KOMPAS.com - Pasien Covid-19 yang meninggal setelah kabur menerobos kaca di RSUD Ade M Djoen Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat dipastikan meninggal karena virus corana bukan karena pendarahan
Hal tersebut disampaikan Direktur RSUD Ade M Djoen Sintang, Rosa Trifina.
Ia menjelaskan saat kabur, pasien menerobos pintu kaca hingga pecah. Kaki pasien mengalami luka terkena pecahan kaca.
Enam jam setelah berusaha kabur, pasien dinyatakan meninggal dunia karena virus corona bukan karena pendarahan serius di kaki saat menerjang pintu kaca.
Menurut Rosa, pasien yang bersangkutan sudah dirawat selama 9 hari setelah hasil PCR-nya positif Covid-19.
"Pasien ini memang sudah terkonfirmasi corona, dirawat hari ke 9. Meninggalnya setengah 3 subuh. Tidak ada pendarahan yang serius, cuman mungkin kalau kita lihat dari kejadian bahwa sebelumnya ada kejadian perburukan kondisi umum, (pasien meninggal) ya karena penyakit yang dideritanya, karena corona," jelas Rosa Rabu (5/5/2021) dikutip dari Tribun Pontianak.
Baca juga: Coba Terobos Pintu Kaca Rumah Sakit, Seorang Pasien Covid-19 Meninggal
Menurut Rosa, satu hari sebelum kejadian, kondisi pasien memburuk dan terlihat gelisah.
"Satu hari sebelum kejadian, pasien ini memang sudah ada perburukan kondisi umumnya. Pasien mengalami demam, panas, sesak, delirium (kebingungan dan kurang kesadaran) gelisah. Dan ini sudah menjadi pantauan kita," kata Rosa.
Lalu pada selasa malam sekitar pukul 20.30 WIB, pasien semakin gelisah, sesak napas, dan mengalami penurunan oksigen.
Perawat yang berjaga kemudian konsultasi ke dokter dan pasien disarankan untuk mendapat terapi.
Baca juga: Penjelasan Lengkap Bupati Nunukan soal 2 TKI Positif Covid-19 Kabur Saat Karantina
Dalam keadaan gelisah, pasien yang seorang diri di dalam kamar itu melepas oksigen dan berniat kabur.
Namun ia dihalang-halangi oleh perawat agar tidak keluar dari kamar dan kembai ke tempat tidur. Namun pasien mencari jalan pintas dengan menerobos pintu kaca.
"Dia menolak, tetap mau keluar, pada akhirnya dia keluar. Karena dari pintu dia tidak bisa keluar karena dijaga perawat, akhirnya dia mencari jalan pintas lain pintu kaca sehingga kacanya pecah," beber Rosa.
Rosa menjelaskan depresi pada pasien bisa saja terjadi. Apalagi saat melihat surat keterangan hasil swab PCR positif corona, ditambah muncul gejala sesak nafas, batuk.
"Pikiran bercampur aduk, bisa menimbulkan stres kepada pasien. Kalau dikatakan dia depresi bisa saja terjadi, apalagi dalam kondisi sudah dirawat hari ke-9, kemudian mengalami sesak nafas, demam, pikiran pasien campur aduk, bisa saja itu menimbulkan kecemasan berlebihan," kata Rosa.
Dari sejumlah video yang beredar, pintu kaca ruang perawatan di ICU pecah. Pasien terkapar dengan kondisi kaki berdarah di lorong rumah sakit.
Baca juga: Klaster Mushala Muncul Lagi di Banyumas, 33 Orang Positif Covid-19
Perawat kemudian membawa pasien tersebut kembali masuk ke ruang perawatan untuk dipasang inpus dan oksigen.
Pihak rumah sakit pun berkoordinasi dengan keluarga pasien dan jenazah pasien dimakamkan sesuai dengan protokol Covid-19.
"Kami sudah koordinasi dengan pihak terkait untuk pemakaman. Kami juga sudah jelaskan kronologinya kepada keluarga pasien," tukasnya.
SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Hendra Cipta | Editor : Teuku Muhammad Valdy Arief), TribunPontianak.co.id
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.