Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Pertobatan WNI Eks Jihadis di Suriah, Syahrul: Orangtua Terpukul Saat Tahu Saya Bohong (3)

Kompas.com - 05/05/2021, 06:19 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Tiga orang warga Indonesia eks napi teroris, yang pernah menjadi petempur kelompok militan ISIS di Suriah, menyadari kesalahannya dan berusaha menebusnya dengan menyebarkan narasi anti-ekstremisme di masyarakat.

Inilah kisah tiga pria asal Surabaya, Pasuruan, dan Malang, Jawa Timur, yang terpapar gerakan ekstremisme yang menghalalkan kekerasan, dengan berangkat ke medan perang di Suriah dan bergabung dengan kelompok militan yang menyebut diri Negara Islam atau ISIS.

Mereka terpikat menjadi 'jihadis radikal' melalui propaganda di internet, persinggungan dengan seorang perekrut ISIS, serta proses panjang dan perlahan yang membuat mereka makin terdorong ke dalam ekstremisme.

Baca juga: Polri: Terduga Teroris yang Ditembak Mati di Makassar Adalah Eks Napi Teroris

Ujungnya, atas nama persaudaraan dan, tentu saja, petualangan adrenalin, Abu Farros (nama sebutan), Wildan Bahriza, dan Syahrul Munif, meninggalkan ayah, ibu, anak, dan keluarganya.

Dihadapkan kekejaman perang di Suriah, kekejian ISIS, dan perangai negatif sang perekrut, kesadaran intelektual dan rohani, juga situasi di Indonesia, mereka akhirnya memutuskan meninggalkan Suriah.

Apa yang terjadi setelah mereka diadili dan mendekam di penjara?

Di titik mana dalam kehidupan para eks jihadis ini sehingga mereka akhirnya berhasil keluar dari ideologi kebencian?

Baca juga: Kalapas Gunung Sindur: Napi Teroris Awalnya Hormat Bendera Saja Tidak Mau

Bagaimana mereka beradaptasi di masyarakat ketika dihadapkan adanya stigma tentang latar belakang mereka sebagai mantan napi teroris?

Berikut kesaksian tiga orang itu dalam wawancara terpisah di Surabaya dan Malang:

Baca juga: Kisah Pertobatan WNI Eks Jihadis di Suriah, Abu Faros: Saya Tak Bisa Tidur Selama 2 Bulan (1)

Baca juga: Kisah Pertobatan WNI Eks Jihadis di Suriah, Wildan: Kami Ditaruh di Front Pertempuran (2)

"Kamu harus pulang, ayah-ibumu tak restui 'jihadmu' ke Suriah"

Syahrul Munif (nomor dua dari kanan) saat acara pengenalan produk bisnisnya. Saya anggap itu dakwah saya. Bentuk koneksi jihad saya sudah berubah. Itu cocok buat di Indonesia yang merupakan negara damai, ungkapnya.Dokumen Arif Budi Setyawan Syahrul Munif (nomor dua dari kanan) saat acara pengenalan produk bisnisnya. Saya anggap itu dakwah saya. Bentuk koneksi jihad saya sudah berubah. Itu cocok buat di Indonesia yang merupakan negara damai, ungkapnya.
(Syahrul Munif, kelahiran 1982, bergabung ISIS di Suriah, dan setelah bebas dari penjara aktif menyuarakan nilai-nilai anti-radikalisme)

Dalam rentang sekitar tujuh tahun, Syahrul Munif, 39 tahun, yang dulu berangkat 'berjihad' ke medan perang Suriah dengan bergabung ISIS, dapat berubah 180 derajat.

Kini, pria kelahiran Juli 1982 ini berulang-ulang menyebut ISIS sebagai "virus yang merusak citra Islam" — hal yang diakuinya tak "terpikirkan" saat dia bersumpah mendukung ISIS tujuh tahun silam.

Baca juga: Puluhan Napi Teroris di Lapas Gunung Sindur Ucapkan Ikrar Setia Pancasila

BBC Indonesia lantas bertanya kepada Syahrul — lulusan strata satu Fakultas Hukum di sebuah perguruan tinggi swasta di Malang — perihal bagaimana dia bisa berubah dalam rentang tujuh tahun.

Berubah dalam artian, misalnya saja, dia tidak lagi menganggap jihad itu harus mengangkat senjata atau tentang ketegasan sikapnya yang menolak konsep kekhalifahan.

"Saat di dalam penjara saya mulai berpikir," ujarnya dalam wawancara dengan BBC News Indonesia di rumah kontrakannya di Singosari, Malang, pertengahan April 2021.

