Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Perjuangan Santri Penyandang Disabilitas Belajar Al Quran, Berbulan-bulan hingga Bahasa Isyarat

Kompas.com - 02/05/2021, 14:00 WIB
Michael Hangga Wismabrata

Editor

KOMPAS.com - Meskipun kondisi fisik tak sempurna, para santri penyandang tuna netra di Pontianak, Kalimantan Barat, setiap pagi tekun belajar membaca Al Quran braile di Iqra Braille Center, Jalan Sepakat II.

Dilansir dari KompasTV, pengajar sekaligus pemilik Iqra Braile Center Hendri, setiap anak memiliki kemampuan berbeda-beda untuk menguasai teknik membaca huruf braile, khususnya Kitab Suci Al Quran.

"Itu tergantung pada kelebihan masing-masing. Ada yang memang cepat 3 hari sudah membaca, tetapi ada juga yang makan waktu berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan," katanya, Minggu (2/5/2021).

Baca juga: Wisata Religi, Mengunjungi Al Quran Terbesar Dunia di Palembang

Salah satu anak didik Hendri bernama Yatim mengaku sudah belajar selama 4 bulan.

Santri saat membaca Al Quran dengan huruf braile di Yayasan Raudlatul Makfufin, Tangerang Selatan, Senin (23/05/2018). Yayasan Raudlatul Makfufin adalah pesantren untuk para tunanetra dan mencetak Al Quran Braille untuk diberikan kepada tunanetra di seluruh Indonesia.KOMPAS.com/GARRY ANDREW LOTULUNG Santri saat membaca Al Quran dengan huruf braile di Yayasan Raudlatul Makfufin, Tangerang Selatan, Senin (23/05/2018). Yayasan Raudlatul Makfufin adalah pesantren untuk para tunanetra dan mencetak Al Quran Braille untuk diberikan kepada tunanetra di seluruh Indonesia.
"Di sini saya bisa belajar agama, kalau di kampung begitu-begitu terus ga maju-maju," kata perempuan asal Sambas itu.

Melihat kondisi itu, menurut Hendri yang juga penyandang tuna netra, tidak memaksa anak asuhnya segera bisa untuk membaca Al Quran braile.

Baca juga: Kisah Ponpes Tunarungu di Sleman, Baca Al Quran Dengan Bahasa Isyarat

Hendri mengatakan, selain mengajar membaca Al Quran braile, dirinya juga membimbing anak didiknya untuk percaya diri dan mandiri.

Sementara itu, selain mengajar 10 anak didik di rumahnya, dirinya juga mengajar 30-an anak didik secara daring.

 

Bahasa isyarat 

Para santri Pondok Pesantren Rumah Tahfidz Tunarungu Darul A’Shom saat belajar membaca Al Quran dengan bahasa isyarat.KOMPAS.COM/YUSTINUS WIJAYA KUSUMA Para santri Pondok Pesantren Rumah Tahfidz Tunarungu Darul A’Shom saat belajar membaca Al Quran dengan bahasa isyarat.

Sementara itu, seumlah santri penyandang tuna rungu di Pondok Pesantren Rumah Tahfidz Tunarungu Darul A’Shom, Depok, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), giat belajar  membaca Al Quran dengan menggunakan bahasa isyarat.

Menurut pengasuh pondok, Ustaz Abu Kahfi (47), awal mula dirinya mengajar Al Quran dengan bahasa isyarat adalah saat bertemu dengan dua penyandang tuna rungu di Jakarta 12 tahun lalu.

Saat itu, dirinya mengajak dua anak tersebut ke pondok pesantren di Bandung. Abu Khafi pun mencoba belajar bahasa isyarat agar komunikasi dengan keduanya berjalan lancar.

"Awalnya belum belajar agama dulu, saya korek dulu bagaimana belajar isyarat dulu. Saya ajak mereka olah raga bareng anak-anak santri, sebulan Alhamdulillah saya sudah nyambung bahasa mereka," tegasnya.

Seiring berjalannya waktu, saat ini pondok yang diasuhnya telah memiliki 59 orang santri. Usia termuda 6,5 tahun dan yang tertua 28 tahun.

Pria asal Bandung, Jawa Barat itu pun menjelaskan, setiap santri yang masuk ke pondoknya berasal dari berbagai daerah, antara lain DIY, Jawa Tengah, Jawa Barat, Bali, Lampung, hingga Kalimantan.

 

Baca juga: Kisah Ponpes Tunarungu di Sleman, Baca Al Quran Dengan Bahasa Isyarat

 

Dirinya berprinsip, mengajarkan membaca Al Quran bagi penyandang disabilitas, khususnya tuna rungu, harus merangkulnya layaknya sahabat. 

