Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anggota Dewan Ramai-ramai Tanam Porang, Mengapa Tertarik?

Kompas.com - 16/04/2021, 03:40 WIB
Markus Makur,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

BORONG, KOMPAS.com - Keuntungan yang menggiurkan membuat banyak orang tertarik untuk menanam porang.

Tak terkecuali anggora dewan di Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur, yang tertarik membudidayakan tanaman umbi-umbian tersebut. 

Baca juga: Sejak Menanam Porang, Puluhan Warga Desa yang Dulu Melarat Kini Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Rumah

Vinsensius Reamur, anggota DPRD Kabupaten Manggarai Timur misalnya. Dia sudah menanam 611.000 porang di lahan seluas 14 hektare.

Baca juga: Awalnya Cuma Modal Cabut Bibit Porang di Hutan, Kini Raup Untung Rp 50 Juta dan Bisa ke Jepang

"Saya target panen porang tiga tahun ke depan yang ditanam tahun 2021 yaitu panen di tahun 2024-2025. Sedangkan 5 hektare dari 14 hektar akan siap panen 2023. Saya beli bibit dari petani di Madiun, Jawa Timur. Saya beli biji katak 611.000 dengan total uangnya Rp 78 juta," ujar Vinsensius kepada Kompas, Kamis, (15/4/2021).

Baca juga: Menanam Porang Tanpa Modal, tapi Bisa Raup Untung Ratusan Juta Rupiah, Ini Rahasianya

Vinsensius menjelaskan, ia tergerak menanam porang karena membaca sejumlah artikel di media, serta mendapat informasi dari relasi di Madiun.

Dia menilai porang merupakan investasi yang menjanjikan, khususnya dengan pemasaran yang sangat mudah. Menanam porang juga mendidik petani untuk mandiri.

"Ada kebiasaan petani di Manggarai Timur dengan mengatakan anggota DPRD saja bisa menanam porang, mengapa kita sebagai petani tidak menanam. Untuk itu saat ini petani di Manggarai Timur berlomba-lomba tanam porang di kebun masing-masing," jelasnya.

Vinsensius menjelaskan, pada 9 Februari 2019, ia ke Madiun untuk melihat langsung tanaman porang.

Di sana dia mendapatkan banyak informasi tentang peluang menanam porang.

Kemudian Vinsensius pergi ke salah satu mal di Madiun. Ia melihat karung beras dengan merek Shirataki. Dia bertanya kepada penjaga di mal tersebut tentang merek beras tersebut.

Penjaga menginformasikan bahwa yang dililhatnya merupakan beras yang terbuat dari porang.

Orang Jepang mengonsumsi beras porang untuk menjaga berat badang. Untuk satu 1 kg beras Shirataki saat itu dijual seharga Rp 200.000;

"Saya memperoleh informasi itu maka saya giat menanam porang saat ini. Saya sudah ke madiun 2019," jelasnya.

Vinsensius mengatakan, beberapa tahun lalu, harga per kilogram porang berkisar Rp 8.000-Rp 9.000.

Kini harga porang di pasaran di Kabupaten Manggarai Timur Rp 10.000 per kilogram.

Adapun biji katak porang dijual di Manggarai Timur Rp 200.000 untuk 1 kilogram yang berisi 300 biji katak.

"Menanam porang sangat praktis dan mendapatkan keuntungan yang menjanjikan. Umbi porang bisa dipanen dalam usia enam bulan, 1 tahun, 2 tahun, dan 3 tahun. Khusus panen dalam usia enam bulan, berat umbi itu 2 kilogram," jelasnya.

Reamur menjelaskan, ia memperoleh informasi dari petani di Madiun bahwa kualitas terbaik memanen porang dalam usia tiga tahun.

Panen terbaik berada di bulan Juli dan Agustus dalam kalender tanam karena kadar air di umbi berkurang.

"Beras porang menjadi makanan pokok ganti beras di masa akan datang, bergizi. Sebaiknya petani tidak memakai pupuk kimia melainkan pupuk organik yang bersumber dari alam," jelasnya.

Tak hanya Vinsensius, Ketua DPRD Manggarai Timur Heremias Dupa juga tertarik menanam porang.

Dia mengatakan, terpikat menanam porang saat membaca informasi di media serta menonton televisi tentang kisah sukses petani porang di Madiun.

Lantas ia berpikir bahwa tanaman porang sangat menjanjikan bagi masa depan.

Akhirnya Heremias memutuskan menanam porang di lahannya. Kini suda ada 60.000 biji katak porang yang ditanam.

"Saya memperoleh biji katak dari petani di Desa Rana Kulan dan Kampung Lendo. Memang tanaman porang ini tumbuhan liar di hutan dan kebun-kebun. Saat ini belum ada benih tanaman porang yang bersertifikasi," jelasnya.

