“Ongkos satu lembar Rp 1.500,” ujar dia.
Agar mudah menjalankan bisnis, khususnya juga karena permintaan yang tinggi, dia membuat Usaha Dagang (UD).
Yuyun terus mengembangkan usahanya dengan membuka gudang baru. Gudang pertama dibangun di Desa Karangsono, Kecamatan Bangsalsari, lalu bertambah di Desa Kasiyan, Puger, hingga Lumajang dan Besuki Situbondo. Namun, karena Covid-19, gudang di Lumajang mati.
Melihat permintaan kerajinan yang terus bertambah, Yuyun memutuskan membeli truk.
Awalnya hanya satu truk, tetapi karena pengiriman hampir setiap hari, surat-surat kendaraan truk itu digadaikan, lalu dia menambah truk baru hingga ada 10 truk.
Kerajinan itu dikirim ke Banyuwangi, Kendal, Kudus, Jepara, dan Pacitan.
Sebelum pandemi, hampir setiap hari dia mengirim barang. Namun, sekarang hanya sepekan sekali.
Satu pengiriman senilai Rp 20 juta. Dalam sebulan, dia menghasilkan omzet sekitar Rp 200 juta.
Ditipu karyawan hingga truk kecelakaan
Kesukesan yang diraih oleh alumni SMKN 3 Jember ini tidak mulus begitu saja. Banyak ujian yang dihadapi Yuyun.
Seperti ditipu oleh karyawan sendiri, mengalami kerugian, hingga truk yang mengirim barang kerap mengalami kecelakaan.
Semua itu dihadapi dengan sabar. Sebab baginya, prinsip berbisnis harus sabar, jujur dan selalu berdoa. Hal itu yang diterapkan dalam mengembangkan usahanya.
Dalam berbisnis, juga harus memiliki strategi.
Misalnya dalam mengatur ratusan karyawan, Yuyun menunjuk mandor di setiap gudang. Mandor itu yang membantunya mengelola usaha.
“Karyawan harus disiplin dan profesional menjaga kualitas agar pengiriman ke pabrik tidak ditolak,” jelas dia.
Apalagi, sekarang penerimaan barang cukup ketat. Dia baru saja mengirim 900 lembar kerajinan, tapi ditolak karena basah terkena hujan. Akibatnya, Yuyun mengalami kerugian yang cukup besar.
Dia berpesan kepada pengusaha pemula olahan limbah sengon agar tidak terlalu ambisius karena kondisi sekarang sudah berbeda dengan dulu. Banyak persaingan, tapi permintaan turun.
“Kalau dulu limbah dari pabrik dibuang, saya yang memakai, kalau sekarang dijual,” ujar dia.
Beberapa pabrik juga sudah mulai tutup karena pandemi. Bahkan, uang penjualan kerajinan ada yang masih belum dibayarkan senilai Rp 70 juta.
Peluang bisnis olahan limbah sengon memang sudah menurun, tapi Yuyuy tetap berusaha bertahan dengan kondisi yang sulit ini.
Dulu menggadaikan, sekarang investasi
Pegadaian menjadi tempat andalan Yuyun untuk meminjam uang sebagai modal.