Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ada Desa Purba di Jember, Tempat Ratusan Batu Zaman Megalitikum Terpendam

Kompas.com - 02/05/2021, 11:36 WIB
Bagus Supriadi,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

JEMBER,KOMPAS.com – Batu dari zaman megalitikum di Desa Kamal, Kecamatan Arjasa, Jember, Jawa Timur, tersebar di berbagai tempat.

Mulai dari areal persawahan, rumah warga hingga halaman kantor desa.

Di tempat ini, terdapat dua situs sebagai tempat menyelamatkan benda bersejarah tersebut, Situs Duplang dan Situs Klanceng.

Di dalamnya terdapat batu kenong, kubur batu, hingga batu menhir.

Batu tersebut disusun dengan rapi dan kerap menjadi referensi para pelajar untuk belajar sejarah dan melakukan penelitian.

Situs Klanceng menghimpun batu kuno tersebut hingga sekarang.

Baca juga: Cerita Wasit Temukan Kubur Bilik Batu dari Masa Megalitikum, Sempat Disangka Sarang Ular

Lokasinya berada di tengah pemukiman warga, tepatnya di Dusun Klanceng, belakang kantor Desa Kamal.

Awalnya, batu ini dibiarkan begitu saja oleh masyarakat sekitar, sebab tak ada yang tertarik mencurinya.

Namun, seiring perkembangan zaman, banyak batu yang memiliki nilai sejarah ini hilang.

“Tahun 2000 lalu, batu-batu itu dikumpulkan dijadikan satu, jadi Situs Klanceng,” kata Wahyudi, juru pelihara Situs Klenceng pada Kompas.com, Minggu (2/5/2021).

Batu tersebut ditempatkan di lahan pekarangan milik Wahyudi, sehingga dia selalu merawat dan membersihkan tempat tersebut.

Batu kenong yang ada di Situs Klanceng Desa Kamal Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember menjadi tempat belajar sejarah Kompas.com/Bagus Supriadi Batu kenong yang ada di Situs Klanceng Desa Kamal Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember menjadi tempat belajar sejarah

Menurut dia, situs tersebut memiliki 59 batu kenong dengan satu tonjolan dan dua tonjolan.

Batu tersebut dihimpun dari berbagai lokasi yang ditemukan di Desa Kamal. Baik di areal persawahan, pinggir sungai hinggga pemukiman warga.

Batu kenong yang berukuran kecil dan tidak terlalu berat dipindah di lokasi situs. Sedangkan yang cukup besar, dibiarkan tetap ada di sekitar rumah warga.

“Ini Cuma sebagian kecil yang diamankan, di sawah dan pekarangan warga masih banyak,” aku dia.

Baca juga: Goa yang Ditemukan Warga Bondowoso Ternyata Kubur Bilik Batu, Berasal dari Masa Megalitikum

Wahyudi menjelaskan batu kenong merupakan lambang bentuk persembahan kepada arwah nenek moyang dan menjadi alat pemujaan. Batu ini diperkirakan dibuat pada sekitar 4 Masehi.

Batu kenong dengan satu tonjolan mengindikasikan sebagai tanda tempat penguburan.

Sedangkan batu kenong dengan dua tonjolan sebagai alas bangunan rumah dari kayu.

Abdul Rahman, juru pelihara situs duplang saat menjelaskan peta sebaran batu bersejarah di Desa Kamal Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember BAGUS SUPRIADI/KOMPAS.COM Abdul Rahman, juru pelihara situs duplang saat menjelaskan peta sebaran batu bersejarah di Desa Kamal Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember
Situs Duplang

Tak jauh dari Situs Klanceng, sekitar 2,6 kilometer, terdapat Situs Duplang di Dusun Duplang Desa Kamal.

Situs ini memiliki lebih banyak batu megalitikum. Lokasinya berada di pinggir jalan area lahan pertanian masyarakat.

Situs Duplang memiliki koleksi berupa satu kubur batu, tujuh batu kenong dan dua batu menhir atau tugu batu. Semua batu tersebut ditata dengan rapi layaknya sebuah museum.

Kubur batu merupakan peti mayat dari batu, empat sisinya berdinding papan batu.

Baca juga: Warga Temukan Goa Saat Gali Saluran Air, Ternyata Makam Masa Megalitikum, Ada Kerangka hingga Tombak

Dalam tempat pemakaman mayat ini terdapat jenazah yang disimpan dalam keadaan terbaring dengan posisi kepala ke arah tempat yang lebih tinggi. Batu itu dibuat sekitar 3.000 tahun lalu.

Sedangkan batu menhir merupakan tugu batu yang didirikan sebagai tanda peringatan yang melambangkan arwah nenek moyang dan menjadi tempat pemujaan. Batu ini dibuat sekitar 2.000 tahun yang lalu.

