Tidak terkesan menggurui
Cara Habib berdakwah cenderung mudah diterima anak muda dan tidak terkesan menggurui. Menurut dia, sekumpulan pemuda yang gemar nongkrong di warung kopi akan lebih senang bila memperoleh hal baru tanpa harus meninggalkan rutinitas ngopi bersama teman-temannya.
Setiap kali berdakwah di warung kopi, Habib berusaha komunikatif hingga membuat suasana semakin asyik.
Selain terdapat suguhan musik dengan tembang lagu dari berbagai genre, ada pula sesi tanya jawab seputar keagamaan hingga give away bagi peserta yang bisa memberikan jawaban dengan tepat.
Majelis Ngaji lan Ngopi menjadi semakin hidup. Ilmu tentang keagamaan, terutama tentang syariat Islam mudah diserap anak-anak muda.
Secara perlahan, beberapa pemuda yang awalnya sama sekali tidak memiliki bekal ilmu tentang agama, satu per satu kini mulai mengaplikasikan Islam dalam keseharian.
Habib juga tidak memaksa para pemuda untuk seketika "hijrah" dalam pandangan sempit. Sebab, semuanya membutuhkan proses yang tidak instan.
Baca juga: Bupati Nganjuk Terjaring OTT, Pelayanan Pemerintah Dipastikan Terus Berjalan
"Kita punya cara (berdakwah) yang tidak seperti biasanya, ada live music, bebas sambil ngerokok, sambil ngopi, tujuannya supaya bisa diterima lagi oleh kaula muda yang enggan ke majelis-majelis yang formal," kata Habib.
Dalam sesi tanya jawab pun, kata Habib, peserta atau jemaah bebas bertanya perihal apa pun, misalnya tentang rutinitas keseharian yang berkaitan dengan agama.
Semua pertanyaan dijawab dengan gamblang oleh Habib tanpa harus menghakimi.
"Pertanyaannya bebas, tidak harus tentang yang dibahas, bisa tanya jawab tentang tayamum, wudhu, adab bergaul dalam rumah tangga, bahkan hak-hak menjadi pemerintah atau rakyat yang baik juga kita bahas di sini," tutur dia.
Baca juga: Berkedok Investasi Lahan, Wanita Residivis di Surabaya Tipu Korban hingga Rp 48 Miliar
Sebanyak 27 warung kopi disinggahi
Untuk bisa dekat dengan para pemuda, Habib mengaku sudah mendatangi sebanyak 27 warung kopi di Surabaya dan Sidoarjo selama hampir dua tahun ini.
Karena pandemi Covid-19, kegiatan Ngaji lan Ngopi sedikit terhambat. Sepanjang tahun 2020 lalu, kegiatan tersebut sempat berhenti.
Baru pada tahun ini, kegiatan itu kembali bergulir meski tidak semua tempat di warung kopi bisa aktif seperti dulu.
Meski demikian, ia bersyukur bisa terus mensyiarkan agama Islam kepada para pemuda di warung-warung kopi.
"Sekarang sudah ada 27 titik 'Ngaji Ngopi' di (warung kopi) yang ada di Surabaya dan Krian, Sidoarjo. Karena pandemi ini, terputus semuanya dan hanya beberapa saja yang aktif. Tapi, bukan berarti dibatasi ya (segala usia boleh), kebetulan yang datang ini para pemuda," kata dia.
Baca juga: Jokowi Soal Pengolah Sampah Menjadi Listrik: Kota Lain Tidak Usah Ruwet-ruwet, Tiru Saja Surabaya