harus dicermati, seperti pagu sekolah, kemudian harus buka website PPDB. Untuk buka website saja, kan keluarga kurang mampu bisa jadi kesulitan. Makanya harus jemput bola, harus kita dampingi,” ujar Ipuk.
Baca juga: Sopir Pikap Diduga Sempat Terlelap hingga Tabrak Pohon, 8 Penumpang Tewas
Ipuk pun mengintruksikan jajaran Dinas Pendidikan lebih proaktif mencari anak yang berpotensi putus sekolah.
"Semua harus bergerak. Camat juga harus bantu dampingi pelajar kurang mampu. Termasuk seluruh warga, saling menginfokan, misal ada tetangganya belum daftar PPDB, infokan ke perangkat, agar ditindaklanjuti,” beber Ipuk.
Ada empat jalur pada PPDB tahun ini.
Pertama, zonasi dengan kuota 50 persen untuk pelajar di sekitar sekolah. Kedua, jalur prestasi 30 persen. Ketiga, jalur afirmasi pelajar kurang mampu 15 persen. Keempat, jalur perpindahan tugas orangtua/wali 5 persen.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.