SALATIGA, KOMPAS.com - Dengan dua tongkat yang berada di tangan kanan dan kiri, Azis Abdullah Bajasud (42) berjalan menuju lapaknya karena ada seseorang yang melihat-lihat tempatnya berjualan kacamata.
Dengan terampil, dia melakukan tes mata kepada calon konsumennya.
Setelah beberapa kali mencoba, akhirnya diketahui besar minusnya.
Baca juga: Kisah Abah Yana, Kakek yang Ditelantarkan Anaknya di Rumah Kosong 3 Tahun
Namun, tak ada jual beli. Calon konsumen tak menemui model yang cocok.
Azis pun kembali bercengkerama bersama kedua anaknya. Dia optimistis akan selalu ada pembeli yang datang.
Azis adalah seorang disabilitas. Dia lahir dalam keadaan normal.
Namun saat usia tiga tahun, Azis demam tinggi dan dibawa ke mantri.
"Lalu kaki saya dua-duanya mati rasa. Dan sampai saat ini lumpuh," jelasnya saat peresmian Komunitas Tedjo Amoeng di Tegalrejo Kota Salatiga, Sabtu (24/4/2021) sore.
Baca juga: Pupusnya Mimpi Alde, Penyandang Disabilitas yang Tak Diangkat Jadi PNS dengan Alasan Kesehatan
Namun Azis tak menyerah dengan keadaannya. Dia berusaha dengan mengelola optik sejak tahun 2004.
"Dan sejak delapan bulan lalu, saya mulai membuat kacamata dari frame kayu, terutama kayu jati dan sonokeling," ungkapnya.