Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ziarah Ramadhan di Kampung yang Hilang

Kompas.com - 27/04/2021, 12:07 WIB
Ari Widodo,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

DEMAK,KOMPAS com - Demi sebuah pengalaman spiritual, sesulit apa pun jalan akan ditempuh.

Demikian juga yang dilakukan oleh para peziarah yang tetap berdatangan ke sebuah makam di tengah laut, persisnya di pesisir pantai Dukuh Tambaksari, Desa Bedono, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, Jawa Tengah.

Tempat bersejarah yang lebih dikenal dengan nama makam Mbah Mudzakkir tersebut sepenuhnya dikelilingi oleh air dan menjadi sebuah misteri sehingga memancing rasa penasaran.

Baca juga: Garam Tak Laku Lagi, Buruh Angkut di Pesisir Demak Alih Profesi Cari Kepiting

Konon sekitar 1990, ketika air laut perlahan lahan menerkam wilayah pemukiman padat penduduk tersebut, makam Mbah Mudzakkir tak tersentuh oleh air laut.

Bahkan mitos yang beredar dan hingga kini terus meluas menyatakan bahwa setiap kali air laut pasang makam tersebut juga ikut terangkat.

Namun, mitos tersebut belum bisa dibuktikan secara ilmiah.

Para peziarah yang datang tidak hanya dari wilayah Demak saja.

Para peziarah berdoa di makam Mbah Mudzakkir yang terletak di Dukuh Tambaksari Desa Bedono Kecamatan Sayung Kabupaten Demak Jawa Tengah, Minggu (25/4/2021)KOMPAS.COM/ARI WIDODO Para peziarah berdoa di makam Mbah Mudzakkir yang terletak di Dukuh Tambaksari Desa Bedono Kecamatan Sayung Kabupaten Demak Jawa Tengah, Minggu (25/4/2021)

Sebelum pandemi Covid-19 melanda bahkan orang orang yang ingin "ngalap berkah" dari berziarah ke makam para wali dari seantero Nusantara pun berbondong-bondong ke tengah laut untuk berdoa di sisi makam.

Pembatasan kegiatan sosial di tengah pandemi ternyata tidak terlalu berpengaruh bagi peziarah yang memang rutin mengagendakan safari ke makam para wali maupun ulama berpengaruh.

Baca juga: Demi Lestarikan Folklor, Seniman di Demak Rela Patungan untuk Gelar Pertunjukan

Selama Ramadhan tahun ini bahkan peziarah makin banyak yang datang meski tetap dengan protokol kesehatan.

Isrofi (61) salah satu peziarah asal Pati mengatakan, sengaja berziarah saat Ramadhan sebab  rombongan jemaahnya punya waktu lebih longgar selama bulan puasa.

"Ini pertama kali saya ke makam terapung. Tadi habis dari makam Sunan Kalijaga di Kadilangu, sekalian ziarah ke sini.m," ungkap Isrofi saat ditemui Kompas.com, Minggu (25/4/2021).

Warga melihat sejumlah rumah rusak akibat terjangan ombak di Desa Bedono, Sayung, Demak, Jawa Tengah, Selasa (8/12/2020). Menurut data yang dihimpun BPBD Kabupaten Demak, sekitar 40 rumah di pesisir setempat mengalami kerusakan ringan hingga berat, sembilan di antaranya roboh akibat diterjang gelombang air laut tinggi pada Minggu (6/12) malam - Senin (7/12) dini hari.ANTARA FOTO/AJI STYAWAN Warga melihat sejumlah rumah rusak akibat terjangan ombak di Desa Bedono, Sayung, Demak, Jawa Tengah, Selasa (8/12/2020). Menurut data yang dihimpun BPBD Kabupaten Demak, sekitar 40 rumah di pesisir setempat mengalami kerusakan ringan hingga berat, sembilan di antaranya roboh akibat diterjang gelombang air laut tinggi pada Minggu (6/12) malam - Senin (7/12) dini hari.
Isrofi juga mengatakan, salah satu motivasinya berziarah ke makam Mbah Mudzakkir memang karena rasa penasaran terhadap kebenaran makam yang terapung di tengah laut.

"Setelah membuktikan sendiri, memang benar ada hal semacam ini (makam yang tak tenggelam oleh air laut)," kata Isrofi.

Para peziarah lain yang datang hampir bersamaan dengan rombongan Isrofi adalah jemaah asal  Kota Semarang.

Menurut Mahsin, pimpinan rombongan, jemaahnya memang rutin berziarah ke makam Mbah Mudzakkir.

Baca juga: Mengenal Demak Nagari Para Wali, Raden Fatah dan Syiar Islam Pertama di Pulau Jawa

Hampir tiap bulan selalu berkunjung berdoa di sini terlebih pada momentum Ramdhan kali ini.

"Kita rutin berziarah disini agar keluarga dan lingkungan senantiasa  mendapatkan keberkahan serta ketenteraman batiniah," ujar Mahsin.

Untuk bisa sampai ke makam yang dikeramatkan oleh warga sekitar, para pengunjung harus menempuh perjalanan sekitar 2,5 kilometer dari jalan Pantura Semarang - Demak.

Dari titik parkiran yang disediakan pengelola makam, pengujung bisa menuju makam dengan menempuh jalan darat maupun laut.

Jika memilih menggunakan jalan darat, maka harus berjalan kaki sepanjang 1 kilometer  melewati lokasi pemukiman yang hampir lenyap diterjang gelombang laut maupun banjir rob.

Jalan yang semula dicor beton kini menjadi jalan setapak karena rusak parah tak tahan gempuran abrasi.

Beberapa meter dari lokasi makam, pengunjung akan disuguhi oleh puing rumah penduduk yang masih mereka tinggali karena enggan berpisah dari lokasi tersebut.

Baca juga: Kisah Satu Keluarga Pilih Hidup di Desa Tenggelam, Rela Jadi Benteng Terakhir Pantura Demak

Muhammad Untung (50) Tokoh Masyarakat Desa Bedono Kecamatan Sayung Demak Jawa Tengah mengungkapkan, semula pemukiman di sekitar makam Mbah Mudzakkir dihuni 70 kepala keluarga (KK).

Sejak 1999, warga mulai pindah rumah secara bertahap sebab air laut makin tinggi merendam rumah mereka.

"Kini tinggal lima rumah yang ditinggali penduduk. Mereka tidak mau pindah. Alasannya macam macam," ungkap Untung.

Akses lain menuju makam terapung yakni menggunakan sampan atau perahu bermesin diesel yang dikemudikan oleh penduduk lokal.

Rute yang ditempuh biasanya melewati pantai Morosari dan trek mangrove.

Jika ingin sekaligus ngabuburit, maka disarankan menempuh perjalanan laut menuju makam pada sore hari.

Baca juga: Cek Tol Demak, Ganjar: Desainnya untuk Kendalikan Banjir dan Kelola Air

Mata pengunjung akan dimanjakan dengan panorama indah dan pemandangan Matahari tenggelam.

Di trek mangrove pengunjung juga bisa merasakan suasana damai bersama semilir angin laut dan puluhan burung blekok yang menghuni konservasi hutan lindung tersebut.

Namun, pada Ramadhan kali ini, para pemilik warung di jalan menuju Makam Mbah Mudzakir tak lagi menggelar dagangan sehingga pengunjung harus membawa bekal sendiri jika ingin berbuka puasa di sekitar lokasi makam.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com