Pria yang hobi berkuda itu kemudian bertanya kepada temannya terkait harga katak porang yang harganya melonjak 100 persen.
"Tahun kedua saya iseng saya gali yang hidup itu, rupanya hasilnya besar-besar, dan saya kroscek ke teman yang di Madiun, harga bibit katak porang sekitar Rp 130.000 sekilo dan itu sudah sold out, berarti kami harus bergerak dan porang itu potensi. Sehingga yang ada itu saya kembangkan," terang dia.
Pada tahun berikutnya, harga katak porang mencapai Rp 250.000 per kilogram. Sehingga Heri memutuskan untuk mengembangkan dan menambah lahan budidayanya.
"Dari situ saya simpulkan mulai dari bibit budidaya, panen umbi, jual umbi, jual katak, atau ekspor katak itu semuanya ada profit marginnya," kata dia.
Dengan keuntungan yang didapat dari menanam porang, Heri menyimpulkan penghasilan terbesarnya saat ini diperoleh dengan cara membudidayakan tanaman porang.
"Cuma kesimpulan saya sementara, the biggest profit ada dari budidaya, oleh karena itu saya putuskan budidaya dan alhamdulillah tahun kemarin nanam 8 hektare dan saya tambah lagi 5 hektar," ujar dia.
Baca juga: Ini KKB Pelaku Pembakaran di Kampung Dambet Papua
Heri menuturkan, dengan berbudidaya porang, dirinya mampu meraup keuntungan dari umbi porang dan katak porang. Bahkan, ia menyebut margin keuntungannya hampir 70 persen pada budidaya.
"Karena kalau budidaya misal April 2021 harga porang pabrik terima itu Rp 9.000 (per kilogram), HPP (harga pokok penjualan) kami produksi itu harganya itu sekitar Rp 2.500. Mulai dari tanam sampai panen, sekitar Rp 6.500, mana ada yang marginnya kayak gitu, itu baru dari umbi belum kataknya," ujar dia.
"Katak hari ini per kilonya Rp 240.000 yang sudah kering, tapi kalau yang masih fresh panen itu (per kilonya) Rp 190.000 bulan ini," imbuh dia.
Mengajak investor budidaya porang
Berdasarkan Rencana Anggaran Biaya (RAB) yang dibuatnya, Heri mengajak para investor untuk membudidayakan tanaman porang.