KOMPAS.com - Fenomena awan berbentuk mirip kapal selam di Bali menjadi viral di media sosial akhir-akhir ini.
Apalagi, fenomena awan itu muncul seiring dengan terjadinya tragedi Kapal Perang Indonesia (KRI) Nanggala-402 di Perairan Utara Bali.
Namun demikian, menurut prakirawan Cuaca Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah III Denpasar Putu Agus Dedi Permana, fenomena awan tersebut tak lepas dari pengaruh pergerakan angin.
"Jadi bentuk itu sangat bergantung dengan pergerakan angin, pergerakan uap air, dan jumlah uap air di wilayah tersebut," katanya saat dihubungi.
Baca juga: Viral, Video Penampakan Awan di Bali Berbentuk Kapal Selam, Ini Penjelasannya
Menurut Putu Agus, pembentukan awan adalah bagian dari siklus air. Siklus air diawali dengan proses pemanasan dari penyinaran matahari ke permukaan bumi yang mengandung sumber air, antara lain di wilayah laut, danau, sungai, dan tempat lainnya.
Proses pemanasan itu, menurutnya, akan menimbulkan perubahan dari fase air ke uap air. Lalu, uap air akan bergerak ke atas.
"Pergerakan uap air ini semakin lama semakin ke atas," kata dia.
Seperti diketahui, atmosfer bagian atas suhunya semakin dingin. Hal ini membuat uap air yang bergerak hingga ke bagian atas atmosfer akan mencapai suhu dingin tertentu.
Setelah titik itu tercapai, uap air ini akan menjadi titik air dan kumpulan titik air membentuk embun dan muncul awan.