Desa yang berada di bawah lereng Gunung Wilis itu dahulunya dikenali sebagai daerah perantau.
Sebab, banyak pemuda di desa itu pergi merantau bekerja di luar Jawa untuk mendapatkan pekerjaan yang layak.
Namun, saat ini, para pemuda kembali ke kampung halaman untuk menanam porang.
“Dahulu sebelum mendapatkan modal dari KUR BNI, pemuda di sini banyak yang jual sapi dan motor untuk menanam porang,” kata Kepala Desa Durenan, Purnomo, Rabu (14/4/2021).
Menurut Purnomo, warga sekitar sudah menanam porang sejak tahun 2009. Hanya saja petani mulai memanen banyak tiga tahun terakhir setelah semua banyak menanam porang.
Purnomo mengatakan, banyak warga mulai menanam porang setelah harga komoditi umbi-umbian itu meroket tinggi.
Petani yang menanam porang terbagi tiga yakni kelompok tani hutan, LMDH, dan kelompok tani.
Kelompok tani menanam di lahan kering dan sawah sendiri. Kelompok tani hutan menangani tanah kering di luar perhutani.
Sementara LMDH menangani lahan di kawasan perhutani.
Jumlah petani yang terlibat sekitar 500-an orang yang didominasi anak-anak muda. Sementara area lahan yang digarap sudah mencapai 250 hektare. (Penulis Kontributor Solo, Muhlis Al Alawi | Editor Robertus Belarminus)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.