Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menelusuri Jejak Batik Patroon Ambarawa yang Hilang, Sempat Jaya di Tahun 1920-an

Kompas.com - 28/04/2021, 09:21 WIB
Dian Ade Permana,
Khairina

Tim Redaksi

UNGARAN, KOMPAS.com - Medio Oktober 2020, Derry Gunadi mendapat kabar dari temannya yang berada di Jawa Timur, ada arsip mengenai batik Ambarawa yang tersimpan di Belanda. Dari informasi awal tersebut, terdapat 18 pola batik Ambarawa.

Mengetahui ada jejak batik Ambarawa yang telah lama hilang, Derry langsung berkomunikasi dengan teman-temannya, di antaranya Mahfud Fauzi, pamong budaya Kabupaten Semarang dan seniman Rengga Dumadi.

"Kami terus menggali asal-usul dan semua hal mengenai batik Ambarawa tersebut. Saat ini sudah ada 83 pola yang diketahui," jelasnya saat ditemui di Rumah Produksi Batik Patroon Ambarawa, Dusun Poncol, Desa Poncol Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang, Rabu (28/4/2021).

Baca juga: Perjuangan Perempuan Ambarawa, Pulangkan Batik Patron dari Leiden

Derry mengaku sangat mencari referensi mengenai batik patroon Ambarawa karena selama beberapa saat hilang.

"Terakhir ada informasi mengenai batik Ambarawa itu sekira tahun 1965-an, namun setelahnya tidak ada lagi. Jadi ini harus diselamatkan dengan mencari data pendukung meski menggunakan Bahasa Belanda," ungkapnya.

Pada era 1927-1930-an, batik patroon Ambarawa menuai kejayaan. Bahkan saat itu ada delapan pabrik dengan delapan toko yang terhitung besar.

"Setiap pabrik memiliki toko sendiri-sendiri. Tapi dimana toko dan pabriknya memang missing dimana lokasinya dan kita terus melacaknya," paparnya.

Meski pabrik pembuatan batik ada di Ambarawa, tapi untuk finishing pewarnaan dikerjakan di kota lain. Warna batik merah atau bangbangan di Pati, warna biru atau biron di Temanggung, dan warna hitam atau Kelengan dikerjakan di Ponorogo.

"Saat itu setiap bulan setidaknya bisa mengirim dua gerbong. Tapi setelah Jepang masuk Indonesia, tidak ada lagi pengiriman," ungkapnya.

Setelah itu, tidak ada lagi jejak mengenai batik patroon Ambarawa.

"Sempat dalam forum diskusi, ada yang menyampaikan mengenai orangtuanya pada 1965-an berbisnis batik, tapi ini masih kami telusuri lagi," kata Derry.

Sementara Mahfud Fauzi mengungkapkan ciri khas batik patroon Ambarawa adalah persilangan antara akulturasi budaya Solo, Yogya, dan pantura.

"Dengan motif yang spesifik berupa gambar wayang," jelasnya.

Baca juga: Putra Sebatik Kaltara Juarai Kontes Shalawat Nabi di Mesir, Sisihkan Peserta Timur Tengah, Selalu Pakai Batik

Ambarawa pada era perjuangan, lanjutnya, termasuk daerah penting. Akhirnya Ambarawa tumbuh menjadi daerah industri.

"Muncul juga industri batik yang merupakan kombinasi Solo, Yogya, dan pesisir ditambah pengaruh Tionghoa. Ini ditandai dengan adanya motif Lochan, ada burung phoenix versi lokal dan lung-lungan yang tajam," ungkapnya.

Sebagai daerah yang berada di lereng Gunung Ungaran, lanjutnya, ada nama kampung Patoman di Ambarawa.

"Patoman itu nama lain indigofera, pewarna alam pembentuk warna biru. Banyak tumbuh di perkebunan," kata Mahfud.

Baginya, ini merupakan petunjuk bahwa Ambarawa termasuk sentra batik.

Dari pengarsipan yang tersimpan di Tropenmuseum dan Museum Leiden Belanda, diketahui dalam dokumen tersebut tertulis tahun 1867.

