"Menanam porang itu ibarat memelihara ayam buras, sedikit atau banyak perawatannya sama," kata dia.
Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian dan Pangan Gunungkidul Raharjo Yuwono mengatakan tanaman porang mulai ditanam oleh petani Gunungkidul sejak beberapa tahun terakhir.
Meski diakuinya petani belum begitu banyak petani yang menanam karena membutuhkan biaya cukup besar untuk awalnya.
"Sudah mulai populer tetapi masih sedikit, Dinas mulai mendata saat ini," kata Raharjo
Adapun data sementara yang sudah masuk tertinggi wilayah Kapanewon Purwosari dengan luasan lahan 12,1 hektar, lalu Kapanewon Patuk dengan luasan lahan 10 hektar, dan Rongkop seluas 8 hektar. Untuk kapanewon lain bervariasi antara 0,1 hektar sampai 2 hektar.
DIjelaskannya, untuk petani lebih baik menanam porang di bawah pohon tegakan, untuk lahan produktif lebih baik untuk tanaman pangan. Raharjo menyebut hal ini karena panen porang itu lama dan tidak bisa untuk cadangan makanan.
"Itu padat modal, 1 hektar modalnya cukup tinggi, sehingga untuk petani kecil sulit biasanya butuh investor," kata Raharjo.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.