"Saya tidak hanya mengajar, mereka setelah masuk pondok saya anggap sebagai anak-anak saya. Kalau mereka kita posisikan sebagai murid, akan ada sekat, kami tidak ada sekat dengan mereka," katanya. 

Namun dirinya mengakui,  mengajar anak-anak yang istimewa memang tidak mudah dan itu adalah tantangan tersendiri, Kamis (09/04/2021).

Seperti diketahui, Rumah Tahfidz Tunarungu Darul A’Shom ini awalnya berada di Kabupaten Bantul. Setelah itu 2,5 bulan yang lalu pindah ke Dusun Kayen, Desa Condongcatur, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman. 

(Penulis: Kontributor Yogyakarta, Wijaya Kusuma | Editor: Teuku Muhammad Valdy Arief)

 

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

2 Residivis Jambret di 7 TKP Diringkus di Pekanbaru

2 Residivis Jambret di 7 TKP Diringkus di Pekanbaru

Regional
10.700 Vaksin Hewan Penular Rabies Diperkirakan Tiba di Sikka Awal Mei

10.700 Vaksin Hewan Penular Rabies Diperkirakan Tiba di Sikka Awal Mei

Regional
Bermesraan, 4 Pelanggar Syariat Islam di Banda Aceh Dicambuk 17 Kali

Bermesraan, 4 Pelanggar Syariat Islam di Banda Aceh Dicambuk 17 Kali

Regional
Bupati HST Minta Kader PKK Tingkatkan Sinergi dengan Masyarakat dan Stakeholder

Bupati HST Minta Kader PKK Tingkatkan Sinergi dengan Masyarakat dan Stakeholder

Regional
Bupati Ipuk Raih Satyalancana, Pemkab Banyuwangi Jadi Kabupaten Berkinerja Terbaik se-Indonesia 

Bupati Ipuk Raih Satyalancana, Pemkab Banyuwangi Jadi Kabupaten Berkinerja Terbaik se-Indonesia 

Regional
RSUD dr R Soetijono Blora Luncurkan “Si Sedap”, Bupati Arief: Lakukan Terus Inovasi dan Terobosan Layanan kesehatan

RSUD dr R Soetijono Blora Luncurkan “Si Sedap”, Bupati Arief: Lakukan Terus Inovasi dan Terobosan Layanan kesehatan

Regional
Skenario Golkar, Siap Jadi Wakil jika Bambang Pacul Maju di Pilkada Jateng 2024

Skenario Golkar, Siap Jadi Wakil jika Bambang Pacul Maju di Pilkada Jateng 2024

Regional
Kisah Adi Latif Mashudi, Tinggalkan Korea Selatan Saat Bergaji Puluhan Juta Rupiah demi Jadi Petani di Blora (Bagian 1)

Kisah Adi Latif Mashudi, Tinggalkan Korea Selatan Saat Bergaji Puluhan Juta Rupiah demi Jadi Petani di Blora (Bagian 1)

Regional
Bawaslu Bangka Belitung Rekrut 141 Panwascam, Digaji Rp 2,2 Juta

Bawaslu Bangka Belitung Rekrut 141 Panwascam, Digaji Rp 2,2 Juta

Regional
Polemik Bantuan Bencana di Pesisir Selatan, Warga Demo Minta Camat Dicopot

Polemik Bantuan Bencana di Pesisir Selatan, Warga Demo Minta Camat Dicopot

Regional
Pengakuan Pelaku Pemerkosa Siswi SMP di Demak, Ikut Nafsu Lihat Korban Bersetubuh

Pengakuan Pelaku Pemerkosa Siswi SMP di Demak, Ikut Nafsu Lihat Korban Bersetubuh

Regional
Raih Peringkat 2 dalam Penghargaan EPPD 2023, Pemkab Wonogiri Diberi Gelar Kinerja Tinggi

Raih Peringkat 2 dalam Penghargaan EPPD 2023, Pemkab Wonogiri Diberi Gelar Kinerja Tinggi

Kilas Daerah
Imbas OTT Pungli, Polisi Geledah 3 Kantor di Kemenhub Bengkulu

Imbas OTT Pungli, Polisi Geledah 3 Kantor di Kemenhub Bengkulu

Regional
Sejak Dipimpin Nana Sudjana pada September 2023, Pemprov Jateng Raih 10 Penghargaan

Sejak Dipimpin Nana Sudjana pada September 2023, Pemprov Jateng Raih 10 Penghargaan

Regional
KM Bukit Raya Terbakar, Pelni Pastikan Tidak Ada Korban Jiwa dan Terluka

KM Bukit Raya Terbakar, Pelni Pastikan Tidak Ada Korban Jiwa dan Terluka

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com