BANDUNG, KOMPAS.com - Dedi Mulyadi, anggota DPR RI yang juga mantan Bupati Purwakarta mengaku sangat kagum dengan kegigihan seorang bocah bernama Nurzein (14).
Dedi mengaku tidak sengaja bertemu Nurzein di jalan raya di daerah Purwakarta. Saat itu, Nurzein tengah memikul dua kantung plastik besar berisi makanan "borondong beledug" (sejenis popcorn) khas Jawa Barat.
Meski bertubuh kecil, Nurzein ternyata sangat kuat. Dia mampu berjalan puluhan kilometer untuk menjajakkan borondong beledug dagangannya dengan cara dipikul. Sesekali ia juga naik mobil angkutan umum untuk berjualan cemilan tersebut.
"Tubuh Nurzein memang kecil, dia baru berusia 14 tahun. Akan tetapi, semangat dan kekuatannya mengalahkan orang bertubuh besar. Dia berasal dari Pasir Jambu, Cianjur. Sang ayah sudah meninggal dan ibunya menikah lagi," kata Dedi saat dihubungi Kompas.com, Senin (19/4/2021).
Baca juga: Perjuangan Regina Merawat Suami yang Lumpuh, Banting Tulang Menghidupi Keluarga
Dedi sempat bercengkrama dengan Nurzein dan aksi itu direkam video hingga diunggah ke akun YouTube dan Facebook Dedi Mulyadi.
Dedi mengaku kaget ketika mengetahui bahwa Nurzein saat ini tinggal di Ciwidey, Kabupaten Bandung, namun bisa berjualan ke Purwakarta.
Untuk diketahui, jarak dari Ciwidey ke Purwakarta mencapai 87 kilometer. Nurzein menaiki angkutan umum dan selebihnya berjala kaki.
Menurut Dedi, jika dagangannya banyak, dia bahkan bisa berjualan sampai ke Karawang yang jaraknya mencapai 117 kilometer dari Ciwidey.
"Nurzein hidup mandiri dengan mengontrak rumah di Ciwidey, Bandung. Di kontrakan itulah dia membuat borondong beledug. Dia menjualnya sendiri dengan berkeliling di Purwakarta, Subang dan Karawang. Kadang, dia berjalan sampai Garut dan Tasikmalaya," ungkapnya.
Dedi mengatakan, menurut pengakuan Nurzein, untung yang didapat dari jualan borondong beledung ternyata tidak terlalu besar.
"Dalam satu minggu, 4 kali biasanya dia menjelajah menapakan kaki di tengah terik matahari. Jika dagangannya habis, dia bisa mendapatkan keuntungan Rp 100.000. Uang keuntungan itu dia tabung," tuturnya.
Bertambah kaget Dedi ketika diketahui uang keuntungan penjualan borondong beledug yang tidak seberapa, ternyata juga disisihkan untuk menghidupi neneknya serta membiayai sekolah adiknya yang tinggal di Pasir Jambu, Kabupaten Bandung.
Sisanya, lanjut Dedi, Nurzein tabungkan untuk menggapai mimpinya yang sangat sederhana.
"Cita-citanya sangat mulia yakni ingin naik haji, membuka toko dan membangun masjid. Tabungannya kini baru berjumlah Rp 6 juta saja. Sebagian uang keuntungan dagang dia gunakan untuk perawatan neneknya juga biaya sekolah sang adik di Pasir Jambu," bebernya.
Dedi tidak mampu membendung air matanya ketika mengetahui bahwa Nurzein masih sanggup menjalankan ibadah puasa meski harus berjalan puluhan kilometer untuk mencari nafkah.
"Spirit Ramadhan membuat jiwanya menjadi semakin kuat. Ibadah puasa tidak menjadikan halangan baginya untuk terus berkeliling. Semoga Nurzein menjadi pengusaha besar, sebesar pikiran dan harapannya," tandasnya.
Dedi mengatakan, Nurzein sudah ditinggal ayahnya meninggal sejak ia masih berada di dalam kandungan dengan usia 3 bulan. Ibunya melahirkan Nurzein di rumah sang nenek.
Sebulan setelah melahirkan Nurzein, sang ibu pergi bekerja menjadi pembantu lalu menikah lagi. Setelah itu, kata Dedi, Nurzein diurus oleh neneknya.
“Anak itu tumbuh menjadi mandiri karena keprihatinan hidupnya. Sejak belajar di kelas 1 SD, ia sudah bekerja membuat berondong beledug. Dia belerja dengan upah Rp 1 juta per bulan,” kata Dedi.
Setelah kelas 3 SD, Nurzein menjadi penjual makanan ringan seperti kacang polong dan lainnya. Ia berjualan cemilan itu sampai tamat SD.
Setelah tamat SD, Nurzein berjualan kerupuk yang dikirim dari bos kerupuk asal Cianjur. Ia berangkat dari rumahnya di Desa simpang, Kecamatan Pasir Kuda ke Kota Cianjur dengan menempuh perjalanan 3 jam naik mobil angkuan umum. Ia berangkat pukul 07.00 pagi dan sampai Kota Cianjur pukul 10.00. Lalu ia pulang pukul 19.00 dan sampai rumah pukul 22.00.
Ia melakoni usaha jualan itu selama setahun.
Setelah itu, Nurzein pindah berjualan ke Ciwidey, Kabupaten Bandung. Karena merasa capek harus pulang-pergi, Nurzein akhirnya menyewa sebuah rumah dengan biaya Rp 500.000 per bulan.
“Di rumah kontrakan itu, Nurzein membuat berondong sendiri, berjualan keliling Ciwidey sampai dia mampu menyewa kios untuk berjualan pulsa, minuman ringan dan makanan kecil,” kata Dedi.
Baca juga: Perjuangan Aldi, Anak Penggali Kubur yang Berjualan Cilok demi Beli HP untuk Sekolah Daring Kakaknya
Dedi mengaku kagum dengan perjuangan hidup remaja 14 tahun itu. Hal yang paling menginspirasinya adalah cita-cita Nurzein membantu biaya pendidikan sang adik hingga sampai kuliah di perguruan tinggi.
“Selain menafkahi neneknya, Nurzein juga bercita-cita membantu biaya adiknya hingga kuliah. Itu yang paling menginspirasi,” ujar Dedi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.