Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berusia 2 Abad Lebih, Masjid Agung di Solo Gelar Shalat Tarawih 11 dan 23 Rakaat Sekaligus

Kompas.com - 07/05/2021, 06:07 WIB
Rachmawati

Editor

"Ini pengalaman pertama shalat 23 rakaat"

Pengalaman serupa juga dialami Uul Jihadat. Pria asal Yogyakarta itu rela datang ke Masjid Agung untuk bisa mengikuti shalat tarawih 11 rakaat.

Hanya saja ia datang terlambat sehingga tidak bisa mengikuti salat tarawih sejak rakaat awal sehingga mau tidak mau harus mengikuti shalat tarawih sebanyak 23 rakaat.

"Tadi saya ikut yang bisa dibilang 'kloter' kedua, ya, karena saya tahu di sini Masjid Agung Solo ada dua sesi [salat tarawih].

"Kebetulan saya tadi sampai sini pas yang 11 rakaat selesai witir, jadi ikut yang 23 rakaat, padahal inginnya ngejar yang 11 rakaat," akunya.

Baca juga: Remaja Tewas Tertabrak Kereta Api Saat Hendak Tadarus di Masjid, Ini Kronologinya

Bagi Uul, mengikuti shalat tarawih 23 rakaat di Masjid Agung merupakan pengalaman pertama dan sangat berkesan.

Sebagai orang yang besar dari keluarga Muhammadiyah, ia mengaku selama ini selalu melaksanakan  shalat tarawih dengan jumlah 11 rakaat.

"Selama ini ikutnya selalu 11 rakaat, tapi kali ini ikut 23 rakaat dengan bacaan satu juz. Dan ini kali pertama, surprise sekali ikut yang 23 rakaat," ucapnya.

Baca juga: Sejarah Masjid Jamik Pangkalpinang, Ada Sumbangan Bung Hatta dan Kubah dari Etnis Tionghoa

Apa komentar jemaah atas praktik tarawih dua tradisi?

Anggota polisi membersihkan mimbar masjid saat kegiatan bersih-bersih di Masjid Agung Keraton Kasunanan, Solo, Jawa Tengah, Senin (12/4/2021). Kegiatan tersebut dilakukan untuk memberikan rasa nyaman umat Islam dalam menjalankan ibadah di bulan Ramadhan.MOHAMMAD AYUDHA/ANTARA FOTO Anggota polisi membersihkan mimbar masjid saat kegiatan bersih-bersih di Masjid Agung Keraton Kasunanan, Solo, Jawa Tengah, Senin (12/4/2021). Kegiatan tersebut dilakukan untuk memberikan rasa nyaman umat Islam dalam menjalankan ibadah di bulan Ramadhan.
Ketika imam memimpin salat witir sebagai penutup salat tarawih delapan rakaat, sebagian peserta shalat memilih duduk. Mereka inilah yang akan melanjutkan tarawih 20 rakaat.

Mereka kemudian maju ke barisan saf depan. Otomatis jumlah jemaahnya pun berkurang dan tinggal tiga saf alias baris.

Iqbal Albani, warga kota Tegal, adalah salah-seorang di antaranya.

"Saya dari dulu, dari keluarga dan lingkungan, melakukan 20 rakaat. Ini kepercayaan kami," kata Iqbal.

Baca juga: Palembang Zona Merah, Seluruh Masjid Dilarang Gelar Shalat Id

Apakah Anda tidak letih dengan jumlah rakaat yang banyak?

"Karena ini hubungan dengan Tuhan, Insya Allah tidak capek," ujarnya kepada wartawan di Solo, Fajar Sodiq, yang melaporkan untuk BBC News Indonesia.

Terkait pilihan jemaah lainnya yang melakukan delapan rakaat, Iqbal menilai itu bukanlah masalah dan dia menghormatinya.

"Ini sebuah toleransi, positif, saling menghormati, tanpa ada yang menjatuhkan."

Baca juga: Jadi Simbol Toleransi, Begini Keindahan Masjid Maria Bunda Yesus

Di sinilah, Iqbal menaruh hormat kepada pengelola masjid yang memberi tempat kepada keduanya.

Adapun jemaah lainnya, Dwi Bayu Wijanarko mengaku takjub dengan keputusan takmir Masjid Agung Solo yang memfasilitasi pelaksanaan tarawih dua tradisi.

Dia mengaku sudah lama mengetahui praktek seperti itu. Itulah sebabnya dirinya memutuskan jauh-jauh datang dari Sukoharjo ke Masjid Agung untuk bisa merasakan suasana kerukunan tersebut.

