Selain bisa menyelesaikan masalah sampah plastik, produk yang dihasilkan juga mempunyai nilai ekonomi.
Terlebih lagi, infrastruktur terus berjalan dan membutuhkan produk-produk untuk bangunan.
Tak hanya itu, para pemulung pun bisa bertambah pendapatanya dengan mengambil sampah plastik kresek.
"Banyak manfaatnya, satu mengurangi sampah, kedua menggerakan ekonomi artinya pemulung bisa menjadi penambah pendapatan karena yang awalnya tidak dipakai akhirnya bisa diambil, bank sampah jalan, TPS 3R pun TPA pun bisa bergerak semua," tegasnya.
Baca juga: Ngawur, Ribuan Sampah Medis Dibuang di Hutan, Berbahaya Buat Warga
Menurutnya memang ada banyak penelitian sampah plastik yang dipadukan dengan berbagai media, seperti campuran abu batu.
Namun, proses dan komposisi untuk diterapkanya berbeda.
"Pertama di Indonesia, artinya Kami punya proses berbeda, dengan komposisi berbeda, makanya itu kami patenkan. Satu, proses tidak ada pembakaran dan kedua komposisi juga berbeda, komposisi sama seperti semen, maka dibilang alternatif pengganti semen, artinya kita itu pakai hanya pakai sampai sekitar 30 persen plastik," imbuhnya.
Menurutnya karena basicnya penelitian, tim peneliti mengembangkan mesin cetak sendiri dengan kapasitas kecil. Penelitian selama ini juga dibiayai secara mandiri.
"Penelitian kami banyak di Jakarta. Tapi sebagai warga Yogya, Yogya itu kan menarik. Menariknya sebagai destinasi wisata, banyak orang kratif dan pintar, dan masalah sampah kita tahu, begitu TPA ditutup semua heboh, jadi itu kita angkat dari Yogya dulu," ujarnya.
Tri Setyawati mengungkapkan rencana ke depan mengangkat teknologi ini sebagai solusi sampah plastik. Solusi yang efektif, dan bukan hanya menunda masalah.
Baca juga: Menyoal Limbah Plastik untuk Bahan Bakar Pabrik Tahu
Ke depan harapannya teknologi ini bisa dimanfaatkan dan dirasakan orang banyak. Tidak hanya kota tapi juga desa.
Sampah plastik bisa mereka kelola sendiri. Kemudian diolah digunakan sendiri dan menjadi produk misalnya paving blok.
Kemudian paving blok tersebut dipasang untuk jalan desa.
"Sekarang kalau desa-desa yang banyak desa wisata itukan sampah plastik banyak. Kalau bisa dimanfaatkan, jadi sampah plastik bersih, lingkungan terjaga tapi manfaat balik lagi ke desa dirasakan oleh desa," sebutnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.