Selama kurang lebih 30 tahun merawat sirene, Sukardji telah melakukan perbaikan sebanyak tujuh kali.
"Untuk menghindari kerusakan, corong itu diberi sarang dan ditutup menggunakan kasa agar hewan-hewan kecil enggak bisa masuk dan bikin korslet," terangnya.
Lebih lanjut, Sukardji menerangkan posisi sirene juga tidak ada yang berani mengubahnya, sehingga lokasinya tetap berada di depan pendopo saat pertama kali diketahui.
Baca juga: Pipa Minyak Mentah Bocor dan Cemari Sawah di Blora, Pertamina Janji Atasi
"Enggak ada yang berani memindahkannya, dulu 'ndoro'nya bilang jangan diubah-ubah," ujarnya.
Agar sirene itu dapat menjadi ciri khas bagi masyarakat Blora, Sukardji berharap pemerintah mempunyai perhatian lebih terkait keberadaan sirine peninggalan Belanda tersebut.
"Harapannya ini bisa dibuat cagar alam dan bisa digunakan untuk penanda buka puasa dan sahur, karena mercon kan dilarang, makanya digunakan sirene," jelas Sukardji.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.