Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Gunawan, Tanam Pisang Cavendish dan Raup Untung Rp 150 Juta pada Panen Pertama

Kompas.com - 03/05/2021, 14:50 WIB
Kontributor Banyuwangi, Imam Rosidin,
Pythag Kurniati

Tim Redaksi

BANYUWANGI, KOMPAS.com - Gunawan (55), petani asal Desa Temurejo, Kecamatan Bangorejo, Banyuwangi, sudah merasakan manisnya keuntungan dari menanam pisang cavendish atau ambon putih.

Ia baru mulai menanam pisang cavendish sekitar 9 bulan lalu dan kini sudah mendapatkan untung hampir Rp 150 juta dari panen pertamanya.

Gunawan menceritakan, awalnya dia merupakan petani jeruk. Namun dari tahun ke tahun penghasilannya terus menurun.

Ia lalu mendengar cerita temannya bahwa ke depan buah yang akan banyak dicari dan hasilnya banyak yakni pisang Cavendish.

Baca juga: Bongkar Jaringan KKB, Kapolda Papua Ingin Tangkap Pelaku Hidup-hidup

Cari tahu melalui YouTube

Ilustrasi YouTubecnet.com Ilustrasi YouTube

Gunawan lantas mencari tahu melalui YouTube dan berselancar di dunia maya. Ia tertarik dan memutuskan belajar di perkebunan pisang Cavendish di Blitar dan Pasuruan.

"Teman bilang cavendish bagus ke depannya. Kemudian saya lihat-lihat di youtube dan belajar langsung ke kebun di Pasuruan dan Blitar, saya lihat prospeknya bagus dan hasilnya lumayan," kata Gunawan saat dihubungi, Senin (3/5/2021).

Setelah itu Gunawan memutuskan menanam pisang Cavendish di lahan 1 hektare miliknya.

Untuk lahan 1 hektare, Gunawan membeli bibit pisang sebanyak 2.400 dengan harga total Rp 36 juta atau Rp15 ribu tiap pohon.

Kemudian untuk biaya perawatan dan pupuk dari tanam hingga panen menghabiskan sekitar Rp 50 juta.

"Perawatan, bayar orang, obat, semprot, pupuk Rp 50 juta dan jadi total sekitar Rp 86 juta untuk 1 hektare awal," kata dia.

Baca juga: Pelabuhan Ketapang Banyuwangi Siapkan GeNose C-19 dengan Tarif Rp 40.000

 

Ilustrasi uang kertas.(AFP)KOMPAS.com/MUHAMMAD NAUFAL Ilustrasi uang kertas.(AFP)
Hasilkan ratusan juta

Kemudian sekitar Maret 2021 hingga April 2021 ini mulai panen pisang Cavendish yang menurutnya menghasilkan sekitar Rp 240 juta.

Keuntungan dikurangi biaya bibit dan pupuk kurang lebih sebesar Rp 150 juta.

Artinya tiap pohon pisang yang ditanam menghasilkan satu tandan dengan harga jual Rp 100 ribu dengan berat 30 sampai 34 kilogram per pohon.

Dalam lahan 1 hektare dan satu massa tanam, panen buah pisang Cavendish ini memakan waktu sekitar 1,5 bulan.

Sementara siklus tanam jenis pisang ini yakni, buah mulai montong atau muncul saat pohon berusia sekitar 4 bulan. Kemudian baru bisa dipanen sekitar 85 hari setelah montong atau dari tanam hingga panen membutuhkan waktu sekitar 7 sampai 8 bulan.

Baca juga: Minta Label Teroris KKB Dikaji Ulang, Gubernur Papua Sarankan Aparat Lakukan Pemetaan Matang agar Tak Salah Tembak

Permintaan tinggi

Gunawan mengaku tak kesulitan dalam hal penjualan pisang Cavendish. Sebab permintaan dari Surabaya, Yogjakarta, dan Bali selalu tinggi setiap hari meski sedang pandemi Covid-19.

Dari Bali misalnya, sehari permintaan buah ini mencapai 75-100 box atau dus dengan isi 13 kilogram di tempatnya.

Kemudian Surabya dan Jogjakarta sehari ia harus mengirim sekitar 300 dus.

"Bahkan sampai saat ini kita masih kekurangan untuk memenuhi permintaan," kata dia.

Tak hanya dari buahnya, ia juga bisa mendapatkan keuntungan dari menjual anakan pisang.

Dalam satu indukan pohon menurutnya bisa beranak sampai lima pohon. Jadi dua anakan untuk dibesarkan dan tiga sisanya bisa dijual dengan harga Rp 5 ribu.

Gunawan mengatakan setelah semua pohon panen maka akan ditebang.

Namun keuntungannya, di samping pohon induk sudah ada dua anakan yang akan siap dipanen lagi dalam tiga bulan ke depan.

Jumlahnya pun dua kali lipat atau sekitar 4.000 pohon anakan dari 2.400 pohon indukan di lahan yang sama.

"Jadi ketika induk usia 8 bulan, anaknya di sampingnya itu sudah usia 3 bulanan," kata dia.

