Gereja Katolik tidak dibangun di Balerejo karena jumlah pemeluk Katolik hanya tercatat enam jiwa. Sedangkan klenteng tidak ada di desa itu karena tidak ada warga yang beragama Konghucu.
Di Desa Balerejo terdapat beberapa pura, dua wihara, satu gereja Kristen, beberapa mushala, tiga masjid, dan kelak akan menjadi empat masjid jika masjid An Nur telah berdiri.
Menurut Setiyoko, di Desa Balerejo tidak terjadi segregasi sosial atas dasar agama. Domisili warga pemeluk Hindu, misalnya, menyebar relatif merata secara geografis.
Hal itu, membuat rumah ibadah dari warga yang berbeda agama berdiri berdampingan.
"Di lingkungan Lok'es, misalnya, ada mushala yang jaraknya hanya beberapa meter dari pura dan berjarak kurang dari 150 meter dari wihara," ujarnya.
Baca juga: Listrik Menyala Setelah 2 Minggu Padam karena Bencana, Sejumlah Warga NTT Pesta Kembang Api
Di dua sekolah tingkat dasar di desa itu, terdapat rumah ibadah bagi umat beragama yang berbeda-beda bagi siswa dan pengajarnya.
Di SDN 1 Balerejo yang terletak sekitar 50 meter dari Balai Desa, terdapat sebuah mushala, sebuah centiya (wihara kecil) dan sebuah padmasari (pura kecil).
"Dalam waktu dekat, di SDN 1 ini juga akan dibangun gereja karena ada sejumlah siswa-siswi dari keluarga yang memeluk Kristen," ujar Setiyoko saat melihat kompleks SDN 1 bersama Kompas.com.
Menurut Setiyoko, tidak membawa isu agama dalam arena pertarungan politik merupakan salah satu kunci terjaganya kerukunan warga di Desa Balerejo.