Baca juga: 34 dari 56 Napi Teroris Berikrar Setia kepada NKRI, Kemenkumham: Yang 22 Terus Kita Bina

Narapidana tindak pidana terorisme mencium bendera Merah Putih usai mengucap ikrar setia kepada NKRI di Aula Sahardjo, Lapas Narkotika Kelas IIA Gunung Sindur, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis (15/04).RIF FIRMANSYAH/ANTARA FOTO Narapidana tindak pidana terorisme mencium bendera Merah Putih usai mengucap ikrar setia kepada NKRI di Aula Sahardjo, Lapas Narkotika Kelas IIA Gunung Sindur, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis (15/04).
Selama mengikuti program deradikalisasi yang disponsori Pemerintah Indonesia, mantan aktivis dakwah kampus ini mengaku "banyak belajar" tentang konsep keislaman secara lebih luas.

"Termasuk jihad di Indonesia seharusnya seperti apa, jihad sesungguhnya menurut syariah seperti apa," ungkapnya.

Lalu, apa yang terjadi pada Anda ketika disuguhi video-video propaganda tentang apa yang terjadi di Suriah oleh Abu Jandal alias Salim Mubarok Attamimi, sehingga nekat ke Suriah? BBC Indonesia bertanya lagi.

Baca juga: Kisah Nana Napi Teroris Bom Panci, Didoktrin Paham Radikal oleh Suami, Kini Memilih Kembali ke NKRI

"Saya tidak berpikir ke sana," jawab Syahrul, mencoba menggambarkan apa yang ada di benaknya, saat itu.

Dia menyebut posisinya saat itu sebagai murid yang "mencari ilmu" kepada Salim yang disebutnya sebagai ustaz alias guru.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Takut dan Malu, Siswi Magang di Kupang Melahirkan dan Sembunyikan Bayi dalam Koper

Takut dan Malu, Siswi Magang di Kupang Melahirkan dan Sembunyikan Bayi dalam Koper

Regional
Pemkot Semarang Adakan Nobar Timnas U23 Indonesia Vs Korea Selatan di Balai Kota

Pemkot Semarang Adakan Nobar Timnas U23 Indonesia Vs Korea Selatan di Balai Kota

Regional
Ikuti Arahan Musda, PKS Semarang Akan Mengusung Tokoh di Pilkada 2024

Ikuti Arahan Musda, PKS Semarang Akan Mengusung Tokoh di Pilkada 2024

Regional
Mantan Kepala BPBD Deli Serdang Ditahan, Diduga Korupsi Rp 850 Juta

Mantan Kepala BPBD Deli Serdang Ditahan, Diduga Korupsi Rp 850 Juta

Regional
Peringati Hari Bumi, Kementerian KP Tanam 1.000 Mangrove di Kawasan Tambak Silvofishery Maros

Peringati Hari Bumi, Kementerian KP Tanam 1.000 Mangrove di Kawasan Tambak Silvofishery Maros

Regional
Dinas Pusdataru: Rawa Pening Bisa Jadi 'Long Storage' Air Hujan, Solusi Banjir Pantura

Dinas Pusdataru: Rawa Pening Bisa Jadi "Long Storage" Air Hujan, Solusi Banjir Pantura

Regional
Sungai Meluap, Banjir Terjang Badau Kapuas Hulu

Sungai Meluap, Banjir Terjang Badau Kapuas Hulu

Regional
Diduga Korupsi Dana Desa Rp  376 Juta, Wali Nagari di Pesisir Selatan Sumbar Jadi Tersangka

Diduga Korupsi Dana Desa Rp 376 Juta, Wali Nagari di Pesisir Selatan Sumbar Jadi Tersangka

Regional
Gunung Semeru 4 Kali Meletus Pagi Ini

Gunung Semeru 4 Kali Meletus Pagi Ini

Regional
Ban Terbalik, Pencari Batu di Lahat Hilang Terseret Arus Sungai Lematang

Ban Terbalik, Pencari Batu di Lahat Hilang Terseret Arus Sungai Lematang

Regional
Cemburu Istri Hubungi Mantan Suami, Pria di Kabupaten Semarang Cabuli Anak Tiri

Cemburu Istri Hubungi Mantan Suami, Pria di Kabupaten Semarang Cabuli Anak Tiri

Regional
Nasdem dan PKB Silaturahmi Jelang Pilkada di Purworejo, Bahas Kemungkinan Koalisi

Nasdem dan PKB Silaturahmi Jelang Pilkada di Purworejo, Bahas Kemungkinan Koalisi

Regional
Ibu di Bengkulu Jual Anak Kandung Rp 100.000 ke Pacarnya

Ibu di Bengkulu Jual Anak Kandung Rp 100.000 ke Pacarnya

Regional
Bukan Cincin, Jari Pria Ini Terjepit Tutup Botol dan Minta Bantuan Damkar

Bukan Cincin, Jari Pria Ini Terjepit Tutup Botol dan Minta Bantuan Damkar

Regional
Kejari Pontianak Bantah Hambat Perkara Mantan Caleg Tipu Warga Rp 2,3 Miliar

Kejari Pontianak Bantah Hambat Perkara Mantan Caleg Tipu Warga Rp 2,3 Miliar

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com