Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Digitalisasi Pita Rekaman Musik Karawitan Tan Deseng, Upaya Selamatkan Aset Budaya Sunda

Kompas.com - 04/05/2021, 11:34 WIB
Reni Susanti,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Proses penyelamatan artefak budaya sunda berupa data audio hasil perekaman seni musik atau karawitan milik budayawan Tan Deseng dimulai.

Penyelamatan ini memerlukan waktu karena kondisi kondisi artefak dan Tan Deseng yang tidak lagi muda. Bahkan kesehatan Tan Deseng sempat menurun selama proses penyelamatan berlangsung.

"Kami menghadapi beberapa kendala. Usia pita yang berkisar 50-60 tahunan membutuhkan treatment tertentu," ujar budayawan sekaligus perwakilan tim penyelamat artefak, Dadang I Suryalaga kepada Kompas.com di Bandung, Senin (3/5/2021).

Selain itu, ada sebagian pita reel yang lama tidak diputar. Akibatnya pita berjamur, kotor, dan rapuh. Bahkan ada pita yang tidak sesuai dengan judul cover atau deskripsi.

"Karena isi rekaman pita aslinya di timpa ulang dengan rekaman yang lain. Ini terjadi karena keterbatasan ekonomi Pak Tan Deseng, karena mahal dan langka," tutur dia.

Baca juga: Kisah Tan Deseng Si Maestro Musik Sunda: Walau Dapat Penghargaan 2 Presiden, Hidupnya Berpindah-pindah Tak Punya Rumah (1)

Begitupun kondisi alat pemutar yang juga sudah tua. Karena usianya ini pula, suku cadang alat pemutar susah dicari.

Kendala utamanya, informasi detail isi pita. Mulai dari pelaku seni, teknis perekaman, dan lainnya. Yang mengetahui hal tersebut hanya Tan Deseng.

Namun usia Tan Deseng yang menjelang 80 tahun membuat ia cepat lelah, ditambah kondisi kesehatannya yang tidak stabil. Kendala lainnya, kemampuan tim yang terbatas.

Baca juga: Kisah Maestro Musik Sunda Tan Deseng, Gelisah Artefak Seni Sunda Hilang Begitu Saja (2)

425 pita rekaman diselamatkan, hanya 80 persen yang bisa diproses

Akibat berbagai kendala tersebut, sambung Dadan, dari 425 pita reel, hanya 80 persennya yang diperkirakan bisa diproses lebih lanjut.

Pita-pita tersebut merupakan hasil rekaman tahun 1950an-1970an. Ada banyak pita langka, di antaranya Tarawangsa Buhun, Angklung Kabuyutan, Calung Baduy, Kiser Cirebonan, Celempungan, Karinding Buhun, dan lainnya.

Ada juga pita yang namanya familiar di telinga orang Sunda. Seperti pita wayang golek Abah Sunarya (ayah dalang Asep Sunandar Sunarya), Aming Wiganda, Dede Aming Sutarya, hingga Ade Kosasih.

Baca juga: Cerita Tan Deseng, Warga Tionghoa yang Pertama Kali Rekam Dalang Legenda Abah Sunarya

 

Proses digitalisasi pita rekaman

Tim penyelamat artefak sunda, Dadang I Suryalaga tengah mengoperasionalkan alat untuk penyelematan pita. KOMPAS.com/RENI SUSANTI Tim penyelamat artefak sunda, Dadang I Suryalaga tengah mengoperasionalkan alat untuk penyelematan pita.
Pada tahap pertama ini, pengerjaan dilakukan 6 orang. Di antaranya, Dadang, Boy Worang, A Wasta, Dodi Suparman, dan Yoni Bertha Yosmadha.

Tahap pertama ini, tim melakukan pemilahan dan identifikasi fisik, rendering, editing, hingga mixing serta mastering.

Setelah proses pertama ini akan dilanjutkan ke proses digitalisasi. Kemudian mendokumentasikan dan merealisasikan hasil proses pendigitalisasian ini ke dalam bentuk pertunjukan dan visual.

