Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari Multatuli hingga Perempuan dan Sosialisme, Ini Buku-buku yang Dibaca Kartini

Kompas.com - Diperbarui 21/04/2022, 07:38 WIB
Rachmawati

Editor

Kartini suka sekali membaca buku yang menjadi salah satu inspirasinya memajukan kaum perempuan di Indonesia.

Ia membaca buku ini saat ditinggal adiknya, Kardinah yang menikah dan ikut suaminya. Kartini mengunci kamar untuk menyelesaikan buku tersebebut.

Baca juga: Berkunjung ke Pantai Kartini di Jepara, ada Kura-kura Ocean Park dan Cerita Encik Lanang

"Percayakah kau, kalau Hilda van Suylenburg itu aku tamatkan tanpa berhenti? Aku kurung diriku di dalam kamar terkunci, lupa segala-galanya, tak dapat aku melepaskan dia dari tangan, dia begitu menyeret hatiku," tulis Kartini  pada 12 Januari 1900.

"Mau aku mengorbankan segala-galanya kalau saja diperoleh hidup di masa Hilda van Suylenburg," tulis Kartini pada 25 Mei 1899.

Buku Modern Vrauwen (Perempuan Modern)

Buku ini beberapa kali disebutkan Kartini dalam surat ke sahabat penanya. Buku berbahasa Belanda ini sangat digandrungi oleh Kartini. Namun ia tak menyebutkan nama pengarangnya.

Ia hanya menyebutkan nama penerjemah buku itu yakni Jeannette van Riensdijk.

Buku Moderne Maagden ditulis oleh Marcal Prevost penulis dari Penacis.

Marcal adalah seorang pengarang roman dan drama yang terkenal. Buku tersebut menguraikan tentang tujuan gerakan perempuan.

"Karena penemuan-penemuan kembali banyak hal yang memang telah aku pikirkan, rasakan, dan alami," tulis Kartini pada 23 Agustus 1900.

Baca juga: Polemik Usai Terbitnya Buku Kartini, Habis Gelap Terbitlah Terang

Buku De Vrouwen en Sosialisme (Perempuan dan Sosialisme)

Buku ini ditulis oleh August Bebel seorang sosialis Jerman.

Buku adalah sebuah roman tentang kaum perempuan dalam bingkai sosialisme dengan cara pandang yang sangat tendensisu sehingga karya semacam ini sering disebut dengan istilah roman bertendens.

Ia juga membaca buku sosialis yang lain yakni buku De Wapens Neergelegd karya Bertha von Suttner. Suttner mendapat Nobel pada 1905 setelah Kartini meninggal.

Kartini juga membaca karya-karya Couperus yang pernah sekolah di Batavia.

"Bahasa Couperius sangat indah tiada duanya," puji Kartini di surat 12 Januari 1900.

Baca juga: Panggil Aku Kartini Saja, Potret Kekaguman Pramoedya...

Buku karya sastra klasik

Selain buku perjuangan, Kartini juga membaca buku-buku tentang perjalanan dan sastra klasik seperti satra Jawa dan Yunani.

Sebut saja Wedhatama, Centhini, dan buku hikayat-hikayat wayang serta buku yang berisi kisah perjalanan, tentang ajaran hingga budi pekerti.

Saat masih sekolah ia juga membaca buku Buddhisme karya Fielding dan biografi Ramabai.

Baca juga: Hari Kartini, Bagaimana Isi Buku Habis Gelap Terbitlah Terang?

Kartini memanfaatkan kotak bacaan ayahnya yang berisi buku, koran, serta majalah dari dalam dan laut negeri.

Ditopang bacaannya, Kartini semakin dewasa dan berpikir matang hingga ia sadar akan nasib kaum perempuan serta bangsanya yang tertindas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Berapa Gaji PPK, PPS, KPPS, dan Pantarlih di Pilkada 2024?

Berapa Gaji PPK, PPS, KPPS, dan Pantarlih di Pilkada 2024?

Regional
4 Kapal Ikan Terbakar di Pelabuhan Cilacap

4 Kapal Ikan Terbakar di Pelabuhan Cilacap

Regional
Kisah Adi Latif Mashudi, Petani Milenial Blora yang Sempat Kerja di Korea Selatan (Bagian 2)

Kisah Adi Latif Mashudi, Petani Milenial Blora yang Sempat Kerja di Korea Selatan (Bagian 2)

Regional
Dibutakan Dendam, Suami Siri di Semarang Tusuk Istri di Rumah Majikan

Dibutakan Dendam, Suami Siri di Semarang Tusuk Istri di Rumah Majikan

Regional
Airin dan Mantan Bupati Pandeglang Daftar Jadi Bacagub Banten lewat PDI-P

Airin dan Mantan Bupati Pandeglang Daftar Jadi Bacagub Banten lewat PDI-P

Regional
Polres Siak Pasang Stiker 'Cahaya' pada Truk di Jalan Tol Permai

Polres Siak Pasang Stiker "Cahaya" pada Truk di Jalan Tol Permai

Regional
2 Residivis Jambret di 7 TKP Diringkus di Pekanbaru

2 Residivis Jambret di 7 TKP Diringkus di Pekanbaru

Regional
10.700 Vaksin Hewan Penular Rabies Diperkirakan Tiba di Sikka Awal Mei

10.700 Vaksin Hewan Penular Rabies Diperkirakan Tiba di Sikka Awal Mei

Regional
Bermesraan, 4 Pelanggar Syariat Islam di Banda Aceh Dicambuk 17 Kali

Bermesraan, 4 Pelanggar Syariat Islam di Banda Aceh Dicambuk 17 Kali

Regional
Bupati HST Minta Kader PKK Tingkatkan Sinergi dengan Masyarakat dan Stakeholder

Bupati HST Minta Kader PKK Tingkatkan Sinergi dengan Masyarakat dan Stakeholder

Regional
Bupati Ipuk Raih Satyalancana, Pemkab Banyuwangi Jadi Kabupaten Berkinerja Terbaik se-Indonesia 

Bupati Ipuk Raih Satyalancana, Pemkab Banyuwangi Jadi Kabupaten Berkinerja Terbaik se-Indonesia 

Regional
RSUD dr R Soetijono Blora Luncurkan “Si Sedap”, Bupati Arief: Lakukan Terus Inovasi dan Terobosan Layanan kesehatan

RSUD dr R Soetijono Blora Luncurkan “Si Sedap”, Bupati Arief: Lakukan Terus Inovasi dan Terobosan Layanan kesehatan

Regional
Skenario Golkar, Siap Jadi Wakil jika Bambang Pacul Maju di Pilkada Jateng 2024

Skenario Golkar, Siap Jadi Wakil jika Bambang Pacul Maju di Pilkada Jateng 2024

Regional
Kisah Adi Latif Mashudi, Tinggalkan Korea Selatan Saat Bergaji Puluhan Juta Rupiah demi Jadi Petani di Blora (Bagian 1)

Kisah Adi Latif Mashudi, Tinggalkan Korea Selatan Saat Bergaji Puluhan Juta Rupiah demi Jadi Petani di Blora (Bagian 1)

Regional
Bawaslu Bangka Belitung Rekrut 141 Panwascam, Digaji Rp 2,2 Juta

Bawaslu Bangka Belitung Rekrut 141 Panwascam, Digaji Rp 2,2 Juta

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com