PALEMBANG, KOMPAS.com - Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian menjelaskan, dari hasil survei, sekitar 33 persen warga akan tetap mudik ketika tidak ada larangan.
Namun, ketika muncul pengetatan, ada 11 persen yang tetap mudik. Kemudian, saat pengetatan berlangsung sekitar 7 persen yang lolos.
Padahal, di India, ada kasus yang menurutnya bisa jadi bahan pembelajaran, yakni tsunami Covid-19. Tsunami Covid-19 yaitu penyebaran virus yang sudah tak terkendali.
Penyebabnya, warga India abai dalam menjalankan protokol kesehatan ketika melaksanakan rangkaian kegiatan keagaamaan.
Akibatnya, kini angka kematian di India sudah mencapai 3.000 kasus dalam sehari.
"Ini bukan terkait keagamaan, tetapi terkait ketaatan kita menjalani protokol kesehatan. Alih-alih ingin meminta maaf kepada orangtua, kita malah berbuat dosa karena menularkan virus kepada mereka,” ujar Tito saat berkunjung di Palembang, Minggu (2/5/2021).
Tito pun menegur keras semua kepala daerah agar mengingatkan warganya untuk tidak mudik menjelang Lebaran lantaran saat ini kondisi pandemi Covid-19 masih berlangsung.
Menurut Tito, semua kepala daerah harus memiliki narasi yang sama dengan pemerintah pusat sehingga potensi risiko penularan Covid-19 dapat dicegah.
"Aturan ini sudah titik, tidak ada lagi koma. Apalagi makna tersirat memperbolehkan (mudik). Sudah dilarang saja masih ada yang nekat mudik, apalagi diperbolehkan," kata Tito.
Baca juga: Larangan Mudik Jadi Lebih Awal Mulai 22 April, Doni Monardo: Tahan Dulu Kerinduannya
Ia meminta para kepala daerah menggandeng tokoh agama dan masyarakat agar ikut menyuarakan soal larangan mudik. Terlebih lagi, kawasan zona merah yang angka penularannya cukup tinggi.
"Daerah juga jangan membuat acara yang bisa menimbulkan kerumunan, buka puasa bersama atau open house," ungkapnya.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.