Ia memperkirakan hasil penjualan pisang dari 4.000 pohon ini sekitar Rp 360 juta.

Siklus ini akan terus berulang sehingga pembelian bibit hanya dilakukan saat awal menanam pisang.

Baca juga: Pelabuhan Ketapang Banyuwangi Siapkan GeNose C-19 dengan Tarif Rp 40.000

 

Saran Gunawan: butuh keuletan

Gunawan menyarakan petani yang tertarik menanam pisang cavendish lebih baik belajar terlebih dahulu tentang seluk-beluk pisang ini.

Meski perawatannya mudah, namun menanam pisang jenis ini membutuhkan keuletan.

Sebab yang dinilai dari pisang ini adalah kebersihan kulit buah.

"Cavendish itu harus bersih, istilahnya jual kulit dulu dan rasa nomer dua," kata dia.

Selain itu perawatan buah yang tak kalah penting ialah pemupukan dan antisipasi hama.

Buah pisang ini saat di pohon baunya sangat harum dan memancing kupu-kupu datang.

Sehingga jika tak diantisipasi maka bertelur dan menjadi ulat. Akibatnya kulit buah pisang nampak tidak bersih atau burik dan membuat harganya turun drastis.

Baca juga: Ikut Pencarian KRI Nanggala-402, Kapal SAR Antasena Basarnas Tiba di Pelabuhan Banyuwangi

Bupati dukung pengembangan pisang cavendish

Sementara itu, Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani mengatakan pihaknya akan memacu pengembangan komoditas pisang cavendish ini.

"Kami akan serius mengembangkan pisang ini. Potensinya yang besar serta kondisi alamnya yang cocok dengan Banyuwangi, ini patut untuk dioptimalkan," katanya dalam keterangan tertulis.

Saat ini, lahan pisang di Banyuwangi tersentra di Kecamatan Bangorejo, Tegaldlimo, Purwoharjo, Muncar, Cluring.

"Melihat ini, kami akan mendorong pisang cavendish dikembangkan oleh petani hortikultura di sini," kata Ipuk.

"Apalagi budidaya pisang ini melibatkan banyak tenaga kerja. Seperti Pak Gunawan yang mempekerjakan warga sekitarnya mencapai 40 orang," kata Ipuk.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tinggi Kolom Erupsi Eksplosif Gunung Ruang Sulut Capai 3.000 Meter

Tinggi Kolom Erupsi Eksplosif Gunung Ruang Sulut Capai 3.000 Meter

Regional
Gunung Ruang Status Tanggap Darurat, 11.615 Penduduk Harus Mengungsi

Gunung Ruang Status Tanggap Darurat, 11.615 Penduduk Harus Mengungsi

Regional
Skenario Menantu Rencanakan Pembunuhan Mertua di Kendari, Ajak Eksekutor Begal Korban

Skenario Menantu Rencanakan Pembunuhan Mertua di Kendari, Ajak Eksekutor Begal Korban

Regional
2,1 Juta Kendaraan Pribadi Keluar Masuk Jateng Selama Lebaran 2024

2,1 Juta Kendaraan Pribadi Keluar Masuk Jateng Selama Lebaran 2024

Regional
Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Kamis 18 April 2024, dan Besok : Siang Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Kamis 18 April 2024, dan Besok : Siang Hujan Ringan

Regional
Erupsi Gunung Ruang, PVMBG: Ada 2 Kampung Terdekat Berjarak 2,5 Km

Erupsi Gunung Ruang, PVMBG: Ada 2 Kampung Terdekat Berjarak 2,5 Km

Regional
Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Kamis 18 April 2024, dan Besok : Pagi ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Kamis 18 April 2024, dan Besok : Pagi ini Hujan Ringan

Regional
Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Kamis 18 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Kamis 18 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Petir

Regional
Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Kamis 18 April 2024, dan Besok : Pagi ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Kamis 18 April 2024, dan Besok : Pagi ini Cerah Berawan

Regional
Percekcokan Pemuda Berujung Saling Serang di Kota Tual Maluku, 1 Korban Tewas

Percekcokan Pemuda Berujung Saling Serang di Kota Tual Maluku, 1 Korban Tewas

Regional
Ayah Perkosa Anak Kandung sampai Hamil di Banten, Sempat Temani Persalinan

Ayah Perkosa Anak Kandung sampai Hamil di Banten, Sempat Temani Persalinan

Regional
Melihat Kesibukan Warga Jawa Tondano Menyambut 'Bakdo Kupat'

Melihat Kesibukan Warga Jawa Tondano Menyambut "Bakdo Kupat"

Regional
Motif Menantu Otaki Pembunuhan Mertua di Kendari, Sakit Hati karena Tak Dianggap

Motif Menantu Otaki Pembunuhan Mertua di Kendari, Sakit Hati karena Tak Dianggap

Regional
Silsilah RA Kartini, Pejuang Emansipasi yang Berdarah Biru

Silsilah RA Kartini, Pejuang Emansipasi yang Berdarah Biru

Regional
Korban Meninggal Bentrok di Tual Maluku Dimakamkan

Korban Meninggal Bentrok di Tual Maluku Dimakamkan

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com