Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Para Buruh Gendong di Solo, Perempuan Perkasa Tulang Punggung Keluarga

Kompas.com - 07/05/2021, 06:16 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Selama belasan tahun para perempuan buruh gendong di pasar-pasar tradisional di Kota Solo menjalani kehidupannya.

Tak hanya untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, mereka juga menjadi tulang punggung keluarga.

Berikut kisah para perempuan perkasa yang menjadi buruh gendong di Kota Solo dikutip dari VOA Indonesia.

Baca juga: Ayo Bantu Buruh Gendong di Yogyakarta Agar Tetap Bisa Makan Nasi Bungkus Selama Pandemi

Bekerja belasan tahun menjadi buruh gendong

Bermodalkan selembar selendang kain dan fisik yang kuat, Suprapti membawa barang-barang di punggungnya. Langkahnya tak terhenti walaupun terik matahari menyengat tubuhnya.

Ia bersama 25 perempuan buruh gendong di Pasar Legi Solo hilir mudik setiap hari mengangkut barang dengan berat puluhan kilogram di punggung mereka.

Suprapti bercerita sudah 15 tahun menjalani pekerjaan sebagai buruh gendong. Sekali angkut, ia bisa membawa barang seberat 70 kilogram di punggungnya.

Baca juga: Gibran Larang Pemudik Masuk Solo, tapi Izinkan Wisatawan dari Jakarta Datang

"Sudah 15 tahun saya jadi buruh gendong di pasar ini. Sekali angkut bisa 60-70 kilogram. Bayaran angkutnya antara Rp 7.000-Rp 10.000, tergantung yang ngasih. Siang ini baru dapat dua orderan, sekitar Rp 20.000 ," ujar Suprapti penuh semangat.

Di sela-sela hiruk pikuknya pasar, perempuan asal Karanganyar itu berisitirahat di pojok pasar bersama rekan kerjanya sambil makan minum dan bersendau gurau.

Tak ada beban dalam tawanya. Tak ada diskusi panjang soal emansipasi atau pemberdayaan perempuan. Karena yang ada dalam benak mereka adalah bagaimana menyambung hidup.

Baca juga: Libur Lebaran 2021, Tempat Wisata di Solo Diperbolehkan Beroperasi

Fenomena buruh gendong di pasar-pasar tradisional di Solo dan banyak kota lain di Indonesia. VOA/Yudha Satriawan Fenomena buruh gendong di pasar-pasar tradisional di Solo dan banyak kota lain di Indonesia.
Suprapti bercerita jika suaminya bekerja serabutan. Terkadang menjadi buruh bangunan atau buruh tani. Tak jarang suaminya melakukan pekerjaan lain. "Yang penting halal," tegasnya.

Suprapti tak pernah mempersalahkan hal tersebut. Uang yang ia hasilkan sebagai buruh gendong akan dikumpulkan dengan uang suaminya untuk kebutuhn makan keluarga dan biaya sekolah sang anak.

Hal yang sama diceritakan Hartini. Ia mengatakan hasil kerja sebagai buruh gendong dapat ia gunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarganya.

Ia sendiri sudah 19 tahun bekerja sebagai buruh gendong sejak anaknya masih berusia 2 tahun.

Baca juga: Sejarah Masjid Agung Surakarta, Peninggalan Mataram Islam di Kota Solo

Biasanya ia akan datang ke pasar pada pukul 09.00 WIB dan pulang pukul 17.00 WIB.

"Tergantung orderan," kata dia.

"Saya sudah 19 tahun bekerja sebagai buruh gendong. Sejak anak saya usia 2 tahun hingga sekarang ia sudah berusia 21 tahun. Saya sudah tidak punya suami. Jadi saya menjadi tulang punggung keluarga,” ujar Hartini.

Ia mengaku sudah tak lagi merasakan beban barat di punggungnya karena sudah terbiasa.

Hartini bercerita ia bekerja sebagai buruh gendong karena diajak oleh saudara dan rekan-rekannya yang sudah lebih dulu memulai pekerjaan tersebut.

Baca juga: Gibran Perbolehkan Mudik Lokal Solo Raya

Saat istirahat siang, puluhan buru gendong tersebut akan bekumpul untuk menghilangkan penat. Tak jarang mereka saling memijat dan mengoleskan balsem.

Sesekali mereka tertawa, tak jarang menangis haru bersama. Misalnya ketika bicara soal teman sesama buruh gendong yang jatuh sakit.

Suprapti mengatakan selama ini ia dan teman-temannya menggunakan kartu kesehatan gratis yang diterbitkan pemerintah, yaitu Kartu Indonesia Sehat atau KIS.

Jika sakit mereka berobat ke puskesmas atau rumah sakit pemerintah yang gratis.

"Ya kalau sakit, berobat ke puskesmas, pakai kartu KIS itu. Gratis. Saya kan tidak punya uang berobat. Buat makan keluarga saja pas-pasan,” ungkap Suprapti.

Baca juga: Lurah Gajahan Solo Dibebastugaskan karena Dugaan Pungli, Pemkot Tunjuk Plh

Potret perempuan yang tangguh

Fenomena buruh gendong di pasar-pasar tradisional di Solo dan banyak kota lain di Indonesia. VOA/Yudha Satriawan Fenomena buruh gendong di pasar-pasar tradisional di Solo dan banyak kota lain di Indonesia.
Pengamat sosial di Universitas Negeri Sebelas Maret UNS Solo Ahmad Romdhon melihat keberadaan perempuan buruh gendong di sejumlah pasar tradisional sebagai potret perempuan tangguh.

