Bebas pakai ponsel saat lebaran
Meski memiliki aturan ketat dalam penggunaan ponsel, adakalanya para santri memiliki waktu penuh untuk memegang gawai tersebut yaitu saat hari raya Idul Fitri.
Pada hari besar itu, Ponpes memberi dispensasi bagi para santri untuk menguasai penuh ponselnya.
Namun demikian, para senior tetap akan mengawasi para santri junior dalam pemakaian ponsel.
"Saat itulah kalau mau melihat bagaimana ekspresi mereka melepas kangen dengan orang tuanya. Mereka menyebar di pojok pojok asrama, di balik balik pintu. Semua seakan dikomando, menangis sesenggukan saat video call dengan keluarga mereka," katanya lagi.
Baca juga: 245 Pekerja Migran Indonesia Kembali dari Malaysia lewat Entikong, Dikarantina 5 Hari
Abu Ubaidah mengatakan, mental santri ditempa dengan ketabahan dan dasar ilmu agama yang mumpuni.
Air mata kerinduan yang mereka tumpahkan harus menjadi semangat dan pengingat bahwa mereka jauh dari orangtua untuk menjadi sukses.
Untuk memiliki bekal mengubah nasibnya kelak di kemudian hari.
Sekelumit cerita dan penganan Ramadhan ala Ponpes Mutiara Bangsa
Abu Ubaidah menuturkan, mayoritas anak TKI dibesarkan di tengah perkebunan sawit Tawau Malaysia dan selalu berkutat dengan pekerjaan kasar.
Mereka makan seadanya dan menghabiskan waktu memungut buah kelapa sawit.
Baca juga: Larangan Mudik, Pekerja Migran yang Dideportasi dari Malaysia Dikhawatirkan Tak Bisa Pulang Kampung
Pengalaman itu menjadikan ikatan demikian kuat saat melihat betapa susahnya orang tua mengasuh dan membesarkan mereka.
Pernah suatu ketika, ada santri yang nekat masuk Malaysia melewati jalur ilegal karena tak kuat menahan rindu.