Hal ini sebagai sebuah penghormatan dan sikap saling menghargai antara umat Islam dan Hindu.
Hubungan dua umat agama ini di Bali juga harmonis.
Maka, perpaduan ukiran dan gaya khas Bali ini bisa disebut sebagai akulturasi budaya.
"Kami mengagumi kearifan lokal dan bentuk toleransi dan menjadi satu dengan warga sini. Sejak 1978, kami merasa damai dengan lingkungan, aman dalam beribadah," kata dia.
Baca juga: Akun Media Sosial Universitas Jember Diretas, Lapor Dikti
Suwarno mengatakan, bentuk toleransi juga dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya ketika Hari Raya Idul Adha, pihak masjid akan membagikan daging kurban kepada warga sekitar tanpa memandang agama.
Suwarno mengatakan, gaya arsitektur Bali di Masjid Al Hikmah ini memang banyak diapresiasi.
Namun, tak jarang juga dipertanyakan seperti mengapa masjid ini mirip pura.
Menurutnya, bangunan dan arsitektur ini hanya sebuah seni dan ornamen. Sementara tujuan utama di dalam masjid adalah berdoa kepada Tuhan.
Bentuk bangunan, kata Suwarno, seharusnya tak perlu dipersoalkan.
"Kita tinggal di Bali, ini jadi penyejuk dan peneduh. Kita di dalam masjid untuk shalat kepada Tuhan dan bangunan ini hanya ornamen," kata dia.
Baca juga: Pemkot Surabaya Serahkan Mekanisme Penilaian Ujian Kelulusan Siswa pada Sekolah
Suwarno menuturkan, Masjid Al Hikmah berkapasitas sekitar 1.000 orang. Masjid ini menjadi tempat untuk beribadah komunitas muslim di wilayah Denpasar Timur.
Selain ibadah, masjid ini juga ada tempat pendidikan Al Quran (TPA) bagi anak-anak.
Kemudian, kajian-kajian rutin dengan berbagai tema seperti misalnya tafsir hadits dan Al Quran.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.