"Ada suatu segmen perempuan dalam pekerjaan yang merupakan domain laki-laki. Namun dalam ranah pasar menjadi pilihan realistis bagi perempuan," ujar Romdhon kepada VOA.

Ia mengatakan para buruh gendong tidak punya modal kemampuan non-fisik lainnya, misal berdagang, bersaing bersama ekosistem di pasar

Dan mereka memilih bekerja sebagai buruh gendong.

Baca juga: Takbir Keliling Dilarang di Solo, Shalat Id Hanya Dibolehkan di Zona Hijau dan Kuning

"Disebut emansipasi perempuan buruh gendong ini bisa iya, bisa tidak. Iya karena mereka keluar dari ranah domestik dalam rumah, bertanggung jawab pada keluarganya. Kalau kita lihat ibu rumah tangga di rumah, beban kerjanya melebihi beban kerja laki-laki yang harus bekerja di ranah publik," tegasnya.

Lebih jauh ia menyoroti kondisi fisik perempuan buruh gendong yang kurang diperhatikan, misalnya kondisi tulang belakang, siklus haid dan hormonal, hingga dampak ketika memasuki usia lanjut.

Baca juga: Personel Gabungan Jaga Ketat Tempat Karantina Pemudik Nekat di Solo

Sementara itu, Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka, saat ditemui di Balaikota Solo, Jumat (30/4/2021) menyatakan akan lebih memperhatikan nasib para buruh gendong di pasar itu.

"Akan kami lebih perhatikan lagi nasib dan kondisi mereka. Kan kami kemarin yang jelas sudah membantu vaksinasi di pasar tradisional, termasuk para buruh gendong. Para buruh non-formal akan lebih kami perhatikan lagi", ujar Gibra

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Seorang Perempuan Tewas Tersengat Listrik Jerat Babi Hutan

Seorang Perempuan Tewas Tersengat Listrik Jerat Babi Hutan

Regional
Lapak Pigura di Kota Serang Mulai Banjir Pesanan Foto Prabowo-Gibran

Lapak Pigura di Kota Serang Mulai Banjir Pesanan Foto Prabowo-Gibran

Regional
Cerita Petani di Sumbawa Menangis Harga Jagung Anjlok Rp 2.900 Per Kilogram

Cerita Petani di Sumbawa Menangis Harga Jagung Anjlok Rp 2.900 Per Kilogram

Regional
Takut dan Malu, Siswi Magang di Kupang Melahirkan dan Sembunyikan Bayi dalam Koper

Takut dan Malu, Siswi Magang di Kupang Melahirkan dan Sembunyikan Bayi dalam Koper

Regional
Pemkot Semarang Adakan Nobar Timnas U23 Indonesia Vs Korea Selatan di Balai Kota

Pemkot Semarang Adakan Nobar Timnas U23 Indonesia Vs Korea Selatan di Balai Kota

Regional
Ikuti Arahan Musda, PKS Semarang Akan Mengusung Tokoh di Pilkada 2024

Ikuti Arahan Musda, PKS Semarang Akan Mengusung Tokoh di Pilkada 2024

Regional
Mantan Kepala BPBD Deli Serdang Ditahan, Diduga Korupsi Rp 850 Juta

Mantan Kepala BPBD Deli Serdang Ditahan, Diduga Korupsi Rp 850 Juta

Regional
Peringati Hari Bumi, Kementerian KP Tanam 1.000 Mangrove di Kawasan Tambak Silvofishery Maros

Peringati Hari Bumi, Kementerian KP Tanam 1.000 Mangrove di Kawasan Tambak Silvofishery Maros

Regional
Dinas Pusdataru: Rawa Pening Bisa Jadi 'Long Storage' Air Hujan, Solusi Banjir Pantura

Dinas Pusdataru: Rawa Pening Bisa Jadi "Long Storage" Air Hujan, Solusi Banjir Pantura

Regional
Sungai Meluap, Banjir Terjang Badau Kapuas Hulu

Sungai Meluap, Banjir Terjang Badau Kapuas Hulu

Regional
Diduga Korupsi Dana Desa Rp  376 Juta, Wali Nagari di Pesisir Selatan Sumbar Jadi Tersangka

Diduga Korupsi Dana Desa Rp 376 Juta, Wali Nagari di Pesisir Selatan Sumbar Jadi Tersangka

Regional
Gunung Semeru 4 Kali Meletus Pagi Ini

Gunung Semeru 4 Kali Meletus Pagi Ini

Regional
Ban Terbalik, Pencari Batu di Lahat Hilang Terseret Arus Sungai Lematang

Ban Terbalik, Pencari Batu di Lahat Hilang Terseret Arus Sungai Lematang

Regional
Cemburu Istri Hubungi Mantan Suami, Pria di Kabupaten Semarang Cabuli Anak Tiri

Cemburu Istri Hubungi Mantan Suami, Pria di Kabupaten Semarang Cabuli Anak Tiri

Regional
Nasdem dan PKB Silaturahmi Jelang Pilkada di Purworejo, Bahas Kemungkinan Koalisi

Nasdem dan PKB Silaturahmi Jelang Pilkada di Purworejo, Bahas Kemungkinan Koalisi

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com