Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Nurzein, Bocah Lulusan SD Jajakan “Borondong Beledug” demi Bantu Biaya Sekolah Adik hingga Kuliah

Kompas.com - 20/04/2021, 04:00 WIB
Putra Prima Perdana,
Farid Assifa

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Dedi Mulyadi, anggota DPR RI yang juga mantan Bupati Purwakarta mengaku sangat kagum dengan kegigihan seorang bocah bernama Nurzein (14).

Dedi mengaku tidak sengaja bertemu Nurzein di jalan raya di daerah Purwakarta. Saat itu, Nurzein tengah memikul dua kantung plastik besar berisi makanan "borondong beledug" (sejenis popcorn) khas Jawa Barat.

Meski bertubuh kecil, Nurzein ternyata sangat kuat. Dia mampu berjalan puluhan kilometer untuk menjajakkan borondong beledug dagangannya dengan cara dipikul. Sesekali ia juga naik mobil angkutan umum untuk berjualan cemilan tersebut.

"Tubuh Nurzein memang kecil, dia baru berusia 14 tahun. Akan tetapi, semangat dan kekuatannya mengalahkan orang bertubuh besar. Dia berasal dari Pasir Jambu, Cianjur. Sang ayah sudah meninggal dan ibunya menikah lagi," kata Dedi saat dihubungi Kompas.com, Senin (19/4/2021).

Baca juga: Perjuangan Regina Merawat Suami yang Lumpuh, Banting Tulang Menghidupi Keluarga

Dedi sempat bercengkrama dengan Nurzein dan aksi itu direkam video hingga diunggah ke akun YouTube dan Facebook Dedi Mulyadi.

Dedi mengaku kaget ketika mengetahui bahwa Nurzein saat ini tinggal di Ciwidey, Kabupaten Bandung, namun bisa berjualan ke Purwakarta.

Untuk diketahui, jarak dari Ciwidey ke Purwakarta mencapai 87 kilometer. Nurzein menaiki angkutan umum dan selebihnya berjala kaki.

Menurut Dedi, jika dagangannya banyak, dia bahkan bisa berjualan sampai ke Karawang yang jaraknya mencapai 117 kilometer dari Ciwidey.

"Nurzein hidup mandiri dengan mengontrak rumah di Ciwidey, Bandung. Di kontrakan itulah dia membuat borondong beledug. Dia menjualnya sendiri dengan berkeliling di Purwakarta, Subang dan Karawang. Kadang, dia berjalan sampai Garut dan Tasikmalaya," ungkapnya.

Dedi mengatakan, menurut pengakuan Nurzein, untung yang didapat dari jualan borondong beledung ternyata tidak terlalu besar.

"Dalam satu minggu, 4 kali biasanya dia menjelajah menapakan kaki di tengah terik matahari. Jika dagangannya habis, dia bisa mendapatkan keuntungan Rp 100.000. Uang keuntungan itu dia tabung," tuturnya.

Bertambah kaget Dedi ketika diketahui uang keuntungan penjualan borondong beledug yang tidak seberapa, ternyata juga disisihkan untuk menghidupi neneknya serta membiayai sekolah adiknya yang tinggal di Pasir Jambu, Kabupaten Bandung.

Sisanya, lanjut Dedi, Nurzein tabungkan untuk menggapai mimpinya yang sangat sederhana.
"Cita-citanya sangat mulia yakni ingin naik haji, membuka toko dan membangun masjid. Tabungannya kini baru berjumlah Rp 6 juta saja. Sebagian uang keuntungan dagang dia gunakan untuk perawatan neneknya juga biaya sekolah sang adik di Pasir Jambu," bebernya.

Dedi tidak mampu membendung air matanya ketika mengetahui bahwa Nurzein masih sanggup menjalankan ibadah puasa meski harus berjalan puluhan kilometer untuk mencari nafkah.

"Spirit Ramadhan membuat jiwanya menjadi semakin kuat. Ibadah puasa tidak menjadikan halangan baginya untuk terus berkeliling. Semoga Nurzein menjadi pengusaha besar, sebesar pikiran dan harapannya," tandasnya.

Ingin bantu adik hingga kuliah

Dedi mengatakan, Nurzein sudah ditinggal ayahnya meninggal sejak ia masih berada di dalam kandungan dengan usia 3 bulan. Ibunya melahirkan Nurzein di rumah sang nenek.

Sebulan setelah melahirkan Nurzein, sang ibu pergi bekerja menjadi pembantu lalu menikah lagi. Setelah itu, kata Dedi, Nurzein diurus oleh neneknya.

“Anak itu tumbuh menjadi mandiri karena keprihatinan hidupnya. Sejak belajar di kelas 1 SD, ia sudah bekerja membuat berondong beledug. Dia belerja dengan upah Rp 1 juta per bulan,” kata Dedi.

Setelah kelas 3 SD, Nurzein menjadi penjual makanan ringan seperti kacang polong dan lainnya. Ia berjualan cemilan itu sampai tamat SD.

