Namun, Jimly merasa bersyukur bisa menjadi murid ustaz asal Palestina tersebut.
Dari sana, dia mulai diajak untuk ikut dalam berbagai pameran di dunia. Tak semua karyanya lolos, karena harus diseleksi dengan ketat.
“Karena Covid-19 ini, pameran sekarang hampir tidak ada,” kata dia.
Ketekunan belajar ilmu kaligrafi mengantarkannya memperoleh keahlian di bidang tersebut.
Sekarang, dia menjadi guru di pesantren tersebut dan menularkan ilmu pada para santri lainnya.
Pria kelahiran 6 Juni 1993 tersebut mengatakan, belajar kaligrafi melatih ketelitiannya dalam mengukir huruf agar terlihat indah.
Baginya, belajar kaligrafi membutuhkan waktu yang tidak sebentar.
“Butuh keuletan dan kesabaran agar bisa menguasainya,” ujar dia.
Jimly menambahkan, dalam belajar kaligrafi, perlu memahami bentuk tiap huruf sehingga memerlukan kesabaran yang ekstra.
Baca juga: Muncul 2 Klaster Covid-19 dari Ponpes di Kulon Progo, 104 Santri Positif
Namun, ketika sudah memahaminya, belajar kaligrafi tidak akan mudah untuk dilepaskan.
Karena mengetahui seluk beluk rahasia, bentuk dan goresan kaligrafi.
“Setiap huruf memiliki rahasia yang berbeda-beda. Rahasia itu akan diketahui jika belajar kaligrafi pada ahlinya,” papar dia.
Jimly membagikan cara belajar kaligrafi pada pemula. Pertama, harus sabar.
Karena belajar kaligrafi bukan hanya belajar tentang estetika atau keindahan saja. Tetapi juga belajar melatih kesabaran yang sesungguhnya.
“Ketika belajar Alif, harus benar-benar lurus sesuai dengan contoh yang sudah paten,” ujar dia.
Kedua, harus berani mencoba meskipun seringkali salah. Sebab, bisa menulis kaligrafi karena terbiasa. Ketiga harus istiqomah dan dispilin.