“Batu ini memang asli di sini semua, kecuali yang di luar pagar, itu barang sitaan saya dari luar,” kata juru pelihara situs Duplang, Abdul Rahman.

Dia memperkirakan sudah memelihara situs tersebut sejak 1987.

Abdul Rahman meneruskan leluhurnya merawat situs tersebut.

Dia mengingat pesan kakeknya agar batu tersebut dijaga dan tidak dirusak, sebab batu itu merupakan peninggalan jaman purba.

“Supaya anak cucu kita tahu kalau di sini ada peninggalan zaman purba,” ucap dia.

Baca juga: Arkeolog: Manik-manik di Lahan Bekas Karet Diduga Berasal dari Zaman Megalitikum

Dia mengaku awalnya Batu Kenong tersebut telantar dan tidak tertata. Namun dia merapikan batu tersebut hingga diberikan pagar pada tahun 1996.

Rahman mengaku jumlah batu megalitikum di Desa Kamal mencapai ribuan.

Namun, ada yang terpendam dan berserakan di berbagai tempat, seperti di pingir sungai, tengah sawah, dan lainnya.

“Jumlahnya bisa mencapai ribuan kalau dikumpulkan,” sebut Abdul Rahman.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Angka Stunting di Riau Turun Jadi 13,6 Persen, Pj Gubernur SF Hariyanto Berikan Apresiasi

Angka Stunting di Riau Turun Jadi 13,6 Persen, Pj Gubernur SF Hariyanto Berikan Apresiasi

Regional
Ibu dan Anak Korban Pembunuhan di Palembang Dimakamkan Satu Liang

Ibu dan Anak Korban Pembunuhan di Palembang Dimakamkan Satu Liang

Regional
Sesuai Arahan Pj Gubernur Bahtiar, Dinkes Sulsel Kirim Bantuan untuk Korban Longsor di Tana Toraja

Sesuai Arahan Pj Gubernur Bahtiar, Dinkes Sulsel Kirim Bantuan untuk Korban Longsor di Tana Toraja

Regional
Kunjungan Wisatawan Selama Libur Lebaran, Kota Semarang Kalahkan Solo

Kunjungan Wisatawan Selama Libur Lebaran, Kota Semarang Kalahkan Solo

Regional
Ditanya PDI-P atau Golkar, Gibran: Enggak di Mana-mana

Ditanya PDI-P atau Golkar, Gibran: Enggak di Mana-mana

Regional
Alasan Teguh Prakosa Belum Ambil Formulir Pendaftaran Cawalkot di PDI-P Solo

Alasan Teguh Prakosa Belum Ambil Formulir Pendaftaran Cawalkot di PDI-P Solo

Regional
Dihantam Banjir Bandang, 3 Jembatan Gantung di Musi Rawas Utara Putus

Dihantam Banjir Bandang, 3 Jembatan Gantung di Musi Rawas Utara Putus

Regional
Meninggal Saat Melahirkan Anaknya di Malaysia, Jenazah Pekerja Migran Asal NTT Dipulangkan

Meninggal Saat Melahirkan Anaknya di Malaysia, Jenazah Pekerja Migran Asal NTT Dipulangkan

Regional
Penemuan Jasad Wanita Tertutup Plastik, Keluarga Sempat Curiga dengan Pesan WA dari Korban

Penemuan Jasad Wanita Tertutup Plastik, Keluarga Sempat Curiga dengan Pesan WA dari Korban

Regional
Pria di Maluku Tengah yang Perkosa Putri Kandung Ditetapkan Jadi Tersangka

Pria di Maluku Tengah yang Perkosa Putri Kandung Ditetapkan Jadi Tersangka

Regional
UIN STS Jambi Beri Pernyataan soal Mahasiswa yang Terlibat Pembunuhan

UIN STS Jambi Beri Pernyataan soal Mahasiswa yang Terlibat Pembunuhan

Regional
Hari Pertama Kerja Usai Libur Lebaran, Sekda Kabupaten Semarang: Liburnya Sudah Cukup

Hari Pertama Kerja Usai Libur Lebaran, Sekda Kabupaten Semarang: Liburnya Sudah Cukup

Regional
Politisi PAN Siap Bertarung dalam Pilkada 2024 Menjadi Bupati Ende

Politisi PAN Siap Bertarung dalam Pilkada 2024 Menjadi Bupati Ende

Regional
217 Kecelakaan Terjadi di Jateng Selama Mudik Lebaran 2024

217 Kecelakaan Terjadi di Jateng Selama Mudik Lebaran 2024

Regional
Cekcok, Pria di Bangkalan Tega Bacok Paman Sendiri hingga Tewas

Cekcok, Pria di Bangkalan Tega Bacok Paman Sendiri hingga Tewas

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com