"Ya, memang bagus sih karena jemaah bisa memilih mau ikut yang 11 atau 23 rakaat. Terus di sini juga para jemaahnya rukun dan saling menghormati meskipun berbeda jumlah rakaat tarawihnya," ungkapnya.

Baca juga: Terinspirasi Perjalanan Nabi, Tiang Masjid Ini dari Pohon Jati Utuh Setinggi 27 Meter

Takmir masjid: 'Jangan apriori terhadap perbedaan'

Ketua Takmir Masjid Agung Solo, Mohammad Muhtarom, mengatakan, selama ini pelaksanaan shalat tarawih 11 dan 23 rakaat sekaligus, tidak menimbulkan masalah.

"Di situ secara dhohiriyah (terlihat dari luar) tampak harmonis, walaupun berbeda pemahaman," ujarnya.

Dengan demikian, praktik salat tarawih yang menggabungkan dua tradisi itu dapat dijadikan contoh bagi masyarakat "untuk terbiasa melihat perbedaan".

"Jangan apriori terhadap perbedaan karena perbeedaan itu sebuah keniscayaan," ujar Muhtarom.

Baca juga: 5 Masjid Terindah di Dunia dengan Ciri Arsitektur yang Berbeda-beda

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Setelah 2 Tahun Buron, Pemerkosa Pacar di Riau Akhirnya Ditangkap

Setelah 2 Tahun Buron, Pemerkosa Pacar di Riau Akhirnya Ditangkap

Regional
Cemburu, Pria di Cilacap Siram Istri Siri dengan Air Keras hingga Luka Bakar Serius

Cemburu, Pria di Cilacap Siram Istri Siri dengan Air Keras hingga Luka Bakar Serius

Regional
Buntut Kasus Korupsi Retribusi Tambang Pasir, Kades di Magelang Diberhentikan Sementara

Buntut Kasus Korupsi Retribusi Tambang Pasir, Kades di Magelang Diberhentikan Sementara

Regional
Nasib Pilu Nakes Diperkosa 3 Pria di Simalungun, 5 Bulan Pelaku Baru Berhasil Ditangkap

Nasib Pilu Nakes Diperkosa 3 Pria di Simalungun, 5 Bulan Pelaku Baru Berhasil Ditangkap

Regional
Kepsek SMK di Nias Bantah Aniaya Siswanya sampai Tewas, Sebut Hanya Membina

Kepsek SMK di Nias Bantah Aniaya Siswanya sampai Tewas, Sebut Hanya Membina

Regional
30 Ibu Muda di Serang Jadi Korban Investasi Bodong, Kerugian Capai Rp 1 Miliar

30 Ibu Muda di Serang Jadi Korban Investasi Bodong, Kerugian Capai Rp 1 Miliar

Regional
Penipuan Katering Buka Puasa Masjid Sheikh Zayed Solo, Dua Pengusaha Rugi Hampir 1 Miliar

Penipuan Katering Buka Puasa Masjid Sheikh Zayed Solo, Dua Pengusaha Rugi Hampir 1 Miliar

Regional
Pimpinan Ponpes Cabul di Semarang Divonis 15 Tahun Penjara

Pimpinan Ponpes Cabul di Semarang Divonis 15 Tahun Penjara

Regional
Viral, Video Penggerebekan Judi di Kawasan Elit Semarang, Ini Penjelasan Polisi

Viral, Video Penggerebekan Judi di Kawasan Elit Semarang, Ini Penjelasan Polisi

Regional
Pj Wali Kota Tanjungpinang Jadi Tersangka Kasus Pemalsuan Surat Tanah

Pj Wali Kota Tanjungpinang Jadi Tersangka Kasus Pemalsuan Surat Tanah

Regional
Polisi Aniaya Istri Gunakan Palu Belum Jadi Tersangka, Pelaku Diminta Mengaku

Polisi Aniaya Istri Gunakan Palu Belum Jadi Tersangka, Pelaku Diminta Mengaku

Regional
Ngrembel Asri di Semarang: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Rute

Ngrembel Asri di Semarang: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Rute

Regional
Gunung Ruang Kembali Meletus, Tinggi Kolom Abu 400 Meter, Status Masih Awas

Gunung Ruang Kembali Meletus, Tinggi Kolom Abu 400 Meter, Status Masih Awas

Regional
Lansia Terseret Banjir Bandang, Jasad Tersangkut di Rumpun Bambu

Lansia Terseret Banjir Bandang, Jasad Tersangkut di Rumpun Bambu

Regional
Polda Jateng: 506 Kasus Kecelakaan dan 23 Orang Meninggal Selama Mudik Lebaran 2024

Polda Jateng: 506 Kasus Kecelakaan dan 23 Orang Meninggal Selama Mudik Lebaran 2024

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com