PADANG, KOMPAS.com - Bunga bangkai (Amorphophallus titanum) berbuah di Tilatang Kamang, Agam, Sumatera Barat, Selasa (13/4/2021).
Ini merupakan peristiwa langka yang pertama kali dilaporkan terjadi di Sumatera Barat.
Biasanya bunga bangkai setelah mekar, paling lama bertahan 10 hari dan kemudian layu dan mati membusuk.
"Ini peristiwa langka sekali. Ini pertama kali dilaporkan terjadi di Sumbar," kata Pengendali Ekosistem Hutan (PEH) Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumbar Ade Putra yang dihubungi Kompas.com, Kamis (15/4/2021).
Baca juga: Mengenal Apa Itu Porang, Kerabat Bunga Bangkai yang Memiliki Nilai Jual Tinggi
Menurut Ade, biasanya bunga bangkai ini mekar dan paling lama 10 hari bertahan kemudian layu dan mati membusuk.
Ade mengatakan peristiwa langka itu bisa terjadi karena penyerbukan sempurna dari bunga tersebut.
Penyerbukan sempurna terjadi jika tidak ada gangguan yang dialami bunga itu.
"Bunga bangkai ini berbuah karena adanya penyerbukan sempurna. Bunga tidak layu dan membusuk setelah mekar, tapi berbuah. Hanya saja, kelopak dan tabungnya sudah tidak ada lagi," kata Ade.
Baca juga: Peristiwa Langka, Bunga Bangkai di Agam Ini Berbuah
Sebelumnya diberitakan, Peristiwa langka bunga bangkai (Amorphophallus titanum) berbuah terjadi di hutan Tilatang Kamang, Agam, Sumatera Barat.
"Ini peristiwa langka bunga bangkai bisa berbuah. Biasanya setelah mekar paling lama akan layu, membusuk dan mati," kata Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bukittinggi, Vera Ciko yang dihubungi Kompas.com, Rabu (14/4/2021).
Ciko mengatakan untuk bunga bangkai di Tilatang Kamang itu ternyata tidak mati membusuk, tapi malahan berbuah.
Hanya saja kelopak dan tabungnya sudah layu dan mati sehingga tidak ada.
Penampakan yang muncul adalah batang dan diatasnya berbuah tanpa ada kelopak atau daun.
"Kalau biasanya bunga bangkai ini mekar dan dalam 10 hari kemudian mati. Tapi karena penyerbukannya berhasil, bunga ini tidak mati tapi berbuah. Ini sangat jarang terjadi," kata Ciko.
Ciko mengatakan penemuan bunga ini berawal dari laporan warga dan kemudian pihaknya turun ke lapangan.
"Kemarin kita temukan dan langsung kita minta pada warga untuk menjaganya karena bunga ini dilindungi negara," jelas Ciko.
Menurut Ciko, penemuan bunga ini sekitar 3 kilometer dari pemukiman warga.
"Warga sudah paham bunga itu dilindungi negara sehingga mereka ikut menjaganya," jelas Ciko.
Menurut Ciko, bunga bangkai yang berbuah itu bisa bertahan sampai 2,5 bulan hingga akhirnya mati.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.