"Dipublikasikan agar dapat dinikmati dan dijadikan bahan edukasi pembelajaran seni pada saat ini," tutur Dadang.

Artefak ini pun nantinya bisa menjadi bahan literasi dan kajian seni dalam forum ilmiah dan seminar serta diskusi seni lainnya.

"Seluruh proses ini dapat terwujud dan bisa kami laksanakan setelah kunjungan Anggota DPR sekaligus budayawan Dedi Mulyadi ke Tan Deseng," tutur Dadang.

Dedi dinilai mendukung upaya revitalisasi dan penyelamatan asset budaya khususnya budaya Sunda.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pesta Sabu dengan Temannya, Caleg Gagal Asal Pati Diringkus Polisi

Pesta Sabu dengan Temannya, Caleg Gagal Asal Pati Diringkus Polisi

Regional
Banjir Demak Berangsur Surut, Ribuan Orang Tinggalkan Pos Pengungsian

Banjir Demak Berangsur Surut, Ribuan Orang Tinggalkan Pos Pengungsian

Regional
Kualitas Rendah, Beras Lokal di Kebumen Kurang Diminati meski Harganya Turun

Kualitas Rendah, Beras Lokal di Kebumen Kurang Diminati meski Harganya Turun

Regional
Diduga Hendak Perang Sarung, Puluhan Pelajar di Demak Diamankan Polisi

Diduga Hendak Perang Sarung, Puluhan Pelajar di Demak Diamankan Polisi

Regional
SPBU di Jalan Utama Kabupaten Semarang Diperiksa untuk Mencegah Kecurangan

SPBU di Jalan Utama Kabupaten Semarang Diperiksa untuk Mencegah Kecurangan

Regional
Peringati Jumat Agung, Remaja di Magelang Rasakan Penyaliban Yesus

Peringati Jumat Agung, Remaja di Magelang Rasakan Penyaliban Yesus

Regional
Aktivitas Gunung Marapi Meningkat, Wagub Audy Minta Warga Waspada

Aktivitas Gunung Marapi Meningkat, Wagub Audy Minta Warga Waspada

Regional
Jalan Rusak Pasca Banjir di Demak Ditargetkan Rampung Sebelum Lebaran

Jalan Rusak Pasca Banjir di Demak Ditargetkan Rampung Sebelum Lebaran

Regional
Sebelum Bunuh Mantan Anak Buah, Bos Madu di Banten Konsumsi 10 Pil Koplo

Sebelum Bunuh Mantan Anak Buah, Bos Madu di Banten Konsumsi 10 Pil Koplo

Regional
Depresi Hamil di Luar Nikah, Remaja Putri di Jepara Bekap dan Buang Bayinya ke Sungai

Depresi Hamil di Luar Nikah, Remaja Putri di Jepara Bekap dan Buang Bayinya ke Sungai

Regional
Harvey Moeis Jadi Tersangka, Kasus Bermula dari Anjloknya Ekspor PT Timah Tbk

Harvey Moeis Jadi Tersangka, Kasus Bermula dari Anjloknya Ekspor PT Timah Tbk

Regional
Jalan Salib di Pulau Sumba, Angkat Isu Kerusakan Alam yang Jadi Masalah Zaman Modern

Jalan Salib di Pulau Sumba, Angkat Isu Kerusakan Alam yang Jadi Masalah Zaman Modern

Regional
150 Kios di Pasar Cipungara Subang Hangus Terbakar, Damkar Kesulitan Padamkan Api

150 Kios di Pasar Cipungara Subang Hangus Terbakar, Damkar Kesulitan Padamkan Api

Regional
Sebanyak 78.572 Keluarga Berisiko Stunting di Bengkulu

Sebanyak 78.572 Keluarga Berisiko Stunting di Bengkulu

Regional
Nyamar Jadi Sopir Ojek Online, Pria di Malang Curi Tas Pemilik Warung Nasi

Nyamar Jadi Sopir Ojek Online, Pria di Malang Curi Tas Pemilik Warung Nasi

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com