Heremias menjelaskan, tanaman porang memiliki banyak manfaat, salah satunya kesehatan.

Tanaman ini bisa dijadikan pangan serta memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Komodi tanaman porang sangat menjanjikan bagi kesejahteraan petani. 

"Saya memulai menanam porang untuk memberikan pendidikan kepada masyarakat agar menanam tanaman jangka pendek untuk meningkatkan kesejahteraan dan keluar dari kemiskinan," jelasnya.

Dia menyebut porang merupakan tanaman jangka pendek yang memiliki pasarannya di luar dan dalam negeri.

Tanaman porang sebagai bahan makanan akan bertahan lama karena pasti ditanam terus menerus. Ini sama seperti menanam padi yang menghasilkan beras. 

Tanaman porang menghasilkan umbi yang bisa diolah menjadi bahan makanan, bahan minuman yang memiliki asupan gizi.

Cerita lainnya berasal Tarsan Talus, anggota DPRD Manggarai Timur.

Selain menanam porang di kebun, Tarsan mencoba menanam umbi porang di polybag di halaman rumahnya.

Tarsan menanam porang sebagai bentuk dukungan kepada petani agar memanfaatkan lahan kosong.

Dia yakin porang tidak akan mengecewakan para petani karena pasarnya sudah ada, baik di Indonesia maupun di luar negeri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Momen Mantan Gubernur NTB Ditanya soal Perselingkuhan dengan Istri Terdakwa saat Jadi Saksi Persidangan

Momen Mantan Gubernur NTB Ditanya soal Perselingkuhan dengan Istri Terdakwa saat Jadi Saksi Persidangan

Regional
Apple Mau Tanam Modal di Indonesia, Pemkot Tangerang Buka Peluang Investasi bagi Perusahaan Multinasional

Apple Mau Tanam Modal di Indonesia, Pemkot Tangerang Buka Peluang Investasi bagi Perusahaan Multinasional

Regional
Joget di Atas Motor, Empat Remaja di Mamuju Ditangkap Polisi

Joget di Atas Motor, Empat Remaja di Mamuju Ditangkap Polisi

Regional
Pembobol Kartu ATM di NTT Ternyata Oknum Satpam Rumah Sakit

Pembobol Kartu ATM di NTT Ternyata Oknum Satpam Rumah Sakit

Regional
Klaim Kantongi Restu SBY, Yophi Prabowo Positif Maju Pilbup Purworejo

Klaim Kantongi Restu SBY, Yophi Prabowo Positif Maju Pilbup Purworejo

Regional
Ajang Gowes Siti Nurbaya, Bersepeda Sambil Wisata di Padang

Ajang Gowes Siti Nurbaya, Bersepeda Sambil Wisata di Padang

Regional
Prakiraan Cuaca Manado Hari Ini Rabu 24 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Manado Hari Ini Rabu 24 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Regional
Golkar Buka Peluang Berkoalisi dengan PDI-P untuk Pilkada Jateng 2024

Golkar Buka Peluang Berkoalisi dengan PDI-P untuk Pilkada Jateng 2024

Regional
Diajak Tunjukkan Tangan Bentuk L Lambang Ikut Pilgub Jateng, Luthfi: Ojo Ngono

Diajak Tunjukkan Tangan Bentuk L Lambang Ikut Pilgub Jateng, Luthfi: Ojo Ngono

Regional
Kronologi Pembunuhan Wanita di Wonogiri, Korban Dibakar dan Dikubur di Pekarangan

Kronologi Pembunuhan Wanita di Wonogiri, Korban Dibakar dan Dikubur di Pekarangan

Regional
Usai Banjir Demak, Siti Panik Ketiga Anaknya Terkena DBD

Usai Banjir Demak, Siti Panik Ketiga Anaknya Terkena DBD

Regional
Prakiraan Cuaca Pekanbaru Hari Ini Rabu 24 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Pekanbaru Hari Ini Rabu 24 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Regional
Dikabarkan Tenggelam di Laut, Aparat Desa Ternyata Pergi Jauhi Rekannya

Dikabarkan Tenggelam di Laut, Aparat Desa Ternyata Pergi Jauhi Rekannya

Regional
Perjuangan Sisilia Unut Sudah 30 Tahun Memikul Derita Sakit Gondok Seukuran Bola Plastik, Butuh Biaya Operasi

Perjuangan Sisilia Unut Sudah 30 Tahun Memikul Derita Sakit Gondok Seukuran Bola Plastik, Butuh Biaya Operasi

Regional
Pengakuan Pembunuh Karyawan Toko di Sukoharjo, Incar THR Korban Senilai Rp 5 Juta untuk Bayar Utang

Pengakuan Pembunuh Karyawan Toko di Sukoharjo, Incar THR Korban Senilai Rp 5 Juta untuk Bayar Utang

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com