Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menyoal Putusnya Jaringan Internet di Papua, Benarkah akibat Faktor Alam?

Kompas.com - 20/05/2021, 12:45 WIB
Rachmawati

Editor

Apakah data ini menjawab teka-teki persoalan?

Telkom belum dapat memastikan faktor alam apa yang menyebabkan kerusakan kabel bawah laut mereka, kata Pujo Pramono, Vice President Corporate Communication perusahaan milik negara itu.

Dalam keterangan pers kepada wartawan, seperti dilansir kantor berita Antara, Senin (17/5/2021), Pujo berkata Telkom harus terlebih dulu mengangkat kabel yang diduga rusak dari dalam laut.

Setelah itu, kata Pujo, barulah Telkom dapat mengidentifikasi penyebab kerusakannya.

Baca juga: Pemblokiran Internet di Papua, Jurnalis Kesulitan Berikan Informasi ke Publik

Sekretaris Jenderal Asosiasi Sistem Komunikasi Kabel Laut Seluruh Indonesia (Askalsi), Resi Bramani, menyebut kabel Telkom bisa rusak bukan cuma karena gempa, tapi juga akibat tertimpa jangkar kapal.

Organisasi yang dipimpin Resi berisi perusahaan pemilik kabel komunikasi bawah laut. Telkom adalah salah satu anggotanya.

"Kalau ada gempa tektonik, goyang sedikit, kabel bawah laut bisa putus," kata Resi.

Baca juga: Blokir Internet di Papua, Presiden Jokowi Digugat Melanggar Kemerdekaan Pers

"Tapi kabel bawah laut di Indonesia timur sepertinya tidak mungkin terdampak aktivitas kapal karena kapal jarang lewat daerah sana.

"Jadi saya memprediksi kerusakan ini akibat faktor alam," ucapnya.

Jaringan kabel bawah laut Papua yang rusak diresmikan Mei 2015 oleh Presiden Joko Widodo. Proyek jaringan kabel sepanjang 8.722 kilometer itu menghabiskan anggaran sebesar Rp3,6 triliun.

Baca juga: Pemblokiran Internet di Papua, Jurnalis Kesulitan Berikan Informasi ke Publik

Ilustrasi Internetshutterstock Ilustrasi Internet
Pembangunannya dibagi dalam dua tahap, yang pertama pembangunan dikerjakan Alcatel Submarine Network, perusahaan yang berinduk ke korporasi telekomunikasi Finlandia, Nokia.

Proyek yang mereka garap sepanjang 1.300 kilometer.

Adapun sisa pengerjaan dilakukan perusahaan Jepang, NEC Corporation.

Sejak diresmikan, jaringan kabel ini beberapa kali rusak dan mengganggu akses telekomunikasi dan internet di kawasan Papua. Atas semua kejadian itu, Telkom selalu menyebut faktor alam sebagai penyebabnya.

Baca juga: Gugat Blokir Internet di Papua, Tim Advokasi Kebebasan Pers Sebut Presiden Jokowi Melanggar Hukum

Juni 2016, misalnya, jaringan kabel bawah laut itu terputus di lokasi 8,6 kilometer dari Sorong. Setahun setelahnya, kejadian serupa berulang.

Ketika itu, General Manajer Telkom Papua, Agus Yudha Basuki, menyebut penyebabnya adalah aktivitas gunung api bawah laut yang berada di antara Sarmi dan Biak.

Sementara pada Juli 2018, Telkom menyebut kabel bawah laut itu putus akibat gempa bumi.\

Baca juga: Soal Pemblokiran Internet di Papua, Wiranto: Mohon Maaf Saya Leletkan...

Dalam tiga tahun terakhir, menurut data Askalsi, kejadian putusnya kabel komunikasi bawah laut terus menurun. Berturut-turut dari 2018, jumlah kasus tahunannya mencapai 40, 30, dan 27.

April lalu, sistem komunikasi bawah laut Jakabare (Jakarta-Kalimantan-Batam-Singapura) milik PT Indosat Tbk. terputus. Indosat menduga ini dipicu tanah yang amblas di daratan Singapura.

Baca juga: KKB di Papua Dipetakan, Polri: Jumlahnya Capai 150 Orang

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pengamanan Lebaran di Riau, 62 Posko Siaga Didirikan dan Ribuan Personel Pengamanan Diterjunkan

Pengamanan Lebaran di Riau, 62 Posko Siaga Didirikan dan Ribuan Personel Pengamanan Diterjunkan

Regional
Kronologi Pembunuhan Penjual Madu di Serang Banten, Pelaku Mantan Bos Dendam karena Utang

Kronologi Pembunuhan Penjual Madu di Serang Banten, Pelaku Mantan Bos Dendam karena Utang

Regional
Gunung Ile Lewotolok Kembali Meletus Disertai Dentuman Kuat

Gunung Ile Lewotolok Kembali Meletus Disertai Dentuman Kuat

Regional
Kisah Masjid Wali di Bibir Sungai Lusi yang Tak Pernah Kebanjiran

Kisah Masjid Wali di Bibir Sungai Lusi yang Tak Pernah Kebanjiran

Regional
Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Jumat 29 Maret 2024, dan Besok : Berawan Sepanjang Hari

Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Jumat 29 Maret 2024, dan Besok : Berawan Sepanjang Hari

Regional
Beda Nasib Mahasiswa Unnes dan Udinus Saat Ikut Program Ferienjob di Jerman

Beda Nasib Mahasiswa Unnes dan Udinus Saat Ikut Program Ferienjob di Jerman

Regional
Mantap Usung Gus Yusuf Maju Pilkada Jateng, PKB Cari Partner Koalisi

Mantap Usung Gus Yusuf Maju Pilkada Jateng, PKB Cari Partner Koalisi

Regional
Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Jumat 29 Maret 2024, dan Besok : Pagi ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Jumat 29 Maret 2024, dan Besok : Pagi ini Hujan Ringan

Regional
Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Jumat 29 Maret 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Jumat 29 Maret 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Regional
Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Jumat 29 Maret 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Berawan

Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Jumat 29 Maret 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Berawan

Regional
Bos Madu Bunuh Mantan Anak Buahnya karena Ditagih Utang Lebih Galak

Bos Madu Bunuh Mantan Anak Buahnya karena Ditagih Utang Lebih Galak

Regional
Cari Kepiting, 3 Pemuda Penyandang Disabilitas Malah Dituduh Begal

Cari Kepiting, 3 Pemuda Penyandang Disabilitas Malah Dituduh Begal

Regional
Jadwal Imsak dan Buka Puasa di Provinsi Nusa Tenggara Barat, 29 Maret 2024

Jadwal Imsak dan Buka Puasa di Provinsi Nusa Tenggara Barat, 29 Maret 2024

Regional
Jadwal Imsak dan Buka Puasa di Provinsi Jawa Timur, 29 Maret 2024

Jadwal Imsak dan Buka Puasa di Provinsi Jawa Timur, 29 Maret 2024

Regional
Jadwal Imsak dan Buka Puasa di Provinsi D.i. Yogyakarta, 29 Maret 2024

Jadwal Imsak dan Buka Puasa di Provinsi D.i. Yogyakarta, 29 Maret 2024

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com