Jika kerupuknya tandas sebelum pecel semangginya habis, maka pembeli bisa meminta selembar lagi kerupuk puli.
Cara makan yang khas memberikan sebuah pengalaman yang melekat kuat pada penikmatnya.
Sayangnya, keberadaan penjual semanggi di Surabaya semakin sulit ditemui. Para penjualnya bersifat dinamis dan bergerak menyusuri ruas-ruas jalan kota di Surabaya.
Baca juga: Perjalanan Sejarah di Sepiring Lontong Cap Go Meh
Jami yang tinggal di Desa Kendung tak tahu sejak kapan kampungnya dikenal sebagai kampung semanggi, pusat penjaja semanggi keliling di Surabaya.
Yang ia ingat, ibu dan neneknya adalah penjual semanggi yang menjajakan dagangannya dengan jalan kaki pusat kota.
“Nenek saya pernah cerita, dulu untuk berjualan semanggi, mereka harus jalan kaki ke pusat kota. Pulangnya beberapa hari sekali untuk mengambil pasokan semanggi di Benowo,” kata Jami yang saat ini juga berdagang semanggi.
Baca juga: Mencicipi Nasi Buk, Kuliner Khas Madura yang Berkembang di Kota Malang
Desa Kendung berada di wilayah pinggiran Kota Surabaya yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Gresik.
Konon, hanya di Desa Kedunf dan beberapa desa sekitarnya seperti Sememi dan Pakal, sawah-sawah yang ditanami semanggi masih bisa ditemukan.
Namun keberadaanya telah berubah karena banyak sawah semanggi yang berganti perumahan.
“Sekarang sawah-sawah semanggi habis berganti menjadi perumahan,” ujar Jami yang merupakan penduduk asli Desa Kendung.
Baca juga: Mencicipi Nasi Kentut Khas Medan, Berbahan Daun Sembukan yang Kaya Manfaat
Budayawan Dukut Imam Widodo dalam bukunya Monggo Dipun Badhog yang memuat sketsa-sketsa panganan tradisional Surabaya, juga menulis:
“… dengan banyaknya sawah-sawah yang digusur dibuat perumahan, maka tumbuhan semanggi pun mendekati kepunahan.”
Tumbuhan semanggi yang semula tumbuh bebas dan liar pun semakin tidak mendapat tempat untuk tumbuh.
Baca juga: Asal-usul Kampung Gelgel, Desa Islam Tertua di Bali, Berasal dari 40 Prajurit Muslim dari Majapahit
Keadaan tersebut sejurus dengan munculnya pandangan bahwa semanggi adalah tumbuhan kotor dan penganane wong kere di sebagian benak masyarakat. Stigma tersebut membuat pamor semanggi semakin redup.