Yudo menegaskan bahwa kapal selam tenggelam karena retakan yang cukup besar, bukan karena ledakan.
"Bukan ledakan, kalau ledakan ambyar semua," ujarnya.
Retakan terjadi secara bertahap di tiap tingkat kedalaman.
"Karena retakan jadi secara bertahap di bagian tertentu, dia turun ada fase-fase dari kedalaman 300 m, 400 m, 500 m ada keretakan," kata Yudo
Retakan besar itu pula yang membuat sejumlah barang yang ada di dalam kapal keluar ke permukaan.
"Barang-barang ini sebenarnya ada di dalam. Apalagi yang pelurus torpedo keluar berarti terjadi keretakan besar," ujarnya.
"Unsur-unsur kita yang melaksanakan pendeteksian dan unsur-unsur lain akan berusaha keras, karena kedalaman laut yang dideteksi adalah kedalaman 850 meter," kata Yudo.
Dengan kondisi tersebut, kata Yudo, tim dipastikan menghadapi kesulitan hingga risiko yang tinggi.
"Ini riskan dan memiliki kesulitan tinggi untuk ROV (Remotely Operated Vehicle) dan pengangkatan nantinya," ujar dia.
Selanjutnya, tim bersiap melakukan evakuasi medis terhadap awak kapal selam yang masih bisa ditemukan.
"Pada fase ini kita siapkan untuk evakuasi medis terhadap ABK yang masih kemungkianan ada yang selamat. Anggota yang selamat akan kita evakuasi baik ke Surabaya atau ke Banyuwangi," ujar KSAL.
Baca juga: KSAL: Kita Tidak Bisa Menduga-duga Kondisi Awak KRI Nanggala-402