Ia menuturkan, sebelum pandemi Covid-19, hasil penjualan kerikil-kerikil tersebut bisa mencapai Rp 400.000 sampai Rp 500.000. Itu pun tidak pasti.
Sejak pandemi, kakek Abdon kesulitan menjual batu-batu tersebut.
"Tidak banyak yang beli sekarang. Kalau rezeki bisa dapat Rp 100.000 hingga Rp 200.000 sebulan. Tentu penghasilan ini tidak cukup untuk kehidupan keluarga. Tetapi mau bagaimana lagi," tutur kakek Abdon.
Ia mengatakan, tantangan dan tanggung jawab terbesarnya sekarang adalah membeli obat-obatan untuk istrinya yang sakit lever sejak 2003.
Hingga saat ini, sakit yang diderita sang isteri belum juga sembuh. Ia ingin membawa sang istri ke rumah sakit, tetapi tak memiliki uang.
Baca juga: Mengenal Suheri, Satu-satunya PNS di KRI Nanggala-402, Dikenal sebagai Ahli Torpedo
Dulu, keluarganya memiliki BPJS mandiri, tetapi keanggotaan mereka sudah tidak aktif karena tak lagi membayar iuran bulanan.
Sampai saat ini, keluarga kakek Abdon belum terdaftar sebagai penerima bantuan sosial (bansos), seperti program keluarga harapan (PKH) atau sembako.
"Selama pandemi Covid-19 ini, kami pernah dapat beras 60 kilogram dengan uang Rp 300.000. Selain itu tidak pernah dapat," ungkap kakek Abdon.
Ia berharap bisa mendapatkan bantuan dari pemerintah.
"Keluarga saya ini layak dapat bantuan, tetapi tidak diperhatikan," kata kakek Abdon sembari mengusap keringat di wajahnya.
Update: Pembaca Kompas.com dapat berpartisipasi dalam meringankan beban penderitaan Kakek Abdon dengan cara berdonasi klik di sini
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.