Warna air sungai yang sebelumnya sempat oranye karena tumpahan minyak sawit, sudah kembali normal.
Rubiyah, warga setempat mengaku sudah menggunakan air Sungai Makaham usai tumpahan minyak sawit dibersihkan.
"Kami sudah mulai pakai mandi dan cuci piring. Kalau minum pakai beli. Sekarang sudah mulai membaik dibanding sebelumnya mandi lengket-lengket minyak," tutur warga RT 30 Gang Nelayan, Rawa Makmur, Palaran saat ditemui Kompas.com di kediamannya.
Tak hanya Rubiyah, warga lainnya Ambo Dale (36) juga mengaku sudah kembali menggunakan air sungai usai dibersihkan.
Hanya saja, menurut Ambo, kualitas airnya belum kembali normal seperti sebelumnya.
"Kadang masih bau-bau minyak. Belum normal betul (air sungai)," kata Ambo.
Selain air, dampak tumpahan minyak juga membuat budidaya ikan milik Ambo Dale mati.
Ambo memelihara ikan emas dan nila di tambak miliknya dekat rumahnya di tepi sungai.
Hari pertama kapal tenggelam disertai tumpahan minyak, Sabtu (10/4/2021) subuh, ikan milik Ambo mati hampir 100 kilogram.
Ia bangun pagi kaget, melihat ikan-ikan peliharaan mati.
Menyusul hari kedua, Minggu (11/4/2021), mulai turun hanya 20-an kilogram mati.
Setelah hari ketiga, keempat, kelima hingga hari ini ikan tidak mati lagi. Hanya air sungainya belum terlalu ramah bagi budidaya ikan.
"Saya berharap air (sungai) terus membaik biar ikan enggak mati lagi. Soalnya saya sudah rugi belasan sampai puluhan juta akibat ikan mati ini," kata pria dua anak ini.
Selain warga Rawa Makmur, warga Kelurahan Simpang Pasir dan Kelurahan Bukuan, khususnya warga bermukim di bantaran sungai juga mengalami hal serupa.
Hanya saja, belum diketahui pasti berapa total warga terdampak dan besaran kerugian yang dialami di tiga keluarahan tersebut.