Mereka adalah eks Wali Kota Tangerang Selatan yang saat ini menjabat sebagai Ketua Umum Kesatuan Perempuan Partai Golkar (KPPG) Airin Rachmi Diany dan Ketua Dewan Pengurus Wilayah (DPW) PAN Jawa Barat Desy Ratnasari.
Hasil survei menunjukkan, Airin memiliki elektabilitas 3,0 persen sementara Desy Ratnasari dengan 2,8 persen.
"Jika Pilgub diselenggarakan pada saat survey ini dilakukan, maka sebagian besar responden belum menentukan pilihannya/tidak menjawab. Disusul dengan Ridwan Kamil 28, Dedi Mulyadi 4,8 persen, dan Dedi Mizwar. Menariknya ada dua nama baru, muncul (Desy Ratnasari dan Airin Rachmi Diany) dan keduanya perempuan," sambung Leo.
Di tempat yang sama, Guru Besar Politik dan Keamanan Universitas Padjadjaran (Unpad) Muradi mengatakan, dua nama tersebut berpotensi menjadi kuda hitam di Pilkada Jabar.
Apalagi, mereka memiliki pengalaman yang terbilang mulus.
Baca juga: Adik Kakak Disabilitas Tertabrak Kereta Usai Antar Makanan Lebaran
Airin pernah menjabat sebagai Wali Kota Tangerang Selatan dua periode, sementara Desy Ratnasari selain menjabat sebagai Ketua DPW PAN Jawa Barat, juga menjabat sebagai anggota Komisi VIII DPR RI.
"Kelebihan mereka muda, fresh, Airin lolos dua periode di Tangsel, dia tidak punya problem soal korupsi karena yang korupsi malahan suaminya. Desy juga saya kira tidak terlalu high profile. saya kira karakter dua orang ini punya karakter dekat dengan budaya politik di Jawa Barat," ungkap Muradi.
Selain itu, potensi dua perempuan tersebut bisa menjadi pemanis di Pilgub Jawa Barat karena isu gender tidak terlalu kuat.
Muradi merujuk Pilgub Jabar 2013, saat itu Rieke Dyah Pitaloka-Teten Masduki hampir menang melawan pasangan Ahmad Heryawan-Deddy Mizwar. Menurut Muradi, isu gender sama sekali tak mempengaruhi masyarakat Jabar.
"Rieke masih punya peluang untuk menang, terutama dia masih punya basis basis yang bukan basis agama. Jadi menurut saya, karakteristik politik di Jawa Barat bisa menerima pemimpin perempuan," tandasnya.