Penulis buku Kampoeng di Bangka ini menambahkan, sebagian bangunan masjid masih memerlihatkan arsitektur model lama.
Itu bisa ditemukan pada seluruh jendela dan pintu masjid.
Kusen kayu besar dengan bentuk melengkung dipadukan dengan engsel dan pengait besi model lama yang masih berfungsi dengan baik hingga saat ini.
Selain itu ada material kaca buram, tiang dan teras marmer yang berdiri kokoh dan terus dipertahankan.
Masjid Jamik memiliki sirkulasi udara alami yang didukung banyaknya jendela besar di seluruh bagian bangunan.
Saat ini Masjid Jamik diperkirakan mampu menampung hingga 5.000 jamaah. Didukung ketersediaan ruangan dalam masjid dan pekarangan yang cukup luas.
Pada bagian pojok kanan masjid, terdapat tempat duduk dan meja batu berwarna putih. Tempat ini menandai lokasi awal berdirinya Masjid Jamik.
Di situ juga terpasang plakat beraksara Arab Melayu yang menjelaskan pembangunan di tanah wakaf dengan angka tahun 1936.
Warga kota khususnya para pekerja menjadikan Masjid Jamik sebagai tempat ibadah sekaligus melepas penat di tengah hiruk pikuknya suasana perkotaan.
Masjid yang dominan dicat warna hijau ini menggelar ibadah secara rutin dengan menerapkan protokol kesehatan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.