KOMPAS.com - Gua Mahakarya berada di Desa Banraas, Kecamatan Dungkek, Kabupaten Sumenep yang ada di sebelah timur Pulau Madura atau tepatnya 3 km dari tepi Pantai Gili Iyang.
Walaupun lokasinya terpencil, Gua Mahakarya menghadirkan pesona bebatuan stalaktit dan stalagmit yang unik. Seperti adanya batu alir dan batu bercahaya yang semuanya terbentuk dari proses endapan mineral jutaan hingga miliaran tahun silam.
Gili Iyang lokasi Gua Mahakarya dikenal dengan Pulau Oksigen kaena memiliki kualitas udara bersih dengan kadar oksigen yang bagus.
Baca juga: Makam Tertua Berusia 78.000 Tahun Ditemukan di Gua Afrika
Dikutip dari Indonesia.go.id, Gua Mahakarya ditemukan oleh warga sekitar tahun 2014.
Awalnya, Gua Mahakarya dikenal dengan nama Gua Celeng karena gua tesebut menjadi tempat persembunyian hewan celeng atau babi hutan.
Agar dapat dimanfaatkan sebagi lokasi wisata, warga membuat pagar bambu tepatnya tiga meter dari mulut gua agar hewan liar seperti celeng atau pun yang lainnya tidak masuk.
Baca juga: Jejak Tangan Anak-anak, Diduga Ritual Misterius Peradaban Maya Ditemukan di Gua Meksiko
Untuk masuk ke dalam gua, dibutuhkan alat penerangan dengan baterai cadangan, berpakaian yang nyaman, memakai sepatu, membawa perbekalan sendiri, serta jangan lupa memanfaatkan jasa pemandu.
Mulut gua sendiri memiliki bentuk setengah membulat dengan tinggi hingga ke langit-langitnya, tak lebih dari 1,5 meter, dan jalur masuknya menurun serta sedikit terjal.
Saat memasuki mulut gua kita terpaksa harus merunduk 90 derajat untuk menaklukkan sebuah lorong sempit sepanjang sekira lima meter.
Baca juga: Melancong ke Gili Iyang, Pulau Awet Muda di Sumenep
Namun hal tersebut terbayarkan saat memasuki ruang pertama yang luas seperti ruang pertemuan (hall) dengan langit yang tinggi sekitar 4-5 meter.
Pengunjung langsung disuguhkan oleh keunikan koleksi bebatuan stalaktit dan stalagmit di dalamnya.
Corak bebatuannya sungguh khas dengan warna krem dan cokelat yang mendominasi.
Endapan mineral-mineral tadi termasuk kalsit mewujud dalam bentuk larutan air yang setiap saat menetes perlahan dari sela bebatuan. Air ini meluncur mulus hingga ke ujung stalaktit dan jatuh ke dasar gua.
Baca juga: Sebuah Perahu Motor Hancur karena Ledakan di Sumenep, 3 ABK Terluka
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.