"Dan saat itu, saya percaya kepadanya, berprasangka baik saja" — termasuk isi video itu.
Mirip yang dialami Abu Farros dan Wildan, Syahrul juga menggunakan alasan persaudaraan sesama muslim dan alasan kemanusiaan yang membuatnya "berpikir sempit" untuk memberi penguatan makna jihadnya saat itu.
Baca juga: Penjual Airgun ke Penyerang Mabes Polri adalah Eks Napi Teroris di Aceh
"Mungkin pikiran saya saat itu sempit dan berpikir, pokoknya saya bisa menolong dan bisa berarti bagi saudara-saudara saya di Suriah," katanya.
Kalimat inilah yang mengantarkannya dalam perjalanan berisiko dan berbahaya ke medan perang di Suriah pada Maret 2014.
Demi tujuan 'jihad' itulah Syahrul saat itu membohongi ibu dan ayahnya, dengan mengatakan bahwa kepergiannya itu untuk umrah dan ambisi belajar agama di Arab Saudi.
Kepada istrinya, Syahrul hanya bercerita sekilas tentang rencana kepergiannya.
Sang istri saat itu sudah mengingatkannya bahwa dirinya harus bertanggung jawab untuk membesarkan dua anaknya yang masih kecil.
Baca juga: Sosok MK, Penjual Airgun ke Penyerang Mabes Polri, Mantan Napi Teroris yang Serahkan Diri ke Polisi
Syahrul dan Abu Farros terbang ke Malaysia dan bertemu beberapa orang lainnya, sebelum terbang ke Turki dan akhirnya melintasi perbatasan menuju "penampungan" di Kota Tell Abyad, Suriah.
Setelah mengikuti latihan militer oleh ISIS di Kota Raqqa selama 25 hari, mereka kemudian ditempatkan di lokasi "perbatasan" dengan Kota Aleppo.
Dalam perjalanannya, Syahrul mengaku mulai bimbang atas pilihan 'jihadnya' ke Suriah, setelah mengetahui ada peristiwa deklarasi kekhalifahan apa yang disebut sebagai Negara Islam.
"Pemahaman saya khilafah itu rujukan seluruh muslimin di seluruh dunia, tahu-tahu kok ISIS deklarasikan khilafah. Ini menurut saya terburu-buru dan prematur," katanya belakangan.
Baca juga: Seorang Napi Teroris Bebas dari Lapas Porong, Pernah Suplai Bahan Peledak ke Poso
"ISIS kok seperti itu," ujarnya. Belum lagi informasi yang dia terima praktik kekejaman ISIS terhadap tawanan perang.
"Saya mendengar di alun-alun kota itu ada kepala-kepala [manusia] yang dipajang di pagar," katanya. Pada titik inilah, katanya tujuh tahun kemudian, dia memutuskan untuk segera meninggalkan Suriah.
Baca juga: Seorang Napi Teroris Bebas dari Lapas Porong, Pernah Suplai Bahan Peledak ke Poso
Apakah sebelum Anda berangkat ke Suriah tidak menyadari hal itu, BBC Indonesia bertanya.
Syahrul dulu mengaku 'mengidealkan' ISIS. "Tapi, itu sebelum saya lihat faktanya saat di Suriah."
Selama berproses mengikuti program deradikalisasi di dalam penjara itulah, Syahrul kemudian menyimpulkan bahwa "ISIS sudah melenceng dari konsep keislaman".
"Kalau salah sebut virus takfiri mulai kelihatan dan neo-khawarijnya sudah kelihatan, itu yang membuat saya berpikir bahwa ISIS itu virus bagi umat Islam," katanya.
Baca juga: Berulang Tahun, Ganjar Dapat Kado Spesial dari Eks Napi Teroris, Isinya...
"Orangtua saya sangat terpukul ketika mengetahui saya berbohong untuk pergi ke Suriah, dan saudara-saudara saya bilang, 'Mas, pokoknya kamu harus pulang, karena umi dan aba tidak merestui kepergian Mas'," katanya.