Abuh menyebut kandungan NaCl garam impor di atas 97 persen. Padahal, jika untuk konsumsi masyarakat, menurutnya justru berbahaya.
"Untuk aman konsumsi, kandungan NaCl-nya antara 94-97 persen. Di atas 97 persen justru berbahaya," ujarnya.
Oleh karenanya, Abuh mengimbau masyarakat untuk selektif memilih garam untuk dikonsumsi, dengan melihat kandungan NaCl.
"Jangan terlena karena warnanya putih," ujar dia.
Diketahui, pemerintah akan mengeluarkan izin impor garam industri sebanyak 2,92 juta ton pada tahun ini, naik 6 persen dari tahun lalu.
Petani garam di Karawang menolak rencana pemerintah mengimpor garam. Rencana itu dipandang bakal membuat petani semakin menjerit.
Ketua Koperasi Garam Segarajaya Karawang, Aep Suhardi meminta pemerintah menarik rencana impor garam.
"Tunda dulu, sebentar lagi memasuki musim panen," ujar Aep dihubungi Kompas.com, Kamis (15/4/2021).
Aep menyebut jika impor dilakukan, petani garam semakin susah. Apalagi setelah pandemi Covid-19 terjadi. Musim panen garam terjadi bulan Juli hingga Oktober.
Ia juga sangat yakin, petani garam di seluruh Indonesia mampu memenuhi target kebutuhan garam dalam negeri.
Di Karawang misalnya, satu petani rata-rata menghasilkan enam ton. Bahkan pada 2019 mampu menghasilkan 11.000 ton. Dalam gudang Koperasi Garam Segarajaya saja, kata dia, masih terdapat 6.000 ton garam.
Baca juga: Wagub NTT: Kami Minta Dukungan DPD, Sampaikan ke Pemerintah, Jangan Impor Garam, tapi...
Ia mengungkapkan, pemerintah enggan menyerap garam rakyat. Alasannya kualitasnya jelek.
"Selama ini kami menjual secara lokal saja, Rp 300 per kilogram. Kalau impor mematikan petambak garam," ungkapnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.