Sementara bumbu, tepung, dan kemasan dibeli di Solo, Jawa Tengah.
"Kami order bahan baku seperti bumbu dan tepung dari sana (Solo). Kemudian dengan kemasan juga," ungkap Aditya.
Maksimilianus menjelaskan, usaha Tahu Gila Waingapu pernah ditutup selama sebulan pada April 2020.
"Kemudian kami coba membuka kembali. Setelah itu ada karantina wilayah, kami tutup lagi," ungkap Maksimilianus.
Setelah ada pengenduran aturan karantina wilayah, tempat usaha Tahu Gila Waingapu dibuka kembali.
Baca juga: Bahagianya UMKM di Karawang, Terima Order Parsel dari Belasan Perusahaan
"Kemudian Kota Waingapu zona merah, kami tutup lagi dan tidak berselang lama kami buka kembali," kata Maksimilianus.
Sejauh ini, tersedia wadah cuci tangan di lokasi tersebut.
Selain itu, tempat duduk untuk pelanggan yang hendak makan tahu gila di sana juga disediakan sangat terbatas. Hal tersebut untuk menghindari kerumunan yang dapat menyebabkan penularan Covid-19.
Katarina mengungkapkan, omzet usaha tahu gila tersebut sekitar Rp 3 juta per bulan.
Ia menambahkan, uang tersebut sangat membantu memenuhi kebutuhan hidup dirinya dan ketiga teman yang lain selama masa pandemi Covid-19.
Bagi Katarina, hal yang harus dimiliki dalam memulai sebuah usaha adalah keberanian.
"Jangan takut untuk mengambil risiko. Harus berani mengambil tindakan dan langkah baru," ujar Katarina.