"Jika dokumennya saja tertulis tahun 1867, tentu sejarah batik Ambarawa lebih lama daripada itu. Sedikit demi sedikit sejarah batik patroon Ambarawa mulai terbuka," jelas Mahfud.

Saat ini, ungkap Mahfud, didirikan Komunitas Batik Patroon 1867 Ambarawa. Selain untuk membuka sejarah mengenai batik itu sendiri, juga sebagai upaya pelestarian.

"Kami melakukan produksi batik patroon Ambarawa untuk pengenalan kepada generasi penerus," paparnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Soal Temuan Kerangka Wanita di Pekarangan Rumah Residivis Pembunuhan, Ada Bekas Luka Bakar

Soal Temuan Kerangka Wanita di Pekarangan Rumah Residivis Pembunuhan, Ada Bekas Luka Bakar

Regional
Pencarian Dokter RSUD Praya yang Hilang Saat Memancing di Laut Dihentikan

Pencarian Dokter RSUD Praya yang Hilang Saat Memancing di Laut Dihentikan

Regional
Dampak Banjir Demak, Ancaman Hama dan Produksi Kacang Hijau Bagi Petani

Dampak Banjir Demak, Ancaman Hama dan Produksi Kacang Hijau Bagi Petani

Regional
Direktur Perumda Air Minum Ende Nyatakan Siap Maju Pilkada 2024

Direktur Perumda Air Minum Ende Nyatakan Siap Maju Pilkada 2024

Regional
Awal Mula Temuan Kerangka Wanita di Wonogiri di Pekarangan Rumah Residivis Kasus Pembunuhan

Awal Mula Temuan Kerangka Wanita di Wonogiri di Pekarangan Rumah Residivis Kasus Pembunuhan

Regional
[POPULER REGIONAL] Alasan Kapolda Ancam Copot Kapolsek Medan Kota | Duel Bos Sawit dengan Perampok di Jambi

[POPULER REGIONAL] Alasan Kapolda Ancam Copot Kapolsek Medan Kota | Duel Bos Sawit dengan Perampok di Jambi

Regional
Sindir Pemerintah, Warga 'Panen' Ikan di Jalan Berlubang di Lampung Timur

Sindir Pemerintah, Warga "Panen" Ikan di Jalan Berlubang di Lampung Timur

Regional
Pria Ini Curi Sekotak Susu karena Anaknya Menangis Kelaparan, Dibebaskan dan Diberi 13 Kotak

Pria Ini Curi Sekotak Susu karena Anaknya Menangis Kelaparan, Dibebaskan dan Diberi 13 Kotak

Regional
Saat Dua Bule Eropa Ikut Halalbihalal di Magelang, Awalnya Dikira Pesta Pernikahan

Saat Dua Bule Eropa Ikut Halalbihalal di Magelang, Awalnya Dikira Pesta Pernikahan

Regional
Pilkada Nunukan, Ini Syarat Dukungan Jalur Partai dan Independen

Pilkada Nunukan, Ini Syarat Dukungan Jalur Partai dan Independen

Regional
Pilkada Kabupaten Semarang, Belum Ada Partai yang Buka Pendaftaran Bakal Calon Bupati

Pilkada Kabupaten Semarang, Belum Ada Partai yang Buka Pendaftaran Bakal Calon Bupati

Regional
Protes, Pria Berjas dan Berdasi di Palembang Mandi di Kubangan Jalan Rusak

Protes, Pria Berjas dan Berdasi di Palembang Mandi di Kubangan Jalan Rusak

Regional
Sebuah Mobil Terlibat Kecelakaan dengan 4 Motor, Awalnya Gara-gara Rem Blong

Sebuah Mobil Terlibat Kecelakaan dengan 4 Motor, Awalnya Gara-gara Rem Blong

Regional
Rektor Unpatti Bantah Aksi Mahasiswa, Jamin Ada Ruang Aman di Kampus

Rektor Unpatti Bantah Aksi Mahasiswa, Jamin Ada Ruang Aman di Kampus

Regional
Terjadi Lagi, Rombongan Pengantar Jenazah Cekcok dengan Warga di Makassar

Terjadi Lagi, Rombongan Pengantar Jenazah Cekcok dengan Warga di Makassar

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com