YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Takjil sate yang membunuh anak seorang pengendara ojek online di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, dipastikan mengandung racun jenis potasium sianida.
Zat ini biasanya dipakai untuk meracun tikus. Jika sampai tertelan manusia, sianida bisa menimbulkan kematian.
Ahli farmasi Universitas Gadjah Mada Arief Nurrochmad mengatakan, sianida atau yang lebih dikenal dengan sebutan apotas, bisa membunuh orang yang menelannya walau hanya dalam jumlah kecil.
Baca juga: Nani Apriliani, Pengirim Sate Maut di Bantul Pesan Racun Kalium Sianida 250 Gram
Dosis letal atau dosis mematikan sianida adalah 1,5 miligram per kilogram bobot badan.
"Jadi kalau itu kemarin anaknya umur 10 umpamanya bobotnya 30 kilo, itu hanya butuh 45 miligram (untuk membunuh), kecil sekali," kata Arief saat dihubungi, Senin (3/5/2021).
Selain hanya dibutuhkan dalam jumlah kecil untuk membunuh, waktu sianida bereaksi ke tubuh juga dianggap relatif cepat.
"Kalau dosis lebih dari 1,5 miligram, itu mungkin tidak sampai satu jam (sudah membunuh). Berpacu dengan waktu kalau sianida itu," sebut Arief.
Baca juga: Sate Takjil yang Bunuh Anak Ojol Mengandung Potasium Sianida
Saat sudah masuk ke tubuh, sianida bakal menghambat oksiden masuk ke sel darah. Akibatnya, orang yang menelannya bakal mati lemas.
Menurut Arief, orang yang menelan sianida bakal meningkat frekuensi napasnya, merasakan nyeri di kepala, sesak napas, berkeringat, hingga keluar buih dari mulut.
Pertolongan pertama
Jika ada orang yang diketahui keracunan sianida, Arief menyarankan agar segera dibawa ke luar ruangan.
Dengan tindakan itu diharapkan orang tersebut bisa mendapatkan oksigen yang lebih banyak.
Orang itu juga sebaiknya dibaringkan dengan posisi kepala sejajar dengan jantung.
Baca juga: Nani Taburkan Racun Kalium Sianida yang Dipesan Online di Sate Ayam
Sebisa mungkin, orang yang menelan sianida juga dibuat agar muntah.
"Kalau itu dimuntahkan sianidanya bisa ikut dikeluarkan, kalau masih di lambung, tapi kalau sudah beberapa jam itu harus dibawa ke rumah sakit," sebut Arief.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.