“Omzet penjualan porang dan katak sekitar Rp 900 juta,” kata Jito.
Jito mengaku keuntungan yang diperoleh dibelikan mobil baru, satu hektare tanah dan modal tanam tahun ini.
Tak hanya menjadi petani porang, kini Jito juga mampu menjual bibit dan membeli hasil panen porang milik petani lainnya.
Menurut Jito, keuntungan bertanam porang yang menggiurkan menjadikan banyak pemuda di desanya yang dahulu merantau memilih pulang kampung.
“Ini ada teman saya yang merantau di Malaysia akan pulang ke kampung halaman untuk menjadi petani porang,” kata Jito.
Senada dengan Jito, Aldo Kriswanto (21) petani muda lainnya juga mendapatkan keuntungan luar biasa dari berbudidaya porang.
Aldo memutuskan keluar dari pekerjaannya sebagai sekuriti di Surabaya dan pulang ke kampung halamannya untuk menjadi petani porang.
“Capek kerja disuruh-suruh terus. Makanya saya pulang ke kampung dan menanam porang,” kata Aldo.
Aldo memulai menanam porang sekitar dua tahun yang lalu. Bermodal uang tabungan sebesar Rp 15 juta selama bekerja di Surabaya Aldo menaman lahan kosong milik keluarganya.
Baca juga: Sejak Menanam Porang, Puluhan Warga Desa yang Dulu Melarat Kini Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Rumah
Usai panen perdana, Aldo tak langsung menjualnya. Umbi dan katak yang dihasilkan ditanam lagi di masa tanam kedua.
Saat ini ia tinggal menunggu hasil panen yang akan siap dijual.
“Ya kira-kira umbinya nanti kalau dijual sekitar Rp 50 juta,” kata Aldo.
Aldo mengaku saat ini banyak anak-anak muda yang merantau memilih pulang kampung untuk menanam porang sejak komoditas pertanian itu memiliki nilai ekonomis yang tinggi.
Bahkan, saat ini di desanya sudah terbentuk paguyuban petani muda porang dengan pendampingan pemerintah desa dan YMPI.
Bertanam porang rupanya membawa berkah tersendiri bagi warga di Desa Durenan, Kecamatan Gemarang, Kabupaten Madiun, Jawa Timur.
Desa yang berada di bawah lereng Gunung Wilis itu dahulunya dikenali sebagai daerah perantau.
Sebab, banyak pemuda-pemuda di desa itu pergi merantau bekerja di luar Jawa untuk mendapatkan pekerjaan yang layak.
Namun, saat ini, pemuda yang dahulunya suka merantau memilih kembali ke kampung halaman untuk menanam porang.