Setelah tamat SD, Nurzein berjualan kerupuk yang dikirim dari bos kerupuk asal Cianjur. Ia berangkat dari rumahnya di Desa simpang, Kecamatan Pasir Kuda ke Kota Cianjur dengan menempuh perjalanan 3 jam naik mobil angkuan umum. Ia berangkat pukul 07.00 pagi dan sampai Kota Cianjur pukul 10.00. Lalu ia pulang pukul 19.00 dan sampai rumah pukul 22.00.

Ia melakoni usaha jualan itu selama setahun.

Setelah itu, Nurzein pindah berjualan ke Ciwidey, Kabupaten Bandung. Karena merasa capek harus pulang-pergi, Nurzein akhirnya menyewa sebuah rumah dengan biaya Rp 500.000 per bulan.

“Di rumah kontrakan itu, Nurzein membuat berondong sendiri, berjualan keliling Ciwidey sampai dia mampu menyewa kios untuk berjualan pulsa, minuman ringan dan makanan kecil,” kata Dedi.

Baca juga: Perjuangan Aldi, Anak Penggali Kubur yang Berjualan Cilok demi Beli HP untuk Sekolah Daring Kakaknya

Dedi mengaku kagum dengan perjuangan hidup remaja 14 tahun itu. Hal yang paling menginspirasinya adalah cita-cita Nurzein membantu biaya pendidikan sang adik hingga sampai kuliah di perguruan tinggi.

“Selain menafkahi neneknya, Nurzein juga bercita-cita membantu biaya adiknya hingga kuliah. Itu yang paling menginspirasi,” ujar Dedi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

JATENG/4.299 Hektare Sawah Gagal Panen Selama Banjir Demak, Produksi Beras Terancam Menurun Tahun Ini

JATENG/4.299 Hektare Sawah Gagal Panen Selama Banjir Demak, Produksi Beras Terancam Menurun Tahun Ini

Regional
Curhat Korban Penipuan Katering Masjid Syeikh Zayed, Pelaku Orang Dekat dan Bingung Lunasi Utang

Curhat Korban Penipuan Katering Masjid Syeikh Zayed, Pelaku Orang Dekat dan Bingung Lunasi Utang

Regional
Imbas Erupsi Gunung Ruang, Bandara Sam Ratulangi Manado Ditutup hingga Besok

Imbas Erupsi Gunung Ruang, Bandara Sam Ratulangi Manado Ditutup hingga Besok

Regional
Calon Gubernur-Wagub Babel Jalur Perseorangan Harus Kumpulkan 106.443 Dukungan

Calon Gubernur-Wagub Babel Jalur Perseorangan Harus Kumpulkan 106.443 Dukungan

Regional
Keuchik Demo di Kantor Gubernur Aceh, Minta Masa Jabatannya Ikut Jadi 8 Tahun

Keuchik Demo di Kantor Gubernur Aceh, Minta Masa Jabatannya Ikut Jadi 8 Tahun

Regional
Hilang sejak Malam Takbiran, Wanita Ditemukan Tewas Tertutup Plastik di Sukoharjo

Hilang sejak Malam Takbiran, Wanita Ditemukan Tewas Tertutup Plastik di Sukoharjo

Regional
Diduga Janjikan Rp 200.000 kepada Pemilih, Caleg di Dumai Bakal Diadili

Diduga Janjikan Rp 200.000 kepada Pemilih, Caleg di Dumai Bakal Diadili

Regional
39 Perusahaan Belum Bayar THR Lebaran, Wali Kota Semarang: THR Kewajiban

39 Perusahaan Belum Bayar THR Lebaran, Wali Kota Semarang: THR Kewajiban

Regional
Gadaikan Motor Teman demi Kencan dengan Pacar, Pri di Sumbawa Dibekuk Polisi

Gadaikan Motor Teman demi Kencan dengan Pacar, Pri di Sumbawa Dibekuk Polisi

Regional
Digigit Anjing Tetangga, Warga Sikka Dilarikan ke Puskesmas

Digigit Anjing Tetangga, Warga Sikka Dilarikan ke Puskesmas

Regional
Elpiji 3 Kg di Kota Semarang Langka, Harganya Tembus Rp 30.000

Elpiji 3 Kg di Kota Semarang Langka, Harganya Tembus Rp 30.000

Regional
Motor Dibegal di Kemranjen Banyumas, Pelajar Ini Dapat HP Pelaku

Motor Dibegal di Kemranjen Banyumas, Pelajar Ini Dapat HP Pelaku

Regional
Penipuan Katering Buka Puasa, Pihak Masjid Sheikh Zayed Solo Buka Suara

Penipuan Katering Buka Puasa, Pihak Masjid Sheikh Zayed Solo Buka Suara

Regional
Setelah 2 Tahun Buron, Pemerkosa Pacar di Riau Akhirnya Ditangkap

Setelah 2 Tahun Buron, Pemerkosa Pacar di Riau Akhirnya Ditangkap

Regional
Cemburu, Pria di Cilacap Siram Istri Siri dengan Air Keras hingga Luka Bakar Serius

Cemburu, Pria di Cilacap Siram Istri Siri dengan Air Keras hingga Luka Bakar Serius

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com