BANGKA, KOMPAS.com - Direktur RSUD Soekarno Kepulauan Bangka Belitung, Armayani Rusli, dinyatakan sembuh dari Covid-19 setelah 17 hari menjalani perawatan isolasi.
Sesak napas hingga makanan terasa pahit dirasakan dokter spesialis bedah tersebut.
"Gejala umum yang dirasakan sesak napas dan makanan itu rasanya pahit semua," kata Armayani kepada Kompas.com di Bangka, Sabtu (1/5/2021).
Selama dalam perawatan, kondisi Armayani sempat memburuk. Sehingga Ia harus dipindahkan ke ruang isolasi 2 yang dikhususkan bagi pasien kategori berat.
Baca juga: Usai 2 Kali Divaksin, Direktur RSUD Soekarno Babel Kritis Kena Covid-19
Ruangan 4 x 3 meter yang dilabeli nomor 13 itu dihuni Armayani selama 5 hari. Sedangkan sisa 12 hari lainnya berada di ruang isolasi 1.
Ruangan ini menampung pasien dengan gejala ringan atau tanpa gejala. Berbagai instrumen medis seperti, plasma konvalesen, ventilator dan tabung oksigen, kata Armayani sangat membantu sekali dalam memulihkan keadaan.
"Saat kondisi darurat itu datang, dunia dan akhirat itu terasa dekat sekali. Bahkan kawan-kawan banyak mengira saya bakal berpulang, apalagi kamarnya nomor 13 ini," ujar Armayani sembari tertawa kecil.
Baca juga: Direktur RSUD Soekarno Ungkap Penyebab Banyak Dokter Meninggal Saat Pandemi
Anggapan adanya aura 'maut' di kamar 13 kata Armayani memang cukup beralasan. Setelah dirinya dinyatakan pulih dan dipindahkan ke isolasi 1, ada pasien baru yang masuk ke kamar 13 tersebut.
Pasien itu kemudian meninggal dunia saat menjalani perawatan. Kondisi yang sama juga menimpa dua pasien lainnya. Mereka mengembuskan nafas terakhir saat berjuang di kamar nomor 13.
Mobil ambulance pun bolak-balik mengantarkan jenazah dari instalasi khusus karantina yang diresmikan Kepala BNPB Doni Monardo itu.
"Salah satu yang meninggal itu anggota DPRD Bangka," ucapnya.
Menurut Armayani, upaya dirinya bertahan hidup tak lepas dari berkah yang maha kuasa. Serta dukungan sosial dari keluarga dan para kolega.
Dari segi medis, Armayani juga dituntut untuk disiplin.
"Makan obat bisa 5 sampai 8 butir. Pagi, siang dan malam. Ditambah berjemur dan olahraga ringan setiap pagi," ungkap Armayani.
Selain itu, faktor yang menunjang kesembuhan kata Armayani adalah selalu berfikir positif dan rajin ibadah. Di sisi lain, urusan makanan juga tak boleh diabaikan.
"Walaupun rasanya pahit, asupan makanan dan gizi itu harus tetap masuk," beber dia.
Alhasil setelah dinyatakan sembuh, Armayani pun meluapkan rasa syukurnya dengan menceburkan diri di Laut Bangka, tepatnya di Pantai Air Anyir.
Hampir satu jam mandi dan berenang di laut, Armayani mengaku kondisinya menjadi lebih baik. Mandi di laut tersebut juga diikuti sejumlah pasien lainnya yang dinyatakan sembuh dihari yang sama.
Namun, hingga saat ini Armayani mengaku tidak mengetahui secara persis kontak awal yang membuatnya terjangkit pandemi.
"Memang pernah ke Jakarta, tapi itu sudah lama sekali. Keseharian tugas di Bangka dan menerima tamu di rumah sakit," pungkasnya.
Sebab ketidaktahuan itu pula yang membuat Armayani kaget saat dinyatakan terkonfirmasi positif Covid-19.
Posisinya yang selama ini merawat pasien langsung berbalik menjadi pasien yang harus dirawat.
Alhamdulillah semua itu bisa dilewati bapak dua anak itu, setelah hasil swab PCR dinyatakan negatif sepekan lalu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.